Headline Agama   2022/04/17 17:20 WIB

Ibadah Haji Tahun Ini akan Berbeda, 'Sejumlah Bisnispun Terpukul'

Ibadah Haji Tahun Ini akan Berbeda, 'Sejumlah Bisnispun Terpukul'
Ibadah haji tahun ini akan sangat berbeda.

AGAMA - Seraya membenamkan kepala di tangannya, Sajjad Malik terlihat sedih. Kantor pemesanan taksi yang dia kelola dekat Masjidil Haram di Mekah kosong. "Tak ada pekerjaan, tak ada gaji, tak ada apa-apa," katanya.

"Biasanya dua atau tiga bulan sebelum ibadah haji, saya dan para pengemudi menghasilkan cukup uang untuk bertahan selama sisa tahun ini. Tapi sekarang tidak ada apa-apa."

Salah satu pengemudinya, Samiur Rahman, salah satu pekerja asing di Arab Saudi, mengabari kantornya tentang keadaan di jalan-jalan sekitar menara jam Mekah yang populer. 

Lautan peziarah hilang. Biasanya para peziarah berbaris di jalan-jalan, berpakaian putih, dengan memakai payung untuk melindungi diri dari panas yang hebat.

Saat ini mobil-mobil kosong tanpa penumpang dan kota terlihat seperti kota hantu. Karyawan Sajjad hanya mengirimnya video-video merpati yang memenuhi jalan.

"Pengemudi saya tidak bisa makan dan sekarang mereka tidur berempat atau berlima di satu kamar yang sebetulnya hanya cukup untuk dua orang," kata Sajjad.

Saya bertanya kepadanya apakah dia menerima bantuan pemerintah. "Tidak, tidak ada bantuan, tidak ada. Saya punya tabungan yang kami habiskan. Tapi saya punya banyak staf - lebih dari 50 orang bekerja untuk saya - dan mereka menderita.

"Salah satu teman saya menelepon kemarin, dan mengatakan, 'Tolong saya butuh pekerjaan, saya bahkan tidak peduli berapa gaji yang akan Anda bayar.' Percayalah, orang-orang menangis. "

Ada pembatasan ketat untuk ibadah haji tahun ini.

Arab Saudi menjadi salah satu negara di Timur Tengah yang mencatatkan jumlah positif Covid-19 yang banyak.

Biasanya, dua juta peziarah datang dari seluruh dunia ke Mekah. Namun, kini mereka tidak diizinkan masuk dalam upaya menghentikan penyebaran Covid-19.

Hanya mereka yang sudah tinggal di negara itu yang diizinkan untuk melakukan ibadah haji - sehingga jumlah jemaah menjadi hanya 10.000 orang. 

Pekerja menyemprotkan desinfektan pada koper-koper di sebuah hotel di Mekah.

Peziarah tidak akan dapat dengan bebas minum dari Sumur Zamzam yang suci, airnya kini harus ditaruh di botol masing-masing.

Saat melakukan ritual jumrah di tiga pilar di Mina, yang melambangkan penolakan iblis, kerikil harus disterilkan.

Sementara, gelombang besar peziarah biasanya mendatangkan pesanan yang menguntungkan bagi peternak dari negara-negara tetangga seperti Kenya.

Kini, kawanan ternak itu banyak yang tidak terjual.

"Bisnis ternak di Kenya besar dan merupakan andalan bagi sebagian besar rumah tangga di negara ini. Sebagian besar peternak memperoleh keuntungan terutama selama periode haji," kata Patrick Kimani dari Asosiasi Produsen Ternak Kenya.

Kimani

Rata-rata, anggotanya mengekspor 5.000 ekor sapi ke Arab Saudi untuk ibadah haji, katanya. "Peternak sekarang melakukan diversifikasi ke daging beku dan pasar lokal.

"Kami khawatir hal itu dapat menurunkan harga sapi lokal karena semua produk tambahan itu bisa dikenai potongan harga bagi pembeli lokal agar cepat laku."

Ibadah Haji sudah dimulai sejak masa Nabi Muhammad 1.400 tahun yang lalu dan pembataan ibadah haji seperti yang sekarang diberlakukan, sangat jarang terjadi. 

Perusahaan layanan perjalanan juga sangat terdampak.

Tahun lalu, Pakistan banyak mengirim peziarah asing ke Arab Saudi.

Tapi hari ini di Karachi, Shahzad Tajj mengatakan perusahaannya, Cheap Hajj and Umrah Deals, berada di ambang kehancuran.

"Pada dasarnya, bisnis kami 'nol'. Bahkan kegiatan layanan perjalanan lainnya tidak berjalan. Seperti penerbangan, logistik, pengiriman - jadi tidak ada yang bisa dijual. Sejujurnya, kami tidak sepenuhnya siap untuk ini.

"Kami harus mengurangi jumlah staf kami ke jumlah minimal. Kami terpaksa menjual aset, mobil, dan beberapa properti kami, untuk setidaknya melewati tahap ini. Saya membantu beberapa anggota tim saya dengan dana darurat, tetapi hanya itu yang saya lakukan saat ini.

Pembatasan tahun ini juga berdampak besar pada kota-kota Mekah dan Madinah, yang menerima miliaran dolar dari bisnis terkait jemaah haji.

"Meskipun sebagian besar biaya pelaksanaan ibadah haji menjadi lebih hemat tahun ini, Mekah dan Madinah akan merugi sekitar $ 9 milyar - $ 12 milyar (lebih dari Rp 130 triliun)," kata Mazen Al Sudairi, kepala penelitian di perusahaan jasa keuangan Al-Rajhi Capital di Riyadh.

Al-Sudairi mengatakan pemerintah telah turun tangan untuk membantu. "Mungkin usaha kecil dan menengah menderita, tetapi bank sentral Saudi berusaha mendukung segmen ini dengan memberi mereka bantuan. Bank itu menunda kewajiban pembayaran pinjaman mereka untuk dua atau tiga bulan lagi.

"Kami percaya bahwa kami menghadapi masa pemulihan - kami pikir yang terburuk ada di belakang kami."

Lebih dari 80% pendapatan nasional Arab Saudi berasal dari minyak, tetapi harga minyak anjlok, dan memaksa negara itu untuk melakukan diversifikasi. Namun segalanya belum berjalan dengan baik, menurut Alexander Perjessy dari Moody's Sovereign Risk Group.

"Pemerintah mengumumkan pada Maret 2020 akan menunda berbagai pungutan wajib, serta Pajak Pertambahan Nilai, selama tiga bulan. [Tapi] ini tidak akan mencegah resesi di sektor ekonomi non-minyak - kami pikir sektor itu akan berkontraksi sekitar 4%, "katanya.

Di Mekah, meskipun layar pemesanan taksinya sepi pelanggan, Sajjad Malik tidak ingin kembali ke Pakistan, negara asalnya.

Arab Saudi telah memberikan peluang ekonomi bagi warga di negara-negara tetangga yang berjuang untuk mendapatkan cukup uang.

"Bekerja di Saudi selama lebih dari delapan tahun telah membuat saya mampu memberi nafkah bagi anak-anak dan keluarga saya di rumah. Kami mendapatkan tunjangan medis gratis, dan ketika ada ibadah haji, ada penghasilan besar," katanya.

"Komunitas buruh sedang berjuang sekarang. Tapi negara ini masih nomor satu bagi saya, Alhamdulillah". (*)

Tags : Ibadah Haji, Arab Saudi, Sejumlah Bisnis Terpukul, Agama,