Headline Sorotan   2021/03/13 14:53 WIB

Kekacauan Indra Penciuman Akibat Virus Corona, 'Daging Terasa Seperti Bensin'

Kekacauan Indra Penciuman Akibat Virus Corona, 'Daging Terasa Seperti Bensin'

"Kehilangan kemampuan untuk mencium atau mengecap adalah dua gejala yang terkait dengan Covid-19"

eski banyak yang kemudian normal kembali, bagi yang lain, keadaan itu berubah menjadi fenomena yang disebut parosmia, yang membuat mereka terjebak dalam dunia dengan distorsi bau. Bagi Kate McHenry, air keran biasa tercium tak sedap. Sabun mandi pun menyebarkan bau tak enak, yang membuatnya harus berjuang saat mandi. "Sampo Aussie yang duluadalah favorit saya, sekarang menjadi bau paling menjijikkan di dunia," katanya.

Setelah jatuh sakit ringan pada bulan Maret dengan dugaan Covid-19, perempuan 37 tahun, dari Widnes di Cheshire itu, tidak dapat mencium apa pun selama empat minggu sebelum indera penciumannya itu perlahan kembali. Tapi pada pertengahan Juni, hal-hal "mulai terasa sangat aneh", bau-bau yang bisa diciumnya adalah bau "bahan kimia yang buruk".

Hal itu memiliki efek yang mengubah hidup Kate - dia kehilangan berat badan, berjuang dengan kecemasan, dan rindu akan kenikmatan makan, minum, dan bersosialisasi. Masalahnya sangat buruk bahkan di tempat-tempat di mana makanan dimasak, dia kewalahan oleh bau busuk. Dia takut dia akan kehilangan indra penciumannya selamanya. "Saya suka makanan enak, pergi ke restoran, minum-minum dengan teman-teman, tapi sekarang semua itu sudah hilang. Daging rasanya seperti bensin dan anggur prosecco rasanya seperti apel busuk. Jika pasangan saya, Craig, makan kari, saya merasa baunya sangat tak enak. Bahkan saya merasa baunya keluar dari pori-porinya, jadi saya berjuang kalau berada di dekatnya. Saat masak di malam hari saya merasa kesal. Craig akan berkata 'kamu ingin makan apa?' dan saya merasa sangat sedih karena tidak ada yang saya inginkan - saya tahu semuanya akan terasa mengerikan. Implikasi yang ditimbulkannya terhadap hidup saya sangat besar dan saya sangat takut saya akan terjebak seperti ini selamanya."

Orang dengan Covid-19 kehilangan indra penciumannya - yang dikenal sebagai anosmia - karena virus tersebut merusak jaringan dan ujung saraf di hidung mereka. Ketika saraf-saraf itu tumbuh kembali, parosmia bisa terjadi dan otak tidak dapat mengidentifikasi bau sebenarnya dari suatu benda. Kondisi ini biasanya terkait dengan flu biasa, masalah sinus, dan cedera kepala. Penderita menggambarkan mereka bisa mencium bau terbakar, asap rokok atau daging busuk. Dalam kasus yang parah, baunya menyebabkan muntah.

Meskipun para profesional berharap parosmia adalah tanda pemulihan indra penciuman, bagi sebagian orang butuh waktu bertahun-tahun untuk sembuh. Bagi Pasquale Hester, dari Leeds, pasta gigi adalah salah satu yang terburuk. Rasa zat kimia dalam pasta gigi membuatnya muntah-muntah sehingga dia terpaksa menggosok gigi dengan garam, yang rasanya normal baginya. Seperti banyak penderita Covid-19 lain, butuh berminggu-minggu sebelum indra penciumannya pulih setelah ia terinfeksi virus corona. Namun, ketika dia makan kari di ulang tahunnya di bulan Juni, dia menyadari indra penciumannya yang kacau. "Saya makan poppadum (roti India) tetapi langsung melepehnya karena rasanya seperti cat. Beberapa makanan lebih bisa dimakan daripada yang lain," kata Pasquale dirilis BBC News.

"Kopi, bawang merah dan bawang putih adalah yang paling buruk. Yang bisa saya makan untuk beberapa hari adalah kacang polong manis dan keju. Kehilangan penciuman saya adalah perjuangan mental, tapi ini benar-benar sangat buruk. Saya bahkan berharap musuh teburuk saya tak akan mengalami apa yang saya alami."

Mahasiswa hukum Brooke Jones mulai mengalami gejala Covid-19 pada bulan April dan dinyatakan positif Covid-19 seminggu kemudian. Dia menggambarkan hampir semua yang dia cium seperti "daging busuk dicampur dengan sesuatu dari peternakan". Perempuan berusia 20 tahun, dari Bradford itu memiliki daftar "makanan aman" yang hampir bisa dia toleransi - yakni wafel, mentimun dan tomat. "Saya pikir sekarang saya bisa membayangkan seperti apa rasa sesungguhnya. Jadi ketika saya memesan makanan China, meskipun rasanya tak terlalu enak, saya bisa meyakinkan diri sendiri bahwa rasanya tidak terlalu buruk."

Meski jumlah pasien Covid yang mengalami parosmia tidak diketahui, diperkirakan ratusan ribu di antaranya menderita anosmia. Prof Claire Hopkins, presiden British Rhinological Society (BRS), mengatakan ada "kepercayaan salah yang meluas" bahwa kehilangan indra penciuman akibat virus berlangsung sebentar. "Ya, ada peluang bagus untuk sembuh, tetapi ada sejumlah besar orang yang akan kehilangan bau dalam jangka waktu lama dan dampaknya terabaikan sepenuhnya."

Bau memainkan peran penting dalam memori, suasana hati dan emosi. Mereka yang menderita disfungsi mengalami perasaan terisolasi, kata Prof Hopkins. Sementara anosmia adalah sesuatu yang membingungkan, parosmia bisa menjadi tak tertahankan dan hanya dalam keadaan yang sangat ekstrem obat, dalam bentuk obat antiepilepsi, dapat diresepkan. Prof Hopkins mengatakan pasien mengalami kesulitan untuk mengakses bantuan untuk masalah penciuman dan dia bekerja dengan staf kesehatan NHS untuk mengubahnya. "Dokter sedang mengejar ketinggalan dan mungkin sebagian besar dokter belum pernah menemukan pasien dengan anosmia sebelumnya. Tidak ada banyak hikmah dari pandemi, tetapi jika kita dapat menggunakannya untuk mendidik staf kesehatan lebih baik tentang kehilangan bau dan lebih memahami dampaknya bagi mental dan fisik, maka itu adalah kemajuan yang besar."

Oleh karena belum ada obatnya, penderita dapat mengakses bantuan dan dukungan dari AbScent, lembaga amal yang telah mendirikan grup Facebook. Dengan masukan dari BRS, badan amal tersebut telah menghasilkan panduan informasi bagi orang-orang yang mengalami kehilangan bau terkait Covid, termasuk rincian makanan apa yang harus dimakan dan cara mengikuti pelatihan penciuman. Pendirinya, Chrissi Kelly, berkata: "Hal terpenting bagi orang-orang adalah melihat bahwa orang lain berada di perahu yang sama dan dapat berbagi secara terbuka."

Grup Facebook itu juga menjadi wadah bagi penderita anosmia dan parosmia yang berjuang untuk memahami kondisi mereka. Brooke menambahkan: "Ketika saya mencoba dan menjelaskannya, beberapa orang berpikir itu lucu dan mereka membuat lelucon - bahwa setidaknya saya tidak bisa mencium bau yang tidak enak. "Saya tahu efek Covid bisa jauh lebih buruk, tetapi keadaan ini mempengaruhi saya dan menakutkan bahwa tidak seorang pun tampaknya dapat memberi tahu Anda kapan atau apakah keadaan ini akan menjadi lebih baik". (*)

Tags : Virus Corona, Kekacauan Indra Penciuman,  Daging Terasa Seperti Bensin,