Riau   2021/07/10 17:52 WIB

Pedagang Kecil Dihantam Pandemi, Banyak yang 'Kehilangan Mata Pencaharian dan Menutup Jualan'

Pedagang Kecil Dihantam Pandemi, Banyak yang 'Kehilangan Mata Pencaharian dan Menutup Jualan'

Pandemi Covid-19 membuat banyak pedagang yang kehilangan mata pencaharian karena sepinya pembeli menjadikan pedagang  terpaksa berhenti berjualan.

RIAUPAGI.COM, PEKANBARU - Seperti yang dialami Puji Rahayu, yang biasanya menjual opor ayam dibilangan jalan Pelajar, Pekanbaru kini sehari-hari, wanita berusia 30 tahun itu sejak Covid-19 mewabah sehingga menutup dagangan dan terpaksa beralih profesi menjadi pencuci pakaian tetangga bahkan menjual es batu di rumahnya.

“Saya harus berhenti berjualan opor ayam semenjak korona. Saat ini saya hanya jualan es batu saja dan menerima cucian pakaian tetangga di rumah. Suami saya biasanya supir angkutan bus mini tujuan Pekanbaru Inhu juga terhenti bekerja karena adanya Pelaksanaan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) Mikro disejumlah daerah, membuat penumpang juga sepi,” tutur Puji.

Nasib serupa dialami oleh Hamdani (32), pedagang sate padang dijalan Dagang yang gak bisa berjualan lagi, selain terus digempur wabah corona diperparah lokasi dagangannya di jalan itu sedang ada pengerjaan proyek Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) membuat badan jalan tambah rusak dan pembeli enggan datang karena lokasi jalan yang berdebu dan tergenang air.

Sejak merebaknya virus Corona di Kota Pekanbaru usaha Hamdani ditutup, Ia tak lagi mempunyai penghasilan. Karenanya, Ia berharap pandemi Covid-19 segera berakhir, dan masyarakat makin disiplin menaati anjuran pemerintah. Kondisi kedua pedagang tersebut dan para pedagang dipasar maupun ditempat-tempat keramaian bertambah genap kesengsaraan mereka namun hal itu tak luput dari perhatian pemerintah.

Pemerintah Kota [Pemko] melalui Kepala Badan Pendapatan Daerah (Bapenda) Kota Pekanbaru, Zulhelmi Arifin mengaku saat ini pandemi berdampak pada pelaku usaha, seperti restoran dan pedagang kaki lima. Hal ini dikatakannya tentu berpengaruh pada pendapatan asli daerah (PAD).

"Kita pasti sudah menghitung semua. Pada kondisi normal kita lebih mudah menghitung. Pada kondisi pandemi sekarang ini (sulit). Seperti kemaren kita baru happy, maksudnya kita melihat restoran rame di bulan puasa, di awal-awal hari raya, tapi karena kasus pandemi kita luar biasa, mau tidak mau (restoran) banyak yang tutup," jelas Zulhelmi Arifin, Jumat (28/5) lalu.

Dia mengakui para pedagang kaki lima merupakan salah satu kelompok masyarakat terdampak pandemi Covid-19, dan layak untuk memperoleh bantuan. “Pedagang kaki lima yang ada di lingkungan wilayah kota, mereka merupakan salah satu masyarakat yang terdampak karena omzet mereka sudah barang tentu mengalami penurunan yang drastis dengan adanya pandemi Covid-19,” Zulhelmi.

Adanya penurunan omzet para pedagang juga diakui oleh Decymus Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Riau. Bahkan, ada pedagang yang terpaksa mengalami penurunan omzet hingga 50 persen. “Dan memang berdasarkan survei dari Bank Indonesia, UMKM sangat terpukul dengan kondisi seperti ini. Bahkan dari beberapa survei ada sejumlah PKL yang mengalami penurunan omset sampai 50%,” jelasnya pada wartawan belum lama ini.

Pedagang di RTH kena imbas PPKM Mikro

Selama pemberlakuan Pelaksanaan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) berbasis Mikro di Kota Pekanbaru para pedagang kaki lima [PKL] dilokasi Ruang Terbuka Hijau (RTH) Kaca Mayang di area publik juga kena imbasnya. Puluhan pedagang dilkasi ini harus ditutup. Berdasarkan Surat Edaran Nomor 13/SE/SATGAS/2021 Tentang Pengetatan Aktivitas dan Pengetatan aktivitas dan eduaksi pelaksanaan PPKM Mikro di Kota Pekanbaru tepatnya pada poin kedelapan dimana SE tersebut mengatur pelaksanaan kegiatan pada area publik (fasilitas umum, taman umum, atau area publik lainnya) ditutup untuk sementara waktu, sampai dengan wilayah dimaksud dinyatakan aman berdasarkan penetapan Satuan Tugas Penanganan COVID-19 Kota Pekanbaru.

Pintu masuk dan keluar area RTH Taman Putri Kaca Mayang yang berada di Jalan Sudirman ditutup dengan garis polisi, yang ada sekarang beberapa masyarakat yang terlihat di dalam area RTH duduk bersantai dan masih ada sau dua pedagang yang terlihat membuka dagangannya. 

Dasri salah pedagang gerobak bersepeda motor mengaku, penutupan RTH Kaca Mayang sejak beberapa waktu lalu hingga pemberlakuan PPKM Mikro sangat berdampak kepada para pedangang yang sehari-hari mencari rezeki di area RTH ini. "Ya harus mau bagaimana lagi, banyak-banyak bersyukur saja lah dan tetap menghadapi kenyataan pahit ini," ungkapnya yang mejawab belum bisa memastikan kehidupan esok harinya. 

Tetapi para pedagang yang berada di area RTH hanya dikasi waktu sejak pagi hingga pukul 17.00 untuk berjualan, pihak kepolisian dan Satpol PP akan senantiasa melakukan pengawasan. "Kalau dulu kita dari sore pukul 16.00 WIB sampai pukul 22.00 WIB. tetapi sekarang hanya boleh pagi sampai sore. Ya pembeli tetap tak ada sejak ada PPKM," ujarnya.

Nasib pedagang pernak-pernik makin parah

Imbas yang ditimbulkan akibat wabah corona virus cukup dirasakan bagi pelaku UMKM tak terkecuali para pedagang pernak-pernik. Penjualan yang sebelumnya laris manis sebelum pandemi Covid-19 tapi saat ini sepi pembeli.

Mengingat disebutkan Menteri Koperasi dan UKM Teten Masduki pun gencar mengampanyekan Gerakan Bangga Buatan Indonesia salah satunya produk pernak-pernik UMKM di daerah. Upaya tersebut untuk mendongkrak agar penjualan pernak-pernik di tengah pandemi Covid-19. "Ini penting kita perkuat melalui sosialisasi dan edukasi kepada masyarakat, agar tidak ragu membeli produk pernak-pernik yang dihasilkan UMKM. Gerakan Bangga Buatan Indonesia menurut saya ini sangat penting, terutama untuk mendorong produk UMKM." ujar Teten, di Jakarta, Minggu (20/9) lalu. 

Menurut dia sebelum terjadinya pandemi Covid-19 penjualan pernak-pernik, fesyen dan home decoration laku keras baik di dalam maupun di luar negeri. Namun penjualan tersebut kandas setelah adanya wabah corona virus. "Sebelum pandemi, cukup besar permintaan di luar negeri dan sudah masuk dalam top list untuk dikurasi ke pasar global. Sayang, ketika pandemi permintaan terganggu," kata dia.

Ia pun menyiapkan berbagai program agar bisa beradaptasi agar bisa bangkit dengan berinovasi produk. Dengan demikian, diharapkan dapat mengikuti perkembangan market baru serta terus memperkuat custom culture produk. "Ini yang kita proses, agar dapat beradaptasi dan mengubah orientasi bisnis, lalu berinovasi produk termasuk memanfaatkan platform digital untuk marketing mereka," katanya.

Teten juga mendorong agar UMKM melakukan transformasi pemanfaatan teknologi dalam proses produksi, selain juga memanfaatkan hasil riset dan SDM unggul dalam mengembangkan produk UMKM. Hal terpenting adalah bagaimana ekosistem UMKM dapat berkembang. "Selama periode ini, beberapa kementerian melakukan pendampingan, edukasi, kurasi, dan inkubasi agar UMKM melakukan pergeseran dari situasi kini, dan bertransformasi ke arah yang lebih baik, agar UMKM bisa mengambil ruang peran di pasar domestik dan global," tandasnya.

Produk-produk UMKM memiliki keunggulan yang sangat diminati pasar global sebelum pandemi terjadi. Untuk itu, Teten berharap, melalui gerakan tersebut UMKM di Indonesia dapat bangkit dari keterpurukan akibat pandemi yang telah menyebabkan kendala dari sisi supply dan demand. "Kita punya keunggulan domestik berupa ketersediaan bahan baku, baik bahan endemik maupun hasil tambang, dan saya kira kita kaya dengan budaya seni yang bisa menjadi sumber inspirasi untuk produksi pernak pernik di Indonesia," katanya. 

Paket bansos akan disebar ke masyarakat

Pemerintah akan segera memberikan paket bantuan sosial (bansos) kepada masyarakat di tengah kebijakan PPKM Darurat. Menteri Sosial Tri Rismaharini mengatakan bahwa sesuai kesepakatan kesiapan bansos beras akan disiapkan oleh Bulog selanjutkan disalurkan melalui aparat TNI/Polri. "Berdasarkan rapat, untuk penyalurannya melalui TNI/Polri. Untuk itu kami akan serahkan ke pos-pos TNI/Polri 1.500 paket bansos untuk 100 Kabupaten/Kota," ungkap Risma, di Jakarta, Jumat (9/7/2021).

Dia juga memastikan bagi petugas di lapangan harus tetap menjalankan protokol kesehatan. Petugas di lapangan juga dipastikan mendapatkan bansos dari pemerintah. Selain itu dapat melaporkan kondisi di lapangan agar tidak ada satupun masyarakat yang tidak bisa makan. "Sekali lagi saya minta dipastikan, jangan sampai ada rakyat yang gak bisa makan," kata dia.

Perum Bulog saat ini tengah menyiapkan beras sebanyak 200.000 ton untuk tambahan bantuan sosial dari Kementerian Sosial kepada penerima Bantuan Sosial Tunai (BST) dan Program Keluarga Harapan (PKH) selama Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM). "Bulog siap melaksanakan penugasan menyalurkan tambahan beras untuk bantuan sosial kepada 10 juta penerima Bantuan Sosial Tunai dan 10 juta Program Keluarga Harapan, masing-masing nanti akan mendapat tambahan bantuan beras sebanyak 10 kilogram," kata Dirut Bulog Budi Waseso. (*)

Tags : Pedagang Kecil Dihantam Pandemi, Pedagang Kaki Lima, PKL di Pekanbaru, PKL Banyak yang Kehilangan Mata Pencaharian dan Menutup Jualan,