Agama   2021/06/11 22:36 WIB

Inggris Tarik Buku Pelajaran yang Membahas Masalah Israel-Palestina

Inggris Tarik Buku Pelajaran yang Membahas Masalah Israel-Palestina
Inggris Tarik Buku Pelajaran Sejarah karena Pro-Israel. Murid sekolah di Inggris. 

AGAMA - Dewan pemeriksa di Inggris menarik kembali buku-buku pelajaran yang membahas masalah Israel dan Palestina yang tengah berlangsung setelah adanya tuduhan konten di dalam buku menguntungkan Israel. Akibat penarikan buku pelajaran tersebut, kekhawatiran meningkat di sekolah Inggris pada kemampuan sekolah untuk secara akurat mengajar siswa tentang konflik yang tengah berlangsung antara Israel dan Palestina.

Satu set buku sejarah yang diterbitkan oleh Pearson ditarik setelah revisi kedua dituduh oleh para akademisi menyajikan pandangan bias yang menguntungkan Israel. Kritikan muncul setelah dilakukan suntingan panjang yang dibuat atas arahan beberapa organisasi Yahudi, Dewan Deputi Yahudi Inggris, dan pengacara Inggris untuk Israel.

Laporan para profesor dari British Committee for the Universities of Palestine (Bricup) menemukan ada 294 perubahan dilakukan pada dua buku teks, yang sebagian besar mendukung Israel. Menyusul laporan tersebut, Pearson menarik buku teks tersebut untuk ditinjau. Buku-buku teks Edexcel yang dimaksud adalah Conflict in the Middle East 1945-1995 for GCSE yang diterbitkan pada 2016 dan The Middle East: Conflict, Crisis and Change 1917-2012 yang diterbitkan pada 2017.

Dua peneliti dan guru Timur Tengah, khususnya konflik Israel-Palestina, John Chalcraft dan James Dickins, melakukan perbandingan baris demi baris dari versi aslinya dan menemukan revisi tersebut sangat pro-Israel. Salah satu contoh perubahan yang membuat perbedaan substansial pada pembingkaian Israel-Palestina adalah deskripsi pembantaian Deir Yassin.

Dalam buku teks asli, pembantaian pasukan Israel yang menewaskan sedikitnya 107 warga sipil Palestina digambarkan sebagai salah satu kekejaman terburuk perang. Namun, dalam teks revisi baru, kata "kekejaman (atrocities)" diubah menjadi "tindakan (act)".

Dalam contoh lain, sebuah foto dengan judul "Anak-anak Menyeberangi Limbah Meluap di Kamp Pengungsi Jabalya di Gaza" diubah dengan menghilangkan kata "limbah". Dengan demikian, menurut laporan itu, revisi teks tersebut mencegah siswa mendapatkan informasi tentang fakta penting kehidupan warga Palestina di Gaza dan membuat foto tersebut sangat sulit ditafsirkan.

Selain itu, rujukan pada kekerasan dan agresi Yahudi dan/atau Israel telah dihilangkan atau diperlunak. Sementara, rujukan pada kekerasan atau agresi Arab dan/atau Palestina telah ditambahkan atau diintensifkan. 

Kemudian dalam versi yang direvisi, kata 'terorisme' lebih sering diterapkan pada orang Arab dan Palestina daripada kepada orang Yahudi atau Israel. Padahal, selama bertahun-tahun jumlah warga sipil Palestina dan Arab yang dibunuh oleh pasukan Israel jauh lebih besar daripada jumlah warga sipil Yahudi atau Israel yang dibunuh pasukan Palestina.

Hal yang paling penting, laporan tersebut juga menunjukkan publikasi tersebut tidak menunjukkan dengan cara apa pun yang dapat dilihat bahwa teks telah direvisi. Nomor ISBN buku teks sama dengan versi yang lebih lama.

"Hasilnya adalah dua buku teks yang mendistorsi catatan sejarah, gagal memberi siswa pandangan yang seimbang tentang konflik tersebut. Buku-buku ini, kami simpulkan, tidak sesuai dengan tujuannya. Anak-anak sekolah tidak boleh diberikan propaganda dengan kedok pendidikan," tulis kedua pendidik itu, dilansir di The New Arab, Rabu (9/6).

Sementara itu, Pearson mengatakan sedang meninjau buku teks tersebut dan akan mengambil tindakan jika ada lebih banyak pekerjaan yang harus dilakukan. Presiden Dewan Deputi Yahudi Inggris Marie van der Zyl mengatakan kepada The Guardian bahwa mereka bangga dengan pekerjaan yang mereka lakukan dengan Pearson untuk mengatasi kekhawatiran serius tentang bias dalam dua buku teks tersebut. Hal itu termasuk kurangnya kontekstualisasi dan penghilangan upaya perdamaian dan penderitaan yang disebabkan oleh konflik untuk semua yang terlibat.

Sebelumnya, agresi Israel di Gaza yang menyebabkan kematian sedikitnya 180 warga Palestina, termasuk 69 anak-anak, telah memicu protes dari siswa di seluruh sekolah di Inggris. Pengusiran paksa yang berkelanjutan dari keluarga Palestina dari rumah mereka di Sheikh Jarrah telah mendapat perhatian internasional.

Hal itu berkat saudara kembar Palestina Mohammed dan Muna El Kurd. Mereka ditangkap oleh pasukan Israel setelah menggunakan akun media sosial mereka untuk meningkatkan kesadaran akan kekejaman Israel di Palestina. (*)

Tags : sekolah inggris, buku sejarah inggris, konflik palestina israel, pendudukan israel, penjajahan israel, pendudukan palestina, sheikh jarrah, siswa inggris, distorsi sejarah, buku pearson, pandangan bias israel,