Headline Agama   2022/01/10 21:4 WIB

Keberangkatan Pertama Umrah Tak Begitu Baik, Masih 'Ditengah Pandemi dan Imbauan Tidak ke Luar Negeri'

Keberangkatan Pertama Umrah Tak Begitu Baik, Masih 'Ditengah Pandemi dan Imbauan Tidak ke Luar Negeri'

AGAMA - Untuk pertama kalinya, Kementerian Agama (Kemenag) Indonesia kembali memberangkatkan jemaah umrah ke Arab Saudi setelah larangan penerbangan langsung dicabut per 1 Desember 2021.

Kloter pertama yang terdiri dari 415 jemaah sudah diberangkatkan pada 8 Januari dan masih ada tiga keberangkatan lagi yang sudah dijadwalkan sampai 13 Januari dengan total ratusan jemaah. Keberangkatan ini di tengah peningkatan kasus Omicron di banyak negara.

Di Indonesia, Kementerian Kesehatan (Kemenkes) menyebut kasus infeksi Omicron masih didominasi pelaku perjalanan luar negeri yang mencapai 295 kasus per 7 Januari.

Melihat hal tersebut, Ketua Satgas Penanganan Covid-19 Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Zubairi Djoerban mengimbau warga tidak berpergian ke luar negeri, terutama negara dengan jumlah kasus positif Covid-19 yang tinggi.

Epidemiolog Masdalina Pane juga meminta pemerintah Indonesia konsisten dan disiplin menerapkan karantina pada pelaku perjalanan internasional. Selama ini masih ditemukan beberapa pelanggaran sehingga menyebabkan kasus Omicron bisa masuk ke komunitas, kata dia.

Namun Direktur Penyelenggara Haji dan Umrah Kemenag Hilman Latief mengatakan pemerintah Indonesia dan Arab Saudi sudah menjalani protokol kesehatan untuk mencegah infeksi Covid pada jemaah.

Di Indonesia, Kemenag memberlakukan kebijakan satu pintu atau one gate policy, yaitu semua jemaah umrah harus dikarantina selama satu hari di Asrama Haji di Jakarta, sebelum diberangkatkan.

"Dengan one gate policy, berangkatnya dari asrama haji, untuk memastikan [para jemaah] ikut dulu protokolnya, sesuai dengan yang disyaratkan Saudi. Untuk PCR-nya sudah ditentukan lab yang direkomendasi oleh Kedutaan Besar Saudi Arabia, memenuhi apa yang mereka minta dan juga apa yang ditentukan pemerintah Indonesia," kata Hilman dirilis BBC Indonesia.

Sesampainya di Arab Saudi, jemaah juga harus menjalani beberapa tes PCR dan karantina selama lima hari, lanjut Hilman. 

Hilman mengimbau semua agen perjalanan umrah mematuhi kebijakan tersebut agar pengawasannya bisa lebih mudah. Kemenag mengatakan akan melakukan evaluasi keberangkatan umrah ini untuk menentukan kebijakan selanjutnya.

"Pesan dari saya jangan disepelekan tentang one gate policy ini karena kita bukan main-main. Ini diplomasi yang harus kita jaga, komitmen yang kita jaga antara pemerintah Indonesia dan Saudi Arabia," ujar dia.

Harapannya, penyelenggaraan umrah ini juga bisa menjadi acuan untuk penyelenggaraan ibadah haji di tengah pandemi.

Arab News menyebut, jumlah kasus positif Covid-19 di Arab Saudi meningkat dua kali lipat dalam sepekan akibat varian Omicron. Per 9 Januari, Worldometer mencatat penambahan kasus positif sebanyak 3.460 di Arab Saudi, yang menyebabkan negara itu berada di urutan ke-17 dilihat dari jumlah kasus positif harian.

Tanpa menyebutkan jumlah pasti, baru-baru ini Kemenkes mengumumkan kasus infeksi Omicron terbanyak berasal dari pelaku perjalanan yang datang dari Turki dan Arab Saudi.

Per 7 Januari, total infeksi Covid Omicron berjumlah 318 kasus, dengan 92 persen didominasi dari pelaku perjalanan luar negeri.

Ketua Satgas Penanganan Covid-19 Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Zubairi Djoerban pun mengimbau warga tidak berpergian ke luar negeri karena ditakutkan Omicron akan membuat jumlah kasus positif Covid di Indonesia melonjak dan membuat fasilitas kesehatan kewalahan, seperti yang terjadi pada pertengahan 2021 lalu, ketika Delta menyebar di seluruh dunia.

"Kalau enggak penting banget, enggak usah. Ke depannya kan kalau [kasus Omicron] sudah masuk cukup banyak, penularannya cepat banget, itu yang dikhawatirkan. Begitu penularan cepat banget maka kasusnya akan menjadi banyak banget. Pada waktu kasus banyak banget, rumah sakit akan mulai terbebani," kata Zubairi.

Sebelumnya, Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin juga meminta masyarakat agar tidak berpergian ke luar negeri. Pada Desember 2021, Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Panjaitan juga meminta hal yang sama.

Namun nyatanya, masih banyak juga warga yang melakukan perjalanan ke luar negeri di masa libur Natal dan Tahun Baru lalu.

Epidemiolog Masdalina Pane mengatakan sebenarnya perjalanan ke luar negeri tidak akan berisiko besar terhadap transmisi lokal jika penjagaan di pintu masuk benar-benar ketat dan disiplin.

Menurut dia, pemerintah Indonesia harus konsisten dan tegas dalam menerapkan karantina sebagai upaya cegah tangkal.

"Variant of concern itu walaupun terus ada dan bertambah. Itu tidak harus membuat kita menutup pintu masuk kita atau hubungan internasional kita dengan negara-negara lain, sepanjang kalau pulangnya dikarantina. Jadi, boleh kalau mau pergi ya silakan, tapi pulangnya di karantina. Nah, karantinanya ini yang harus disiplin," tegas Masdalina.

Pelaksanaan karantina, kata dia, harus mengikuti pengendalian wabah yang komandonya dilakukan oleh Badan Kesehatan Dunia (WHO), yaitu 14 hari, sesuai masa inkubasi virus.

"Jadi enggak usah direpotkan dengan angka 5 hari, 7 hari, 10 hari. Karantina itu di dalam konsepnya hanya dua, karantina 14 hari atau tidak karantina sama sekali. Boleh tidak karantina itu kalau tidak ada variant of concern yang bersirkulasi di tingkat global," kata Masdalina.

Hal itu ditekankan Masdalina, karena masih ditemukan kasus-kasus pelanggaran karantina di Indonesia.

Baru-baru ini Kepala Badan Intelijen Negara (BIN) Budi Gunawan mengungkapkan terdapat beberapa pelanggaran yang ditemui di lapangan, seperti praktik joki karantina, interaksi yang bebas dengan pihak luar, sampai negosiasi dengan petugas supaya bisa menjalani karantina di rumah.

Masdalina juga menemukan informasi yang sama dari Wisma Atlet. "Itu kan mengerikan sekali. Masa di tempat karantina ada orang jualan mi rebus yang harganya 3-4 kali lebih tinggi." Selain itu, juga ditemukan penjual boneka sampai sim card.

"Ini apa sebenarnya? Konsep karantina model apa yang diterapkan itu? Filosofi karantina itu dirusak oleh para petugas di karantina itu sendiri," kata Masdalina.

Dalam sepekan terakhir, kasus positif Covid-19 di Indonesia mengalami kenaikan. Pada 3 Januari, kasus hariannya masih di angka 174, tapi jumlahnya terus meningkat sampai 6 Januari dengan total 533 kasus positif.

Pada 7-8 Januari terdapat sedikit penurunan, tapi pada 9 Januari, jumlah kasus positif kembali naik sebanyak 529 kasus.

"Seminggu ini sudah terjadi peningkatan kasus dan peningkatan positivity rate yang doubling (meningkat dua kali) dibanding minggu lalu. Sementara kualitas karantina kita enggak begitu baik. Saya sih sudah mulai resah ya," ujar Masdalina. (*)

Tags : Virus Corona, Keberangkatan Umrah 2022, Umrah Ditengah Pandemi dan Imbauan Tidak ke Luar Negeri,