Sosial   2022/04/17 17:16 WIB

Mengapa Orang Masih Memandang Aneh Pasangan yang Berbeda Umurnya?

Mengapa Orang Masih Memandang Aneh Pasangan yang Berbeda Umurnya?

MASYARAKAT semakin progresif. Saat ini banyak orang semakin menerima bahwa cinta bisa hadir dalam berbagai cara. Tapi, mengapa orang masih memandang aneh pada pasangan yang perbedaan umurnya terpaut bertahun-tahun?

Ada sebuah grafik viral tahun 2019 yang terus menerus muncul di media sosial: perincian sejarah kencan Leonardo DiCaprio.

Seorang pengguna Reddit melihat pola, meskipun DiCaprio berusia 44 tahun pada saat itu, ia tampaknya hanya berkencan dengan perempuan yang berusia 25 tahun atau lebih muda dan selalu memutuskan hubungan itu sebelum kekasihnya berulang tahun ke-26.

Tanggapan terhadap grafik itu beragam. Beberapa kalangan memuji DiCaprio karena kemampuannya menarik perempuan yang lebih muda. Sementara yang lainnya mencaci maki DiCaprio dan meminta aktor veteran itu berkencan dengan orang yang seumur dengannya. 

Tiga tahun kemudian, grafik itu muncul kembali, sejalan dengan para komentator yang mengikuti hubungan DiCaprio saat ini, dengan Camila Morrone yang berusia 24 tahun.

Reaksi terhadap kebiasaan Leonardo DiCaprio seperti melanggengkan pandangan kontroversial seputar hubungan yang perbedaan usianya jauh. Hal ini menjadi sumber kekaguman sebagian orang, sekaligus sumber keresahan bagi orang-orang lainnya.

Dari Demi Moore dan Ashton Kutcher, hingga George dan Amal Clooney, hubungan beda usia para orang terkenal selalu membuat lidah bergoyang.

Pada tahun 2014 perbedaan usia rata-rata dalam hubungan heteroseksual di AS adalah 2,3 tahun, sebuah angka yang relatif kecil. Namun, banyak pasangan punya perbedaan usia yang jauh lebih lebar.

Di negara-negara Barat, sekitar 8% pasangan laki-laki dan perempuan memiliki perbedaan usia 10 tahun atau lebih. Angka ini meningkat menjadi 25% dalam hubungan pria-pria dan 15% dalam hubungan sesama perempuan.

Ada juga perbedaan usia yang lebih tinggi. Data menunjukkan bahwa sekitar 1% dari pasangan heteroseksual di AS memiliki perbedaan usia 28 tahun atau lebih.

Pandangan kita tentang hubungan beda usia dibentuk oleh psikologi evolusioner ribuan tahun dan norma-norma sosial serta budaya dari generasi ke generasi.

Dalam seratus tahun terakhir, pergeseran ekonomi dan peningkatan kesetaraan gender telah mengubah apa yang dianggap sebagai perbedaan usia 'normal'. Gerakan keadilan sosial baru-baru ini pun meningkatkan pengawasan terhadap dinamika kekuasaan dalam hubungan yang berbeda usia.

Pasangan dengan perbedaan usia yang besar sering dihakimi. Meskipun beberapa ahli percaya bahwa ini bisa berubah, yang lain berpendapat bahwa generasi muda bisa menjadi semakin tidak setuju dengan cinta beda usia.
Sebuah dorongan evolusioner

Mereka yang menganggap kebiasaan berkencan DiCaprio tidak menyenangkan, bukan tak punya alasan. Rasa risi terhadap hubungan dengan usia yang jauh berbeda sangat umum terjadi, dan seperti kebanyakan tabu, asalnya bisa ditarik dari evolusi ribuan tahun serta norma sosial dan budaya yang lebih baru.

"Dalam banyak budaya, jatuh cinta dengan seseorang yang jauh lebih tua atau lebih muda dianggap tidak dapat diterima," kata Elena Touroni, konsultan psikolog dan salah satu pendiri The Chelsea Psychology Clinic di London.

"Dari perspektif evolusi, dorongan berkeluarga bisa berdampak pada siapa yang kita pilih untuk menjalin hubungan - baik dari perspektif biologis tetapi juga agar kedua orang tua masih hidup untuk membesarkan anak."

Untuk pria dan perempuan, kesuburan cenderung menurun setelah usia sekitar 35. Walau perempuan kehilangan kesuburan jauh lebih cepat, masuk akal jika kita berevolusi untuk tertarik pada orang-orang yang sepantaran.

Meskipun data yang ada masih relatif sedikit soal usia dalam hubungan LGBTQ+, kita tahu bahwa perbedaan usia di antara pasangan sesama jenis jauh lebih umum. Ini mungkin mencerminkan seberapa besar kemampuan reprodukasi memengaruhi cara kita menemukan pasangan.

Namun, ini bukan hanya tentang mengasuh anak. Berpasangan dengan seseorang dengan usia yang sama membuat hubungan Anda lebih mungkin menjadi lebih dalam, menurut penelitian.

Para ahli percaya bahwa penyebabnya adalah karena pasangan cenderung melalui tantangan dan tahapan hidup pada waktu yang sama, dan karena itu dapat terus menemukan titik temu.

"Dalam 10 tahun pertama pernikahan, orang melaporkan tingkat kepuasan pernikahan yang lebih tinggi ketika pasangan mereka lebih muda dari mereka," kata Grace Lordan, profesor ilmu perilaku di London School of Economics, yang saat ini sedang meneliti hubungan beda usia dan kebahagiaan.

"Namun seiring waktu, kepuasan pernikahan pasangan usia yang berbeda menurun, lebih dari pasangan usia yang sama. Kemungkinan perceraian pasangan seumuran juga lebih rendah."

Namun, terlepas dari faktor-faktor mendorong kita memilih pasangan sepantaran ini, keadaan sosial-ekonomi terkadang dapat melawan dorongan evolusioner.

Pada tahun 1900, perbedaan usia rata-rata antara pasangan adalah sekitar dua kali lipat perbedaan pada tahun 2000.

Secara historis, banyak orang, terutama kelas menengah dan atas, akan jauh lebih mungkin menikah dengan seseorang yang jauh lebih tua atau lebih muda dari mereka.

Alasannya adalah biologis dan ekonomi. Jika seorang pria berusia 50 tahun ingin memiliki anak, dia tidak tertarik untuk berpasangan dengan perempuan seumuran yang lebih kecil kemungkinannya untuk tetap subur.

Dalam masyarakat patriarki di mana pria memiliki kekuatan ekonomi, pilihan untuk berpasangan dengan perempuan yang jauh lebih muda akan lebih mudah.

Pada abad ke-19 dan awal abad ke-20, sebagian besar perempuan dikeluarkan dari angkatan kerja. Jadi, masuk akal bagi mereka untuk memprioritaskan menikahi seseorang yang telah mencapai keamanan finansial.

Bagi pria, masuk akal untuk mengejar ekonomi dan baru memikirkan tentang pernikahan di kemudian hari, karena ketika kekuatan sosial mereka meningkat, mereka bisa menemukan istri yang lebih muda yang memberikan kesempatan terbaik untuk memiliki anak.
Siapa yang kita nilai dan mengapa

Seiring dengan meningkatnya kekuatan ekonomi perempuan, daya tarik pasangan yang jauh lebih tua pun menurun, sehingga membuat hubungan beda usia menjadi kurang umum, dan seringkali lebih tabu.

Hari-hari ini, bahkan ketika sebagian besar masyarakat menganut pandangan yang semakin progresif tentang cinta, hubungan, dan beraneka macam cara mencintai, pasangan dengan perbedaan usia yang tinggi masih menghadapi penghakiman.

Alih-alih menganggap orang-orang bahagia bersama, ada kecenderungan orang untuk mencemaskan kemungkinan ketidakseimbangan kekuatan, memandang hubungan sebagai transaksional, dengan asumsi satu pihak berusaha meningkatkan status sosial atau kekayaan mereka.

Bahkan ada kosakata khusus untuk membantu penilaian itu; pria yang lebih tua harus menjadi 'sugar daddy', perempuan yang lebih muda adalah 'matre' atau korban 'daddy issues'.

Dalam beberapa tahun terakhir, kosakata itu telah diperluas untuk mencakup hubungan ketika perempuannya yang jauh lebih tua. Kata-kata seperti 'tante girang' dan 'simpanan' mencerminkan peningkatan hubungan semacam ini.

Statistik menunjukkan bahwa pada tahun 1963 hanya ada 15% perempuan di Inggris yang lebih tua dari suaminya. Pada tahun 1998, jumlah itu meningkat menjadi 26%, dan temuan dari satu penelitian tahun 2011 menunjukkan bahwa jumlah perempuan yang menikah atau hidup bersama dengan pria berusia lima tahun lebih muda (atau lebih) hampir tiga kali lipat sejak tahun 1970-an.

Perempuan yang memilih untuk berkencan dengan pria yang lebih muda tampaknya menghadapi penilaian yang tidak proporsional.

"Manusia suka menghakimi, dan jika apa yang dilakukan tetangga tidak selaras dengan apa yang kita harapkan, kita akan menjadikannya pusat perhatian," kata Lordan.

"Perempuan yang memilih pria yang lebih muda paling bertentangan dengan narasi pernikahan, dan karenanya paling dihakimi."

Perhatian media yang melingkupi pernikahan Presiden Prancis Emmanuel Macron dengan perempuan yang 24 tahun lebih tua darinya, atau liputan panas tentang hubungan Kim Kardashian yang berusia 41 tahun dengan Pete Davidson yang berusia 28 tahun menjadi buktinya.

Namun Touroni meyakini bahwa hubungan laki-laki lebih tua/perempuan lebih muda sekarang semakin lebih dihakimi daripada pasangan perempuan lebih tua/laki-laki lebih muda.

Ini mungkin sebagian terkait dengan gerakan #MeToo, yang meningkatkan perhatian pada dinamika kekuatan dalam hubungan. Beberapa berpendapat perbedaan usia yang signifikan, dikombinasikan dengan kekuatan sosial dan ekonomi yang dimiliki laki-laki dalam masyarakat yang didominasi laki-laki, dapat membuat perempuan muda berada dalam posisi rentan.

Satu studi yang dilakukan tak lama setelah #MeToo berlangsung menunjukkan bahwa banyak orang luar percaya bahwa ada aspek eksploitasi dalam hubungan beda usia.

Para peneliti menemukan bahwa para pemuda sangat menolak hubungan di mana laki-laki lebih tua, karena mereka berasumsi bahwa hubungan itu berbasis pertukaran, misalnya, bahwa seks dipertukarkan demi mendapat gaya hidup tertentu.
Akankah tabu perbedaan usia menghilang?

Saat ini, ada semakin banyak penerimaan pada hubungan yang terlihat berbeda, baik soal seksualitas, jenis kelamin atau bahkan jumlah orang dalam hubungan.

Touroni mengatakan, karena semakin banyak jenis hubungan yang dinormalisasi, dia berharap orang-orang akan menghormati pilihan mereka yang berada dalam hubungan beda usia.

"Kita hidup di era yang lebih bebas dan fleksibel, jadi saya ingin menganggap bahwa seiring waktu kita akan menjadi semakin tidak menghakimi pilihan hubungan orang lain, apakah itu perbedaan usia atau apa pun."

Namun ada sedikit bukti bahwa ketertarikan masyarakat terhadap perbedaan usia berkurang. Apa yang disebut hubungan cinta selebritas Mei-Desember masih sering menjadi berita utama, dan orang-orang muda tampak lebih menghakimi hubungan beda usia daripada mereka yang lebih tua, terutama ketika prianya lebih tua dari perempuan.

Mengingat bahwa kaum muda umumnya berada di garis depan perubahan sosial, ketidaksetujuan mereka dapat berarti bahwa tabu perbedaan usia mungkin menjadi semakin mengakar.

"Secara keseluruhan, saya berharap agar kita tidak terlalu menghakimi orang lain, apa pun pilihan mereka," kata Lordan.

"Tapi narasi tentang hubungan seperti apa yang dianggap 'baik' sepertinya sudah terprogram dalam masyarakat Barat, kecil kemungkinannya orang akan berhenti menilai pilihan gaya hidup orang lain yang bertentangan dengan norma-norma ini, termasuk pasangan dengan perbedaan usia."

Tags : Hak perempuan, Kesehatan mental, Kesehatan, Perempuan, Gender,