Headline Sorotan   2021/01/06 15:27 WIB

Masa Pandemi Pengelolaan Sampah Kendor, Buat Peningkatan 'Limbah Rumah Tangga'

Masa Pandemi Pengelolaan Sampah Kendor, Buat Peningkatan 'Limbah Rumah Tangga'

"Sampah kembali menumpuk dibeberapa titik tempat penampungan dibeberapa jalan buat permasalahan yang sepertinya kembali dituduhkan adanya kelalaian instasi terlibat dalam pengelolaanya"

enumpukan sampah di masa pandemi semakin terlihat di Kota Pekanbaru dan pengelolaanya dinilai semakin kendor, sementara pihak kesehatan terus menganjurkan untuk patuhi protokol kesehatan, namun limbah rumah tangga maupun alat medis jika tak segera ditangani bukan tidak mungkin secara langsung atau tidak virus menyebar semakin tek terarah.

Anggota Komisi IV DPRD Kota Pekanbaru Roni Pasla mengakui, permasalahan masih ditemukan tumpukan sampah seperti ada kelalaian dari Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan (DLHK) Kota Pekanbaru yang lamban melakukan lelang. "Kesalahan itu memang ada di dinas (DLHK), karena mereka tau kontrak berakhir 31 Desember 2020. Seharusnya dari jauh hari sudah harus dilaksanakan dan ditentukan pemenang, sehingga tanggal 1 Januari 2021 pemenang lelang harus sudah bisa bekerja," katanya pada media, Senin (4/1) kemarin.

Awal tahun 2021 sejumlah jalan protokol di Kota Pekanbaru dihiasi tumpukan sampah hingga hampir ke badan jalan, ini terkait adanya sebuah hambatan pembuatan  pemenang tender untuk penanganannya. Tumpukan sampah tampak sudah terjadi dua hari terakhir yang belum diangkut  pihak petugas kebersihan. Komisi IV DPRD Pekanbaru menegaskan, jika proses lelang menemui kendala, DLHK seharusnya membuat adendum dengan perusahaan pengangkut sampah yang lama. "Ini pengangkutan sampah kegiatan rutin, bayangkan 700-800 ton sampah perhari jika ditunda pengangkutannya sampai seminggu berapa ribu ton sampah. Kesalahan itu dinas tidak mengantisipasi dan ada kelalaian," katanya.

Pengelolaan sampah belum baik

Walikota Pekanbaru, DR H Firdaus ST MT meninjau Tempat Penumpukan Sampah Akhir [TPA] di Muara Fajar

Adalah Forum Komunikasi Kehutanan Masyarakat (FKKM) Wilayah Riau juga mengkritisi langkah dalam melakukan pengelolaan sampah di Kota Pekanbaru yang dinilai belum optimal. Gambaran yang terjadi sejak di pergantian tahun 2020 menuju tahun 2021 sampah terlihat berserakan dan menumpuk seperti di jalan Adi Sucipto, Jalan Kartama, Kelurahan Perhentian Marpoyan Damai, Pekanbaru.

Miswadi, Sekretaris FKKM Wilayah Riau menilai penerapan pengelolaan sampah dengan sistem kumpul, angkut, buang yang berakhir di Tempat Pembuangan Akhir (TPA) telah lama dilakukan oleh pemerintah kota. "Kalau kondisi saat ini masih melakukan kumpul, angkut, buang jadi mengkhawatirkan sekali. Seberapa besar pun TPA yang ada tetap akan penuh juga," katanya menangapi pengelolaan sampah di Pekanbaru pada media belum lama ini.

Menurutnya, sampah plastik [kantong pelastik] yang sulit terurai, sedotan, pembungkus makanan dan lainnya menambah akibat sistem menjadi buruk.Masyarakat menjadi malas. Tidak mendapatkan pendidikan mengenai tata cara pengolahan sampah. "Masyarakat saat ini banyak bergantung pada Pemerintah. Karena metode kumpul, angkut, buang tadi. Sementara tempat dimana sampah tersebut tidak tertata. Sampah dikumpulkan sembarangan saja. Ada yang buang di tepi jalan," katanya.

Devi, Staf advokasi, kampanye Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (WALHI) Riau juga mengharapkan adanya kesadaran dari masing-masing individu. Meskipun dalam penerapan, Pemkonya sendiri belum memiliki solusi yang optimal soal penangan sampah di wilayahnya. "Untuk sampah yang paling berkontribusi paling besar itu ya memang sampah plastik. Kita melihatnya paling banyak dihasilkan dari gaya hidup. Belanja gak biasa bawa goody bag sendiri. Kalau haus gak terbiasa bawa bekal air minum. Itu hal kecil yang berpengaruh sangat besar terhadap produksi sampah. Kita melihatnya seperti itu. Mulai dengan diri sendiri," sebutnya.

"Nah, kalau untuk aksi kita sudah pernah melakukan sosialisasi disekolah-sekolah bersamaan dengan hari anti korupsi. Seperti membiasakan malu dari diri sendiri untuk tidak membuang sampah sembarangan," singkatnya.

Begitu juga disebutkan Komunitas Sahabat Sungai Pekanbaru menyikapi masalah sampah menggelar aksi bersih sungai Sungai Senapelan Kelurahan Kampung Bandar Kecamatan Senapelan Kota Pekanbaru. "Aksi bersih dalam rangka memperingati hari peduli sampah nasional yang diperingati setiap tanggal 21 Februari," sebut koordinator aksi, Annesa, yang juga merupakan juara dua Duta Lingkungan Pekanbaru 2018 ini.

Metode sanitary landfill 

Tapi Lembaga Melayu Riau [LMR] H Darmawi Aris SE dalam bincang-bincangnya menilai, proses pembangunan tempat pengelolaan sampah di Pekanbaru belum melakukan metode sanitary landfill. "Tempat pengelolaan sampah dengan metode sanitary landfill perlu," katanya yang pernah meninjau dari dekat proses pembangunan proyek pengelolaan sampah [TPA] di Muara Fajar, Pekanbaru.

Dia menuturkan, area pengolahan sampah seharusnya dibagi dua jenis [komposting, untuk sampah hijau yang diolah menjadi pupuk kompos, seperti sampah bekas sayur dan sebagainya]. "Kemudian ada shorting, berfungsi memilah sampah plastik," katanya.

Sebaiknya pengelolaan sampah ada leachete yang berfungsi memfilter air lindi atau air sampah untuk diolah supaya baku mutunya terkontrol dan air bisa dibuang ke sungai. "Sanitary landfill ini penting diterapkan oleh Pemko Pekanbaru," ujarnya menilai TPA di Muara Fajar itu sudah hampir penuh dan sekarang volumenya juga diperkirakan sudah sekitar 92 persen, atau kapasitasnya tinggal tersisa sekira 8 persen saja.

Menurutnya, pengurangan aktivitas di luar rumah selama pandemi mendorong produksi sampah di rumah pun meningkat. Tambahan kemasan dari makanan jadi atau camilan yang dibeli online dalam seminggu juga diperkirakan meningkat. Menurut Darmawi pandemi ini mengevaluasi kebijakan larangan penggunaan plastik sekali pakai karena sejumlah tempat usaha melarang belanja menggunakan wadah yang bisa digunakan kembali seperti tas kain. Hal ini berdampak dalam penerapan ekonomi sirkular, dari pengelolaan limbah hingga model bisnis baru untuk mencegah pemborosan. 

"Apakah pemerintah secara bersamaan bisa memprioritaskan kesehatan dan perlindungan warganya, sesuai agenda zero waste lokal? Pertanyaan lain adalah apakah bisa dilakukan warga dan unit usaha untuk terus menjalani gaya hidup tanpa sampah?. Belum lagi soal peningkatan limbah medis, karena penggunaan APD sekali pakai tenaga medis jika limbah ditangani sesuai prosedur penanganannya, maka aman dan tidak perlu ditangani dengan cara berbeda dari limbah infeksius lainnya," sebutnya.

Seperti disebutkan Tiza Mafira, Direktur Eksekutif Gerakan Diet Kantong Plastik pada media Senin 13 April 2020 kemarin, jutru yang perlu diawasi dan diwaspadai menurutnya, limbah infeksius yang berasal dari rumah tangga, misalnya masker atau sarung tangan. "Limbah masker dari rumah tangga meningkat, dan sayangnya limbah tersebut tercampur dengan sampah rumah tangga lainnya,” diingatkannya.

Di Amerika terjadi penghentian sementara larangan kantong plastik sekali pakai, karena ada upaya dari asosiasi industri plastik untuk menyurati gubernur dan parlemen daerah dan meminta dilakukannya penangguhan sementara larangan kantong plastik sekali pakai. Tindakan tersebut bukan merupakan himbauan WHO maupun CDC (Center for Disease Control). Kantong belanja penggunaan ulang tetap aman untuk dipakai, asalkan dicuci setelah digunakan. Demikian pula baju yang kita pakai perlu dicuci setelah kita pergi ke luar rumah. “Virus bertahan sekitar 2-3 hari di permukaan plastik, oleh karena itu apabila kita menggunakan kantong plastik, sebaiknya diberi disinfektan sebelum dibuang ke tempat sampah, agar tidak membahayakan petugas kebersihan,” urainya.

Daerah yang memiliki sanitary landfill, melarang plastik sekali pakai, dan daerah yang sudah memilki fasilitas komposting dan daur ulang aman skala industrial, menurutnya, adalah daerah-daerah yang lebih maju dalam pengelolaan sampahnya. Hanya saja, sejauh ini belum ada daerah yang bisa mengimplementasikan pemilahan sampah dari sumbernya, dan hal ini sangat menghambat efisiensi pengelolaan sampah.

Namun kembali disebutkan H Darmawi Aris tadi melihat pengangkut sampah, volume yang diangkut dari rumah makin banyak. Ia menyontohkan di Kota Pekanbaru saat ini, waktu yang dibutuhkan petugas angkut bertambah dari rata-rata satu jam menjadi 1,5 jam. Rute diperlambat karena volume meningkat. Walau belum ada perhitungan detailnya, tapi petugas sudah merasakan. Risiko untuk petugas sampah juga kini diperhitungkan karena ada risiko sampah berbahaya. “Buang masker harus hati-hati, sedang didiskusikan, bagaimana pembuangannya agar tidak sembarangan,” katanya.

Sampah sektor komersial turun

Sampah selain berisiko tinggi pada orang lanjut usia (lansia), COVID-19 ini juga rentan pada tenaga kebersihan, tenaga kesehatan, dan pekerja lain yang tidak dapat melakukan kerja dari rumah. Mereka disebut membutuhkan perlindungan khusus menghadapi pandemi corona. Di Pekanbaru belakangan menunjukkan terjadinya penambahan timbulan sampah harian selama pandemi. 

Penumpukan sampah terlihat di beberapa ruas jalan Kota Pekanbaru di tengah pandemi.

Menurut Darmawi, terjadi pengurangan sampah dari sektor komersial seperti restoran, pusat perbelanjaan dan pariwisata sehingga memang mengalami penurunan. Namun di sisi yang lain, terdapat peningkatan sampah rumah tangga karena perubahan pola konsumsi masyarakat pasca penerapan kebijakan kerja dari rumah dan pembatasan sosial. “Sebagian besar masyarakat membatasi diri dengan hanya melakukan aktivitas di rumah. Tetapi untuk memenuhi kebutuhan konsumsi mereka belanja secara daring dengan tren kenaikan berdasarkan data riset antara 27-36 persen. Akhirnya timbulan sampah seperti kemasan plastik sekali pakai mengalami peningkatan,” katanya.

Peningkatan sampah terutama organik terjadi di beberapa kawasan di Kota Pekanbaru. Secara umum jumlah sampah yang terangkut ke TPA sama seperti sebelumnya.  Melihat data peningkatan timbulan sampah rumah tangga, penerapan gaya hidup zero waste diyakini menjadi semakin penting. Menurutnya, di masa pandemi corona, pemilahan sampah harus tetap dilakukan karena dalam situasi saat ini jika sampah tidak terpilah para petugas akan semakin rentan tertular virus. Warga melakukan pengomposan mandiri agar meringankan beban para petugas.

Darmawi melihat masker medis diperuntukan oleh para medis, dan pasien, masker medis juga merupakan masker sekali pakai yang akhirnya akan menjadi sampah. Bila tidak ada layanan pengangkutan sampah infeksius atau terhentinya pengangkutan dan pengelolaan sampah seperti terjadi di Kota Pekanbaru yang sudah 4 hari terakhir ini, maka semakin banyak virus yang tak mati. Dimana sampah infeksius/medis rumah sakit maupun Alat Pelindung Diri (APD) yang digunakan selama masa pandemi corona berbahaya jika menumpuk dan tidak disterilisasi atau dibersihkan dengan penyemprotan disinfektan. (rp.sdp/*)

Tags : Masa Pandemi, Pengelolaan Sampah Kendor, Limbah Rumah Tangga Meningkat di Pekanbaru, Riau,