Sorotan   2020/04/02 10:23 WIB

Anak Muda Bosan di Rumah Gara-gara Corona

Anak Muda Bosan di Rumah Gara-gara Corona
class=wp-image-21742

idak biasanya jalanan di Kota Pekanbaru sangat lengang pada hari Jumat. Terhitung dalam waktu 1 menit hanya ada sekitar 5 sampai 10 lalu lalang di Jenderal Sudirman, Arifin Achmad dan Jalan Tuanku Tambusai, Pekanbaru. Pada hari biasa jalanan terlihat padat merayap.

Begitu pula pusat nongkrong warung kopi, Cafe dan pedagang kecil kaki lima yang biasa tampak hadir dipinggir sisi jalan. Tanpa terasa sudah dua pekan terakhir ini sepi lenggang begitu pula bar-bar yang biasanya ramai, hanya terisi dua dan tiga orang saja. Ya begini bang, biasanya kan disini ngantri sampai luar-luar. Sekarang ya segitu aja, kata Afdil yang sedang memarkir sebuah mobil di Jalan Riau.

Setelah melanjutkan perjalanan ke jalan Arifin Achmad wilayah ini biasanya banyak ditemui Cafe dipenuhi oleh anak muda, sebut saja Leng Caffe, Jeber Caffe, Tong Dji yang parkirannya terlihat padat oleh mobil hingga ke pinggir jalan. Hari ini Jumat (3/4) mobil yang biasa banyak terparkir rapi di lahan parkiran kini nyaris tak kelihatan. Ya, pengunjung tak ada lagi. Kalau pun ada gak seramai biasanya. Segini-gini aja. Sekarang dibatasi sampai pukul 9.00 wib malam saja, Bang, kata salah satu karyawan Jeber caffe.

Sebuah coffee shop di bilangan Jalan Arifin Achmad ini memang terlihat lebih sepi dari biasanya, tapi masih ada beberapa orang yang terlihat duduk dan mengobrol bareng beberapa teman. Masih buka kaya biasa cuma memang sepi dari kemarin, semenjak virus corona makin gede. Kalau gini terus jam bukanya bakal diubah, kata pria yang berprofesi karyawan Jeber Coffee itu.

Niat keluar rumah ingin sedikit melepas penat setelah dirumah saja dan WFH 3 hari cuma untuk mencari keringat, ngopi setengah jam terus pulang. Saya pikir ini bukan lockdown, tapi social distancing jadi saya tetap beraktivitas namun hanya menguranginya saja. Melihat biasanya anak muda selalu memenuhi cafe kini sudah tak kelihatan.

Naily (27) mengaku bosan kalau harus terus-terusan di rumah untuk mencegah penyebaran Covid-19. Ia bersama dua temannya terlihat masih nongkrong di Caffe To dibilangan jalan Riau dan mengaku untuk hilangkan kejenuhan. Khawatir sih, gak. Kita waspada aja. Habis bosen kalau di rumah terus. Kuliah online malah banyak tugas, kata mahasiswa Universitas Islam Riau itu.

Ia percaya diri kondisi tubuhnya baik-baik saja. Sehingga sangat kecil kemungkinannya terinfeksi virus corona jika tubuh sehat. Balik lagi ke aku (kesehatan pribadi). Intinya kalau sugesti lu gak corona, ya gak corona. Karena banyak penyakit masuk ke dalam tubuh lu karena pikiran lu. Jadi gua pergi keluar biar gak sugesti, ujarnya.

Begitu juga dengan dua temannya Heri (22) dan Deri (23) yang juga mengaku merasa bosan kalau self quarantine. Mereka sadar virus corona penyebarannya cepat dan berbahaya bagi masyarakat dan diri sendiri. Meskipun mengabaikan imbauan di rumah aja, mereka bertiga tetap melakuan aturan social distancing seperti hindari kerumunan, sterilisasi diri dan tidak sembarangan bersentuhan dengan orang lain. Kita juga gak nyaranin sih, orang ngelakuin ini. Kalo emang mau ya hindari tempat ramai aja. Gua kesini juga tau karena sepi, kata Deri.

Ditemui di Amor Caffe Sukajadi, Heru (22) juga merasa imun dalam tubuhnya masih kuat untuk melawan virus corona. Mahasiswa Universitas Riau ini sudah merasa bosan menghabiskan waktu dengan nonton marathon film di rumah. Lalu memutuskan nongkrong bareng teman-temannya seperti biasa. Karena kita orang sehat dan imunnya masih kuat. Jadi gua pede aja untuk nongkrong di luar rumah, sebutnya.

Heru dan teman-temannya nekat nongkrong di Caffe di Sukajdi karena merasa social distancing sebagai upaya meminimalisir penyebaran virus corona hanya sebatas imbauan. Tidak ada konsekuensi hukum jika melanggar kebijakan isolasi diri di rumah. Namanya juga anak muda, mana betah di rumah doang. Gak ditangkep polisi juga kan, lanjut Heru.

Anak muda yang nongkrong di tengah wabah Covid-19 di Kota Pekanbaru tetap waspada. Mereka sadar secara penuh virus memang berbahaya, apa lagi sejauh ini pusat persebaran virus terjadi di wilayah Kota Pekanbaru memang belakangan jadi senter juga.

Pemuda Tinggal di Daerah Juga Cuek

Terpantau dan didengar informasi para anak muda di daerah seperti Kota Dumai lebih cuek sama Covid-19. Alih-alih mengisolasi diri di rumah utuk mencegah penyebaran virus makin parah mereka abaikan dan beraktivitas seperti biasa. Buat pemerintah yang sedang melawan epidemik ini adalah sebuah tantangan.

Seorang pemuda di Dumai, juga membalas sedikit muka merah dan ngomongnya agak meracau menjawab pertanyaan dari wartawan. Ia merasa imun tubuhnya bisa melawan virus dengan nama Sars-Cov2. Kalo aku kena corona, yaudah kena. Pada akhirnya itu semua gak bikin aku berhenti buat party. Lu tau? Dan disinilah aku, bersenang-senang. Apa yang terjadi ya terjadilah, kata pemuda tersebut.

Anak Muda Bisa Kena Corona

Meski kasus corona menimpa anak muda 19-44 tahun kecil, namun gak menutup kemungkinan terjadi. Achmad Yurianto dari Kementerian Kesehatan mengingatkan anak muda untuk tidak abai dengan imbauan social distancing. Tadi sudah dibicarakan social distancing dan variable orang muda. Jangan kemudian sok gagah-gagahan. Meskipun tubuhnya kuat, tapi dia juga bisa menularkan ke orang tua. Buat dia sih gak masalah, tapi buat orang tua yang jadi masalah, kata Dirjen Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P).

Ia juga menyinggung fenomena pemuda abai isolasi diri juga terjadi di luar negeri. Ini bisa menjadi salah satu faktor penyebab cepatnya penyebaran virus. Anak muda yang terinfeksi kebanyakan tidak alami gejala yang berarti, namun membawa virus. Ini menjadi bahaya dan bisa menularkan virus ke banyak orang.

Profesor epidomology dari John Hopkins University Bloomberg School of Public Health, mengatakan tindakan anak muda yang melakukan party dan nongkrong bisa jadi super spreader. Ini bisa memperburuk penyebaran virus di sebuah wilayah. Kalau abai dan tidak ada tindakan virus bisa menyebar ke masyarakat yang paling rawan kena seperti orang tua, ibu hamil dan orang dengan penyakit komplikasi.

Hansel Tookes, peneliti kesehatan masyarakat dari University of Miami menambahkan anak muda paling potensi sebar Covid-19. Anak muda memiliki interaksi social yang lebih tinggi dari pada golongan umur yang lain. Ada potensi transmisi virus besar pada mereka. Dan kebanyakan orang terinfeksi sebelum gejala muncul, katanya.

Mayoritas orang dengan umur 19-35 yang kena virus corona hanya memiliki gejala ringan. Gejala ringan meliputi demam dan sakit tenggorokan. Habis itu mereka mudah sembuh dibanding golongan umur di atas 50 tahun. Ini berbahaya karena tanpa sadar bisa jadi anak muda tersebut menularkan virus ke orang tuanya atau orang yang lemah imun.

Masih Ada yang Gak Peduli Social Distancing

Perilaku anak muda yang terbilang berisiko di tengah penyebaran virus corona mungkin gak salah. Toh, mereka masih melakukan aturan social distancing. Baruch Fischoff profesor psikologi dari Carniege Mellon University menjelaskan kenapa masih ada orang mengabaikan aturan social distancing di tengah wabah.

Alasan pertama karena mereka tidak merasa kasus di sekitarnya berjumlah besar. Otak manusia memahami situasi berdasarkan angka statistik jika itu benar-benar kejadian sesuai realitanya. Jika angkanya besar maka harus benar-benar kejadian di sekitarnya. Jika angkanya tinggi tapi tidak terlihat di sekitar, maka sulit untuk dipercaya. Kedua, orang cenderung meremehkan faktor kecepatan penyebaran kasus seperti outbreak. Orang lebih percaya intuisi ketika menghitung sebuah perkembangan kasus, ini terjadi pada siapapun seperti pebisnis, politisi dan lainnya.

Ada faktor lain di luar diri menurut Fischoff. Orang jadi abai dengan upaya isolasi diri karena melihat otoritas atau orang lain yang kurang tegas. Kalau otoritas saja tidak tegas dan melakukan upaya serius buat apa kita sebagi masyarakat harus ikut. Oleh karena itu, peran pemerintah juga penting mensosialisasikan bentuk isolasi diri seperti apa ke masyarakat. (rp.ron/*)

Editor: Elfi Yandera

Tags : -,