Headline Indragiri Hilir   2023/01/04 13:30 WIB

Yayasan Mitra Insani dan Nelayan Berhasil Raup 100 Kg Kepiting Bakau, 'usai Ekosistem Sungai Diperbaiki'

Yayasan Mitra Insani dan Nelayan Berhasil Raup 100 Kg Kepiting Bakau, 'usai Ekosistem Sungai Diperbaiki'

INDRAGIRI HILIR, RIAUPAGI.COM - Yayasan Mitra Insani (YMI) dan Nelayan Indragiri Hilir (Inhil), Riau berhasil meraup 100 kilogram (Kg) kepiting bakau usai ekosistem sungai diperbaiki.

"Nelayan mampu menjangkau hasil tangkapan kepiting bakau lebih dari 100 kg dalam sekali pasang."

"Dengan pembukaan wilayah penutupan ini, semoga hasilnya banyak hasilnya, kalau tangkapan banyak tentu kami senang, kalau bisa kita perluas penutupannya ini," kata Ahmadun, salah satu nelayan kepiting bakau.

YMI bersama dengan pemangku kepentingan dan masyarakat Parit 18-B Kelurahan Sapat, Kabupaten Inhil membuka penutup sungai yang sudah berlangsung sejak 3 bulan lalu.

"Pada kegiatan ini, nelayan kepiting bakau mampu menjangkau hasil tangkapan lebih dari 100 kg dalam sekali pasang. Hal tersebut dapat dicapai karena sebelumnya diadakan penutupan sungai sementara di Parit 18-B," kata Pendamping kegiatan penutupan sungai sementara, Fishries Officer YMI, Muhammad Rukim, Selasa (27/12/2022)

Penutupan sungai ini dimulai pada tanggal 23 Agustus 2022 lalu, sebutnya.

Kelompok masyarakat yang tergabung dalam kelompok usaha perhutanan sosial (KUPS), yang didampingi Yayasan Mitra Insani, berupaya melakukan perbaikan ekosistem sungai.

Melalui kesepakatan bersama dengan kelompok masyarakat, untuk tidak melakukan aktivitas penangkapan kepiting bakau di bekas kebun kelapa yang rusak terendam air pasang.

Kebun kelapa yang rusak tersebut, saat ini perlahan telah berubah menjadi kawasan tumbuh mangrove yang merupakan habitat kepiting bakau, dengan luas kawasan yang disepakati yakni 22 hektar persegi.

KUPS menerapkan kebijakan dalam menjaga wilayah yang mereka tutup, yakni satu orang hanya boleh maksimal menggunakan 50 alat tangkap, kepiting yang masih bayi wajib dilepaskan kembali, dan tidak menggunakan racun untuk aktivitas penangkapan ikan apapun.

Lurah Sapat, Ahmad Riadi mengatakan, potensi yang dimiliki sangat berlimpah dan hal itu anugrah yang diberikan Allah dan harus dimanfaatkan sebaik mungkin.

"Kegiatan penutupan sungai ini juga mendukung program riau hijau yang dicanangkan pak syamsuar agar riau mempunyai pembangunan yang selaras dengan perlindungan ekosistem," katanya.

Tetapi Muhammad Rukim kembali mengatakan, kerusakan sumberdaya perikanan biasanya bersumber dari perilaku destruktif, untuk itu pihaknya ingin memberikan contoh nyata bagaimana menjaga wilayah dalam jangka waktu tertentu dan bandingkan hasil setelahnya.

"Hasil yang meningkat itu yang kita harapakan, dan di tempat ini mata pencaharian seluruh komunitas masyarkatnya adalah nelayan kepiting bakau yang mempunyai nilai ekonomi tinggi, kami berharap ini bisa menjadi perhatian pemerintah dengan potensi dan usaha yang masyarkat lakukan untuk perlindungannya," tuturnya.

Kepiting bakau yang nelayan kumpulkan dijual ke pengepul. Kepiting mempunyai ukuran yang dibagi dalam tipe kelas dengan harga jual berbeda tiap kelasnya, dari yang terkecil yakni kelas C dengan harga jual Rp40 ribu/kg serta yang tertinggi kelas A Super 1 dengan harga Rp250 ribu/kg.

Kepiting yang terkumpul oleh pengepul, dijual kembali ke kecamatan hingga ke Kabupaten Tanjung Balai Karimun, Kepri sebagai komoditi ekspor ke Singapura. (rilis)

Tags : Kepiting Batu, Kepiting Bakau, Nelayan Inhi Panen Kepiting Bakau,