Pilkada   2023/01/08 22:14 WIB

Ketua Bidang Luar Negeri SMSI: Publik dan Jurnalis Harus Ketahui Soal Isu Hoak Jelang Pemilu 2024

Ketua Bidang Luar Negeri SMSI: Publik dan Jurnalis Harus Ketahui Soal Isu Hoak Jelang Pemilu 2024

JAKARTA - Ketua Bidang Luar Negeri Serikat Media Siber Indonesia (SMSI), Aat Surya Safaat, mengatakan publik dan para jurnalis seharusnya menyadari soal isu hoak jelang Pemilu 2024. Hal ini terutama agar mereka bisa bertindak adil dan bisa secara transparan mengetahui kenyataan yang ada sehingga tidak melakukan perbuatan pidana ketika melakukan komunikasi melalui media berbasis internet dan media sosial.

"Misalnya terhada para jurnalis (wartawan). Pada hakikatnya mereka ini mengemban amanah yang sangat berat tapi mulia, karena profesi mereka  sejatinya mewarisi apa yang disebut “tugas kenabian. Ini dasarnya  adalah firman Allah SWT : “Dan Kami tidak mengutus para rasul, kecuali untuk menyampaikan kabar gembira dan memberi peringatan.” (QS. Al-Kahfi [18]: 56). Serta bunyi Surat Al-Kahfi itu bersesuaian dengan fungsi pers yang diakui di seluruh dunia, yakni memberi informasi, mendidik, menghibur dan menjadi alat kontrol sosial (masyarakat),'' kata Aat Syafaat dalam diskusi bertajuk 'Menyoal Etika Komunikasi Politik  Menjelang Pemilu Sere istilahntak 2024 Era Digital, di Jakarta, seperti dirilis republika.co.id, Jumat (6/01/2023).

 Menurut Aat,  pada fungsi pertama sebagaimana disebutkan di atas sama artinya dengan kewaiban pers menyampaikan kabar gembira. Sedangkan fungsi keempat sama dengan memberi peringatan kepada publik (masyarakat).

''Pada soal acuan, ada jenis jurnalistik yang sesuai dengan nilai-nilai Islam. Yakni apa yang dikenal dengan istilah Jurnalisme Profetik atau jurnalisme nubuat/kenabian. Jurnalisme profetik ini mengacu pada Al-Quran dan Hadits, yaitu yakni Shidiq, Amanah, Tabligh, dan Fathonah,'' ujarnya.

Lebih lanjut Aat menerangkan, Shidiq berarti mengungkapkan sesuatu berdasarkan kebenaran, Amanah berarti dapat dipercaya atau akuntabel, Tabligh berarti menyampaikan kepada orang lain dengan cara mendidik, dan Fathonah berarti penuh kearifan (cerdas). Jadi, misi jurnalisme kenabian sejatinya adalah mengajak orang untuk berbuat kebaikan dan memerangi kejahatan, atau dalam Islam disebut “amar ma’ruf nahi munkar”.

 

"Maka di dalam menulis berita bagi jurnalis, atau bagi publik di media sosial, misi atau tujuan mulia itu harus dilaksanakan dengan penuh kehati-hatian. Dasarnya pun ada dalam Al-Qur’an yang artinya: “Hai orang-orang yang beriman, jika datang kepadamu orang fasik membawa suatu kabar, periksalah dengan teliti agar kamu tidak menimpakan suatu musibah kepada suatu kaum tanpa mengetahui keadaannya yang menyebabkan kamu menyesal atas perbuatanmu itu”. [Al Hujurat: 6],'' tegas Aat.

 

Bahkan, ungjap Aat, lingkup kerja  jurnalisme profetik tak cukup hanya mengajarkan dan mengimplemntasikan sikap “welas asih”(compassion) kepada sesama makhluk, Namun juga implementasinya termasuk harus mencintai lingkungan 

"Ingat, bahkan dalam keadaan perang, ajaran Uslam mengajarkan agar jangan menyiksa dan membunuh tahanan yang sudah menyerah, jangan membunuh pemuka agama, jangan menghancurkan tempat ibadah, jangan menebang/merusak pohon, dan jangan membunuh hewan kecuali untuk dimakan. Alhasil, meski mengajarkan welas asih sjurnalis profetik tetap harus kritis, tegas, dan berupaya keras turut memberantas kejahatan, termasuk kejahatan terhadap lingkungan,'' katanya.


Pakailah Etika

Melihat kenyataan tersebut, Aat berharap justru karena menyandang “tugas kenabian”, para wartawan dan media massa yang sesungguhnya punya peran profetik harus lebih berani melakukan reportase investigasi (investigative reporting). Tujuannya untuk mengungkap kejahatan yang tersembunyi atau sengaja disembunyikan.

"Namun di dalam melakukan investigasi reporting para jurnalis harus memakai kaidah etika jurnalistik. Begitu pun juga publik harus mengedepankan etika. Kedua pihak ini un harus memahami fakta adanya 'Etika Universal di Dunia Maya'. Jadi lalu lintas komunkasi bisa berlangsung secara beradab,'' katanya lagi.

Etika universal di dunua dunia terdiri dari enam jenis. Pertama. jangan menyinggung perasaan orang lain. Kedua, angan menyudutkan orang lain, ketiga, Jangan mengkambinghitamkan."Keempat. jangan mengadu-domba. Kelima, jangan mengompori. Keenam, jangan menulis ketika kita sedang marah."

Sedangkan untuk para jurnalis harus memahami ketentuan kode etik jurnalistik (KEJ). Setidaknya ada empat dari 11 point KEJ yang harus benar-benar dipraktekkan jurnalis agar tidak timbul hoaks di masyarakat. Namun di antara  sebelas poin KEJ ada empat jenis  aturan yang dijadikan acauan utama. Pertama, wartawan Indonesia bersikap independen, menghasilkan berita yang akurat, berimbang, dan tidak beritikad buruk. Kedua,  wartawan Indonesia menempuh cara-cara yang profesional dalam melaksanakan tugas jurnalistik.

"Ketiga, Wartawan Indonesia selalu menguji informasi, memberitakan secara berimbang, tidak mencampurkan fakta dan opini yang menghakimi, serta menerapkan asas praduga tak bersalah. Keempat, wartawan Indonesia tidak membuat berita bohong, fitnah, sadis, dan cabul,'' kata Aat menegaskan.

Tags : Ketua Bidang Luar Negeri SMSI Aat Surya Safaat, Serikat Media Siber Indonesia, Publik dan Jurnalis, Pemilu 2024, News,