Headline Riau   2020/10/01 13:59 WIB

Covid-19: Pandemi Dorong dalam Kemiskinan

Covid-19: Pandemi Dorong dalam Kemiskinan

Bank Dunia, dalam laporan terbarunya, memperingatkan bahwa pandemi covid-19 dapat meningkatkan kemiskinan hingga 38 juta orang di kawasan Asia Timur.

PEKANBARU, RIAUPAGI.com - Selama 20 tahun terakhir, kemiskinan telah menurun drastis di sebagian besar Asia Timur. Namun kini, Bank Dunia dalam laporan terbaru memperingatkan bahwa pandemi covid-19 dapat meningkatkan kemiskinan hingga 38 juta orang di kawasan tersebut.

Tanpa tindakan cepat pemerintah di wilayah itu, "tiga guncangan" dari virus corona, yaitu pandemi itu sendiri, pembatasan ekonomi dan resesi global, dapat melahirkan krisis selama bertahun-tahun. "Penyakit, ketidakamanan pangan, kehilangan pekerjaan dan penutupan sekolah dapat menyebabkan erosi sumber daya manusia dan kehilangan pendapatan zyang berlangsung seumur hidup," kata bank tersebut dalam rilisnya.

Dari angka 38 juta itu, Bank Dunia mengatakan tambahan lima juta orang yang sebelumnya tidak masuk kategori miskin akan masuk dalam kelompok tersebut. Mereka mendefinisikan kemiskinan sebagai orang yang hidup dengan pendapatan kurang dari $5,50 per hari. Pada bulan Mei lalu, Bank Dunia memperingatkan bahwa pertumbuhan global dapat menyusut sebesar 5% dan hingga 60 juta orang di seluruh dunia dapat jatuh dalam kemiskinan ekstrem - yang berarti hidup dengan kurang dari US$1,90 (Rp28.000) sehari.

Untuk itulah, Bank Dunia mengatakan dibutuhkan tindakan cepat agar pandemi ini tidak meningkatkan kemiskinan di tahun-tahun mendatang. "Covid-19 tidak hanya menyebabkan pukulan terparah bagi masyarakat miskin, tapi juga mengakibatkan munculnya masyarakat miskin baru," demikian Bank Dunia.

Kawasan Asia Timur, menurut Bank Dunia, dihadapkan serangkaian tantangan yang belum pernah dihadapi sebelumnya. "Dan pemerintah [di kawasan itu] menghadapi pilihan yang sulit," kata Wakil Presiden Bank Dunia untuk Kawasan Asia Timur dan Pasifik, Victoria Kwakwa dalam pernyataannya dirilis Antara, Selasa (29/09).

Laporan edisi Oktober 2020 bahwa pandemi covid-19 telah menyebabkan terjadinya tiga guncangan bagi kawasan ini yaitu pandemi itu sendiri, pembatasan terhadap perekonomian dan gaung resesi global yang diakibatkan oleh krisis yang terjadi. Situasi itu bisa menyebabkan kenaikan angka kemiskinan di kawasan Asia Timur dan Pasifik untuk pertama kalinya dalam 20 tahun, demikian Bank Dunia. "Dengan perkiraan sekitar 38 juta orang tetap berada atau kembali terdorong ke dalam kemiskinan, berdasarkan garis kemiskinan negara berpenghasilan menengah ke atas sebesar $5,5 dolar per hari," ungkapnya.

"Akan tetapi ada beberapa pilihan kebijakan yang cerdas, yang dapat menekan parahnya dampak tersebut," kata Bank Dunia.

"Seperti misalnya dengan berinvestasi pada kapasitas pengujian dan penelurusan serta memperluas cakupan perlindungan sosial yang meliputi masyarakat miskin dan sektor informasal," tambah Victoria Kwakwa.

Laporan Bank Dunia ini memperingatkan, apabila tidak diambil tindakan di berbagai bidang, maka pandemi dapat mengurangi pertumbuhan regional selama satu dekade ke depan. "Dengan dampak terbesar dirasakan oleh keluarga miskin, karena mereka memiliki lebih sedikit akses kepada fasilitas layanan kesehatan, pendidikan, pekerjaan dan keuangan," paparnya.

Pengangguran dan Kemiskinan dialami Riau

Selama mewabahnya virus corona, banyak masyarakat yang kehilangan pekerjaan, baik yang kena pemutusan hubungan kerja (PHK) atau dirumahkan oleh perusahaan dan lain sebagainya. Gubernur Riau Drs H Syamsuar MSi mengakui dua katagori ini usai menjadi pemateri pada webinar nasional "Dampak Covid-19 Terhadap Pembangunan Daerah di Indonesia" di Gedung Daerah Riau di Pekanbaru belum lama ini.

Ia mengatakan, peningkatan angka pengangguran maupun kemiskinan diakibatkan oleh dampak Covid-19 terhadap sektor riil seperti restoran, hotel, usaha mikro kecil menengah (UMKM) maupun industri besar yang ada di Riau. "Ya, ada penambahan angka pengangguran lebih kurang 7.160 jiwa di Riau," sebut Syamsuar. 

Angka kemiskinan meningkat menjadi lebih kurang 23.776 jiwa. Meski demikian, menurut Syamsuar, pemerintah tidak akan tinggal diam dengan kondisi ekonomi masyarakat di tengah pandemi ini. Syamsuar mengaku akan membuat suatu kebijakan untuk memulihkan ekonomi. "Kami akan membuat suatu kebijakan, terutama untuk memulihkan ekonomi masyarakat. Baik berkenaan dengan bantuan melalui Pemerintah Provinsi Riau, bank dan bantuan dari Badan Amil Zakat Nasional (Baznas) Provinsi Riau," sebut Syamsuar.

Syamsuar sebelumnya juga meminta agar masyarakat dapat memanfaatkan lahan kosong yang ada untuk bercocok tanam. Hal itu untuk mengatasi dampak ekonomi yang lebih serius akibat wabah Covid-19. "Kami berharap masyarakat memanfaatkan lahan kosong, baik itu untuk menanam sayur-sayuran maupun tanaman pangan lainnya," kata Syamsuar beberapa waktu lalu. Menurut dia, banyak masyarakat yang tidak menyadari bahwa lahan kosong yang ada di sekitar pekarangan rumah juga bisa dimanfaatkan apabila mampu diolah dengan sebaik mungkin. Salah satu contohnya, lahan yang sempit bisa memanfaatkan teknik hidroponik untuk menanam buah. "Lahan sempit bukan berarti tidak bisa mencukupi kebutuhan sehari-hari. Justru dari lahan yang seadanya bisa dimanfaatkan untuk menghasilkan uang tambahan. Banyak yang sudah berhasil bahkan menghasilkan uang," ujar Syamsuar

Riau urutan ketiga penambahan pasien corona 

Terkait penyebab kemiskinan dan pengangguran oleh penyebabran virus corona, Kementerian Kesehatan Republik Indonesia kembali merilis data terbaru penambahan covid-19 di Indonesia. Dari data itu, Riau menjadi wilayah dengan penambahan tertinggi yakni sebanyak 352 kasus di Rabu 30 September 2020 kemarin. Dengan data yang terpapar jelas dirilis Kemenkes RI itu, maka jumlah total kasus terkonfirmasi covid-19 di Riau kini mencapai 7.623 kasus atau orang. Sementara kabar dukanya terdapat 8 pasien yang meninggal dunia di Riau. Jadi, total ada 159 orang meninggal yang positif covid-19 di Riau.

Sementara kabar baiknya, ada sebanyak 246 pasien yang dinyatakan sembuh dan diperbolehkan pulang di Bumi Lancang Kuning. Sehingga jumlah total pasien sembuh mencapai 3.849 orang. Jumlah itu juga menjadikan Riau sebagai wilayah dengan penambahan kasus baru tertinggi di Pulau Andalas hari ini. Untuk Sumatera Selatan ada 110 kasus, Sumatera Utara 102 kasus Sumatera Barat 101 kasus, Aceh 83 kasus, Kepulauan Riau 34 kasus, Bengkulu 28 kasus, Jambi 23 kasus, Lampung 19 kasus, Bangka Belitung 14 kasus.

Sementara, peringkat pertama saat ini masih diduduki oleh DKI Jakarta dengan penambahan sebanyak 1.159 kasus. Kemudian disusul wilayah Jawa Barat sebanyak 446 kasus. Sebagai pengingat, penambahan kasus hari ini menjadi penambahan kasus terbesar semenjak virus itu mewabah di Riau beberapa waktu lalu. Sebelumnya Sabtu (19/9) penambahan kasus juga pernah mencapai 303 kasus.

Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Riau Mimi Yuliani Nazir menjelaskan penambahan pasien positif cirona di Riau pada hari ini sebanyak 352 orang, terbanyak sejak awal pandemi. "Terdapat penambahan 352 kasus pasien positid Covid-19. Kabar baiknya, terdapat penambahan 250 pasien Covid-19 yang dinyatakan sembuh," kata Mimi.

Selain itu, ada juga kabar duka yakni terdapat penambahan 8 pasien yang dinyatakan meninggal dunia karena Covid-19. Mimi menjelaskan, penambahan pasien positif virus corona itu terbanyak di Pekanbaru yakni 227 orang. Sedangkan di Inhil 5, Siak 20, Dumai 13, Kampar 26, Bengkalis 13, Pelalawan 12, Kuansing 6, Meranti 18, Rohul 3, Inhu 5, dan Rohil 4. "Sehingga, total pasien positif virus corona sejak awal pandemi hingga hari ini mencapai 7.623 orang. Dari jumlah itu, pasien yang sedang menjalani isolasi mandiri 2.617, pasien dirawat di rumah sakit 997, sembuh 3.850 dan 159 meninggal dunia," tandasnya.

Antisipasi lonjakan pasien terkonfirmasi Covid-19

Mimi Yuliani Nazir juga mengakui mengantisipasi lonjakan jumlah pasien terkonfirmasi Covid-19, Pemprov Riau tetap akan menyiapkan dua hotel yang nantinya akan dipergunakan untuk ruang isolasi pasien terkonfirmasi Covid-19 OTG (Orang Tanpa Gejala). "Untuk hotel tetap akan kita persiapkan guna menampung pasien terkonfirmasi Covid-19, jikalau sewaktu-waktu terjadi lonjakan kasus Covid-19 di Provinsi Riau," ungkapnya.

Saat ini, Hotel Mutiara Merdeka dan Grand Suka, Pekanbaru yang telah dipilih oleh pemerintah untuk dijadikan ruang isolasi belum diisi oleh pasien terkonfirmasi Covid-19 Orang Tanpa Gejala (OTG). Tempat penampungan karantina mandiri pasien OTG yang telah ditetapkan di gedung pemerintahan masih mencukupi. Dan masih bisa menampung pasien yang melakukan isolasi mandiri. "Gedung pemerintahan yang dipergunakan untuk ruang isolasi kita masih mencukupi. Jadi tidak mungkin ruangan ini tidak kita pergunakan dan sayang juga," ujarnya.

"Sebab itu, kita telah memberi tahu kota untuk menginstruksikan Puskesmas agar dapat merujuk pasien terkonfirmasi Covid-19 yang melakukan isolasi ke tempat yang telah ditentukan. Soalnya secara ruangan masih cukup dan belum penuh".

Mimi juga menyampaikan bagi petugas Puskesmas yang ada di Kota Pekanbaru dan daerah lainnya, bisa mendata dan menjemput setiap OTG yang mengkarantina diri di rumah, jika rumah tersebut tidak layak untuk isolasi mandiri, termasuk pasien OTG. "Dan kenapa pasien yang positif maupun OTG yang melakukan isolasi mandiri di rumah perlu untuk dirujuk ke tempat yang telah disiapkan oleh Pemerintah, adalah untuk dapat dikontrol dan teman - teman medis yang bekerja disanapun akan lebih gampang melakukan penanganannya," tuturnya. (*)

Tags : Gubernur Riau, Syamsuar, pengangguran di riau, pengangguran di riau meningkat, pandemi corona,