Nusantara   2020/11/04 13:32 WIB

REESA Bahas Bisnis Pertanian di Masa Pandemi

 REESA Bahas Bisnis Pertanian di Masa Pandemi

NUSANTARA - Himpunan Profesi Resources and Environmental Economics Student Association (REESA) Fakultas Ekonomi dan Manajemen (FEM) IPB University bersama Komunitas Young On Top (YOT) Bogor mengadakan Youth Agripreneur Talk dengan topik “Bisnis Pertanian di Masa Pandemi, Emang Bisa Apa?”.

Webinar DILAKUKAN pada Ahad (1/11) ini dihadiri oleh mahasiswa IPB University dan mahasiswa dari berbagai perguruan tinggi di Indonesia. Tujuan utama webinar ini adalah untuk  menjembatani pemuda dan mahasiswa Indonesia menuju dunia pasca campus di bidang kewirausahaan. Lebih khusus bidang pertanian, terutama di masa pandemi Covid-19.

Ketua Departemen Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan (ESL) IPB University, Dr Ahyar Ismail  mengungkapkan, pasti ada kiat-kiat tertentu untuk memanajemen bisnis pertanian, terutama dalam planning, organizing, motivating, controlling dan evaluating. Narasumber yang dihadirkan adalah Ahsan Abduh Andi Sihotang, Alumni IPB 42 dan Founder Souvia Group (Souvenir Indonesia), Fmart yang baru dibangun di masa pandemi, Mozleema, dan Fansparel. Serta Dewi Nur Aeni, alumni IPB 51 sekaligus Founder Bonafe Binangkit Farm. “Pertanian itu berat. Namun akan ringan bila bekerja sama,”  ujar Ahsan dalam rilis dimuat Republika.co.id.

Ia juga menjelaskan bahwa keunggulan bisnis pertanian Indonesia di masa depan yaitu sumber daya manusia yang melimpah, memiliki bonus demografi, bisnis pertanian adalah bisnis dengan daya tahan tertinggi. Dengan peluang yang besar di Indonesia, yang bisa dilakukan untuk memulai bisnis pertanian adalah melalui Pola Umum dan By Design. Pola Umum, mahasiswa bisa memulai bisnis melalui kegiatan mengikuti lomba, memulai usaha, mengumpulkan modal, kolaborasi, internship, ataupun mengikuti proyek dosen. Sedangkan dalam By Design, dipaparkan empat konsep berkesinambungan yakni Recognition, Specialization, Contribution, dan Actualization.

Sedangkan dalam pandangan Dewi Nur Aeni, kesiapan berbisnis di bidang pertanian seharusnya tidak hanya ditelaah saat pandemi. Untuk menjawab hal  kompleks dan simultan ini, dibutuhkan kerja sama serius antara Civil Society, Private Sector, Academic, dan Government. “Pendidikan mengubah cara pandang saya mengenai semakin banyak masalah dan memberi pilihan untuk turun tangan menghadapi masalah tersebut,” ujar Dewi.

Ia juga menjelaskan harus ada inovasi lain untuk mengembangkan pendapatan, tidak hanya mengandalkan hasil panen. Maka Dewi membangun café yang dinamakan Bonafe (Kebon Kafé) di tengah kebun pepaya yang dikelolanya terlebih dahulu. (*)

Tags : pertanian, pandemi, bisnis pertanian,