Headline Sorotan   2021/12/29 13:43 WIB

Masyarakat Diminta Waspada, dengan 'Ditemukannya Penyakit Menular dan Mematikan' 

Masyarakat Diminta Waspada, dengan 'Ditemukannya Penyakit Menular dan Mematikan' 
Aktivis Liga Mahasiswa Nasional untuk Demokrasi (LMND) berunjuk rasa menuntut pemerintah menghapus biaya tes usap COVID-19 dengan metode Polymerase Chain Reaction (PCR) di Alun-alun Serang, Banten, Kamis (25/11).

"Masyarakat diminta waspada dengan ditemukannya penyakit menular dan mematikan Omicron"

ara ahli mendesak pemerintah segera melakukan tracing secara menyeluruh untuk mengetahui asal muasal kasus Omicron transmisi lokal pertama. Kepastian penularan lokal kasus Covid-19 yang disebabkan oleh varian Omicron ini diumumkan Kementerian Kesehatan pada Selasa 28 Desember 2021.

Mantan Direktur Penyakit Menular WHO di Asia Tenggara, Tjandra Yoga Aditama, mengatakan dengan adanya penemuan kasus Omicron ini, bukan tidak mungkin ada penularan di tempat lain.

Oleh sebab itu, direktur Pascasarjana Universitas YARSI ini meminta pemerintah untuk segera melakukan pelacakan (tracing), dari mana dia tertular dan kepada siapa saja dia menularkan.

Sementara itu, epidemiolog Masdalina Pane mengatakan untuk mencegah lonjakan kasus akibat varian Omicron, selain melakukan tracing dan mengisolasi temuan kasus lainnya, pemerintah juga harus melakukan pengawasan aktif di wilayah tempat penularan kasus Omicron terjadi.

Ketika terjadi peningkatan kasus dalam periode waktu tertentu, pemerintah diminta melakukan pengetatan.

Tracing dan tingkatkan tes PCR

Satu kasus penularan lokal Covid-19 varian Omicron ditemukan pada seorang laki-laki asal Medan, Sumatera Utara.

Juru bicara vaksinasi Covid-19 Kementerian Kesehatan (Kemenkes) Siti Nadia Tarmidzi mengumumkan laki-laki berusia 37 tahun itu tidak memiliki riwayat perjalanan luar negeri maupun kontak dengan pelaku perjalanan luar negeri.

Laki-laki asal Medan itu tiba di Jakarta pada 6 Desember bersama istrinya untuk melakukan perjalanan rutin. Dia dinyatakan positif Covid-19 dari hasil tes antigen saat ia hendak pulang ke Medan pada 19 Desember lalu.

Pada 20 Desember dia melakukan tes PCR dan enam hari kemudian baru diketahui dia terjangkit Omicron. Selama jeda waktu itu dia sempat makan di restoran di bilangan SCBD, Jakarta Selatan.

Sebagai tindak lanjut, pasien Omicron itu rencananya disolasi di rumah sakit pusat infeksi Sulianti Saroso, Jakarta. Tracing juga sudah dikoordinasikan dengan pihak-pihak terkait.

"Dinas kesehatan sudah berkoordinasi dengan Dinas Parekraf untuk melakukan tracing di tempat yang bersangkutan datangi di SCBD dan juga di sekitar tempat tinggal yang bersangkutan, serta melakukan tracing terkait dengan kegiatan yang dilakukan bersangkutan selama berada di Jakarta," kata Nadia dalam konferensi pers, Selasa (28/12/21).

Pelacakan akan dilakukan sesuai dengan riwayat kontak pasien positif Omicron selama 14 hari ke belakang, termasuk di restoran di kawasan SCBD, apartemen tempat pasien tersebut menginap, sampai petugas kesehatan yang melakukan tes Covid-19 pada pasien tersebut.

Mengapa tes PCR perlu didorong?

Tjandra mengatakan selain tracing untuk mendeteksi penularan kasus yang sudah ada, pemerintah perlu mendorong tes PCR untuk menghindari lonjakan kasus Covid seperti yang terjadi pada pertengahan tahun ini.

"Dengan makin banyak yang PCR, yang positif akan ditemukan, mau Omicron, enggak Omicron, silakan nanti dikejar dengan WGS (whole genome sequencing). Tapi kalau pemeriksaannya rendah, penularan di masyarakat tidak akan ketemu. Apalagi gelaja Omicron enggak ada," kata Tjandra.

Petugas medis memasukkan sampel tes Polymerase Chain Reaction (PCR).

Metode whole genome sequencing (WGS) dilakukan untuk mengenali varian virus atau organisme. Mengingat Indonesia hanya memiliki 17 laboratorium yang bisa melakukan WGS dan mayoritas terpusat di Pulau Jawa, Tjandra menyarankan tes PCR harus diperkuat untuk menghindari lonjakan kasus.

Epidemiolog Masdalina Pane mengatakan dibandingkan negara-negara tetangga, kemampuan WGS Indonesia masih rendah.

Pemeriksaan WGS juga membutuhkan waktu yang lama dan biaya yang mahal.

"Kalau yang di Jakarta bisa langsung kirim ke litbang, itu pun membutuhkan waktu 3-7 hari. Apalagi kalau sudah di luar. Waktu kami ke Morowali, itu butuh waktu sampai dua minggu untuk mendapat hasil WGS," kata Masdalina.

'Patut dijadikan sinyal, jika jumlah kasus meningkat'

Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin mengungkap pemerintah sudah memesan 15 mesin WGS yang akan tiba dalam waktu dekat, yang nantinya bakal disebarkan ke seluruh pulau di Indonesia.

Selama menunggu itu, untuk mencegah lonjakan kasus, Masdalina meminta setiap temuan kasus positif harus diisolasi dan yang melakukan kontak erat, tapi tidak positif, harus dikarantina.

Selain itu, kata Masdalina, pemerintah juga harus melakukan pengamatan setiap hari terhadap jumlah kasus harian, terutama di Jakarta dan Medan. Ketika terjadi peningkatan jumlah kasus yang melebihi periode sebelumnya, hal itu patut dijadikan sinyal.

"Yang peningkatannya pelan ... ini juga perlu kita perhatikan. Dalam pengendalian, enggak boleh naik terus. Kalau tiga minggu berturut-turut naik terus, kita mulai harus evaluasi," kata dia.

Ketika peningkatan terjadi, pemerintah harus mengambil langkah untuk melakukan pengetatan untuk mengurangi mobilitas warga.

"Kalau kasusnya sudah naik tinggi, maka intervensi pengetatan itu baru dilakukan dengan stay at home atau tinggal di rumah selama satu atau dua kali masa inkubasi," tambah Masdalina.

Dengan ditemukannya kasus Omicron transmisi lokal, pihak Kemenkes meminta masyarakat untuk mengurangi mobilitas, terutama dalam masa libur Natal dan Tahun Baru.

Di sisi lain, pemerintah mengatakan bakal memperkuat pengawasan pada pelaku perjalanan lokal.

"Mobilitas sangat mempengaruhi lonjakan kasus, terutama menjelang liburan. Yang melakukan perjalanan harus sudah divaksin dan hasil tes covid negatif dalam 1x24 jam," kata Nadia. 

Tjandra juga mengatakan masyarakat harus tetap melakukan 3M dan 5M lebih ketat apalagi dalam masa akhir tahun seperti saat ini.

Ketika ada kecurigaan kontak dengan orang yang positif, harus segera memeriksakan diri.

"Kalau ada kecurigaan kontak, maka segera memeriksakan diri, jangan malah takut ketahuan positif.

"Untuk yang positif, beri tahu semua orang yang pernah kontak dalam beberapa hari terakhir agar mereka juga memeriksakan diri," kata Tjandra.

Bagi yang belum vaksinasi, pemerintah dan para ahli meminta untuk segera vaksinasi.

Sementara itu, Masdalina juga meminta pemerintah untuk memberikan informasi terbuka mengenai penyebaran Covid-19 varian Omicron ini agar masyarakat bisa waspada.

"Jangan disembunyi-sembunyikan. Itu yang terjadi pada kasus-kasus pertama kita, mencoba untuk menyembunyikan kasus, termasuk pada awal pandemi semua orang tidak ingin kasusnya tinggi, itu berbahaya.

"Bicara saja apa adanya sehingga masyarakat aware mereka harus apa," tambah dia.

Omicron menyebar dengan cepat

WHO menyatakan virus Covid-19 varian Omicron menyebar lebih cepat dibandingkan Delta, dengan jumlah peningkatan ganda dalam waktu 1,5 hingga 3 hari saja.

Saat ini, kasus Covid varian Omicron sudah menyebar di 89 negara. Tiga hari lalu, Inggris mencetak rekor kasus Covid harian yang mencapai 122.000.

Di Amerika Serikat, infeksi Covid yang tercatat sudah didominasi varian Omicron. Sepekan lalu, 73% dari kasus positif yang ditemukan merupakan kasus Omicron. Padahal pada awal Desember, kasus Omicron hanya 1%.

Di Indonesia sendiri, temuan kasus Omicron pertama kali dikonfirmasi pada 15 Desember. Sampai 28 Desember, kasus Omicron sudah mencapai 47 kasus. Meskipun konfirmasi Omicron masih rendah, tapi masyarakat diminta lebih waspada. (*)

Tags : Virus Corona, Masyarakat Diminta Waspada, Sorotan, Penyakit Menular dan Mematikan, Vaksin, Omicron di Indonesia,