Nusantara   2022/12/16 22:52 WIB

Data Bupati dengan BNPB Soal Korban Gempa tak Sama, 'yang Meninggal Dunia Jumlahnya Berbeda'

Data Bupati dengan BNPB Soal Korban Gempa tak Sama, 'yang Meninggal Dunia Jumlahnya Berbeda'
Tanah longsor akibat gempa Cianjur menyebabkan korban jiwa.

CIANJUR - Bupati Cianjur, Herman Suherman, dan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Cianjur menyatakan jumlah korban jiwa gempa 21 November lalu telah mencapai lebih dari 600 jiwa.  

Akan tetapi, Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) tetap pada data mereka sejak akhir November lalu. BNPB menyatakan jumlah korban meninggal gempa berkekuatan M5,6 itu mencapai 335 jiwa.  

"Kemenkes menggunakan relawan dari mahasiswa - pada saat ini sudah pegang data 603. Sedangkan dari BPBD itu 637 orang. Nah, kami akan sinkronkan sore ini," kata Kepala Pusat Data dan Informasi BPBD Cianjur, Wawan Setiawan, Selasa (13/12). 

Wawan mengatakan, penambahan jumlah korban meninggal ini karena persoalan dokumentasi Nomor Induk Kependudukan (NIK) dan bertambahnya pelaporan dari ahli waris. 

"Kenapa kita kesulitan mencari NIK-nya? Dikarenakan banyak rumah-rumah hancur... Kami masih terbuka untuk ahli warisnya yang menyampaikan bila mana ada anggota keluarganya masih hilang, atau belum diketemukan," ujarnya. 

Sejauh ini data korban jiwa yang sudah mendapat surat kematian sebanyak 122 jiwa, untuk kemudian mendapat dana sosial sekitar Rp15 juta kepada ahli waris.  

Sementara sisanya masih proses pendataan. 

"Sekarang masih diolah sama Dukcapil, Dinsos, Dinkes dan macam-macam, Insyaallah segera diproses," tambah Wawan. 

BPBD Cianjur juga melaporkan jumlah korban tewas paling banyak terdapat di Kecamatan Cugenang, yaitu lebih dari 400 jiwa. Sisanya tersebar di kecamatan lainnya.

Bupati Cianjur: Laporan korban meninggal membludak setelah ada uang kerohiman

Bupati Cianjur, Herman Suherman, mengatakan laporan korban meninggal yang diterima Pemkab meningkat tajam setelah pihaknya mengumumkan adanya uang belasungkawa. 

"Jadi, pada saat kami akan memberikan uang kerohiman, nah di situlah kepala desa, RT/RW mendata. Akhirnya melaporkan. 

“Setelah dilaporkan by name by address ada surat keterangan kematian, jadi membludak," kata Bupati Herman, seperti dirilis BBC News Indonesia.

Saat ini, menurut Herman, warga yang meninggal akibat gempa Cianjur mencapai 602 jiwa.  

Data tersebut sudah disampaikan ke Kementerian Sosial untuk mendapat uang belasungkawa sebesar Rp15 juta per korban. Uang ini diberikan kepada ahli waris. 

"Mudah-mudahan bisa segera dicairkan. Yang penting ada surat kematian, ada kartu keluarganya, kita kirimkan ke sana," katanya. 

Menurut Bupati Herman, data korban ini termasuk yang meninggal di tenda-tenda. 

"Yang meninggal di rumah sakit, yang hilang, yang meninggal di puskesmas, yang meninggal saat ada di tenda, yang meninggal pada hari H yang tidak terlaporkan itu kebanyakan itu," tambahnya. 

Ia juga mengatakan penambahan data ini sesuatu yang wajar mengingat banyak warga membutuhkan bantuan. 

"Ini tidak usah diperdebatkan, ini hanya mereka saja tidak mau melaporkan. Setelah melaporkan ada uang kerohiman jadi bertambah," katanya.
Harus relokasi untuk rumah di titik episenter 

Pada 24 November lalu, Kepala BMKG Dwikorita Karnawati mengatakan kerusakan rumah warga terparah yang berada di atas titik episenter dan dengan konstruksi buruk.

“Dari pengamatan di lapangan, kondisi tanah tidak begitu signifikan, yang lebih signifikan adalah kondisi konstruksi bangunan,” kata dia.

Dengan begitu, Dwikorita menambahkan, pembangunan kembali rumah warga “masih dapat dilakukan di lokasi yang sama”, dengan dua syarat: konstruksi tahan gempa dan jarak hingga 100 meter radius dari titik pusat gempa.

Sebelumnya, Presiden Joko Widodo menjanjikan memberi bantuan sebesar Rp50 juta untuk warga yang rumahnya rusak berat, dan Rp20 juta untuk rusak sedang. 

Verifikasi untuk penerima bantuan ini akan dilaksanakan oleh Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat.

Uang senilai itu, sebut Bupati Cianjur Herman Suherman, mungkin tidak cukup untuk membangun rumah tahan gempa.

“Konstruksi tahan gempa pasti dana agak besar. Tentunya kami mengharapkan warga masyarakat berpikir ke masa yang akan datang, bukan asal jadi sekarang,” sebut Herman.

Sebelumnya, Presiden Joko Widodo kembali mengunjungi lokasi terdampak gempa di Cianjur, Jawa Barat, Kamis (24/11). Dia ingin memastikan proses evakuasi dan distribusi bantuan berjalan dengan baik.

Kepala Basarnas, Marsdya TNI Henri Alfiandi, sebelumnya menyatakan sebanyak 39 korban terjebak tanah longsor di Kecamatan Cugenang. Kemudian satu korban di Kecamatan Warung Kondang.

Tim SAR yang terlibat dalam operasi SAR pada Kamis (24/11) sebanyak 1.217 personel.

Kondisi yang masih hujan dan gempa susulan yang masih terjadi, kata Presiden Jokowi, membuat proses evakuasi terkendala karena tanah menjadi labil, sehingga tim evakuasi harus berhati-hati.

"Tapi, tadi menteri PU [pekerjaan umum] sudah memerintahkan jajarannya yang sudah terbiasa melakukan cut and fill. Saya rasa ini bisa segera dikerjakan," tambah dia.

Ini merupakan kali kedua Presiden Jokowi berkunjung ke lokasi bencana di Cianjur. Kunjungan pertamanya dilakukan pada Selasa (22/11), sehari setelah gempa magnitudo 5,6 mengguncang wilayah itu.

Selain memantau proses evakuasi, Jokowi juga ingin memastikan bantuan logistik di lapangan, sepeti makanan, obat-obatan, dan kebutuhan lainnya, terdistribusi dengan baik. Pasalnya, dia masih menerima keluhan dari warga.

"Tadi ada juga keluhan air, karena memang ini titiknya banyak sehingga butuh waktu untuk mendistribusikan. Saya ingin pastikan itu semuanya segera terdistribusi," kata Jokowi.

Titik pengungsian yang terlalu banyak dan medan di daerah pegunungan, dikatakan Jokowi, membuat distribusi logistik sulit dilakukan. Oleh sebab itu, sejak Selasa lalu, dia memerintahkan penggunaan helikopter untuk menjangkau wilayah-wilayah tersebut.

Seorang anak ditemukan selamat di bawah reruntuhan

Upaya evakuasi terhadap korban gempa Cianjur yang terjebak di bawah reruntuhan bangunan pada Rabu (23/11) berhasil menyelamatkan seorang anak berusia enam tahun bernama Azka, kata Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Suhariyanto.

Azka berhasil dievakuasi setelah hampir 48 jam tertimbun tanpa makan dan minum di bawah reruntuhan rumah orang tuanya di wilayah Rawa Cina, Kecamatan Cugenang.

“(Azka) ditemukan di sebelah neneknya yang meninggal dunia,” kata Suhariyanto dalam konferensi pers di Cianjur pada Rabu (23/11).

Selain itu, tim SAR gabungan juga menemukan tiga korban lainnya dalam keadaan meninggal dunia.

Suhariyanto mengatakan sebanyak 40 orang masih berstatus hilang hingga Rabu sore. (*)

Tags : Gempa Cianjur, Data Bupati dengan BNPB Korban Gempa tak Sama, Jumlah Korban Meninggal Dunia Berbeda, Gempa bumi, Bencana alam,