Kesehatan   2020/04/06 23:56 WIB

Virus Corona Bisa Bertahan Dipermukaan

Virus Corona Bisa Bertahan Dipermukaan

KESEHATAN - Seiring penyakit Covid-19 menyebar, begitu pula rasa takut kita pada permukaan. Telah muncul pemandangan yang akrab di tempat-tempat umum. Di daerah-daerah yang paling parah terdampak virus corona, tim petugas yang mengenakan alat pelindung diri telah dikirim untuk menyemprotkan desinfektan di plaza, taman, dan jalan-jalan umum.

Kegiatan bersih-bersih di kantor, rumah sakit, toko dan restoran telah digalakkan. Di beberapa kota. Seperti banyak virus pernapasan lainnya, termasuk flu, Covid-19 dapat menyebar dalam butiran air atau droplet yang keluar dari hidung dan mulut orang yang terinfeksi saat batuk.

Satu batuk bisa menghasilkan hingga 3.000 droplet. Partikel-partikel ini dapat mendarat pada orang lain atau pakaian dan permukaan di sekitar mereka, namun beberapa partikel yang lebih kecil dapat tetap berada di udara. Ada juga beberapa bukti bahwa virus ini diam lebih lama dalam materi tinja, sehingga siapa saja yang tidak mencuci tangan dengan baik setelah dari toilet bisa mengontaminasi apa pun yang mereka sentuh.

Menurut Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Amerika Serikat (CDC), menyentuh permukaan atau objek dengan virus dan kemudian menyentuh wajah sendiri tidak dianggap sebagai cara utama penyebaran virus. Meski begitu, CDC, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), dan otoritas kesehatan lainnya, menekankan bahwa mencuci tangan dan membersihkan serta menyemprot disinfektan pada permukaan yang sering disentuh setiap hari adalah kunci dalam mencegah penyebaran Covid-19.

Jadi, meskipun kita masih belum tahu persis berapa banyak kasus yang disebabkan langsung oleh permukaan yang terkontaminasi, para ahli menyarankan untuk berhati-hati. Salah satu aspek yang belum jelas adalah berapa lama SARS-CoV-2, nama virus yang menyebabkan penyakit Covid-19, dapat bertahan hidup di luar tubuh manusia.

Beberapa studi tentang virus corona jenis lain, termasuk Sars dan Mers, menemukan bahwa mereka dapat bertahan hidup pada logam, kaca, dan plastik selama sembilan hari, kecuali mereka didesinfeksi dengan benar. Beberapa jenis virus bahkan dapat bertahan hingga 28 hari di suhu rendah.

Virus corona dikenal sangat tangguh dalam hal tempat mereka dapat bertahan hidup. Dan para peneliti sekarang mulai lebih memahami tentang pengaruh sifat ini terhadap penyebaran virus corona baru. Para ilmuwan menduga virus bertahan lama di gagang pintu, meja dapur yang dilaminasi atau dilapisi plastik, dan permukaan keras lainnya. Namun, para peneliti mendapati bahwa virus cenderung mati dalam waktu sekitar empat jam di permukaan tembaga.

Tetapi ada pilihan yang lebih cepat: penelitian menunjukkan bahwa virus korona dapat dinonaktifkan hanya dalam satu menit dengan mendesinfeksi permukaan dengan alkohol 62-71 persen, atau cairan pemutih yang mengandung hidrogen peroksida 0,5 persen atau cairan pemutih rumah tangga yang mengandung 0,1 persen natrium hipoklorit. Suhu dan kelembaban yang lebih tinggi juga cenderung menyebabkan virus corona lain mati lebih cepat, meskipun penelitian telah menunjukkan bahwa kerabat virus corona lain yang menyebabkan Sars bisa mati oleh suhu di atas 56 ��C (cukup panas untuk mencederai kulit) dengan laju sekitar 10.000 partikel virus setiap 15 menit.

Meskipun tidak ada data tentang berapa banyak partikel virus dalam satu droplet yang keluar dalam sekali batuk, penelitian tentang virus flu menunjukkan bahwa tetesan yang lebih kecil dapat mengandung puluhan ribu salinan virus influenza. Namun jumlah ini dapat bervariasi tergantung pada jenis virus itu sendiri, tempat ia ditemukan dalam saluran pernapasan, dan tahapan infeksi orang yang batuk tersebut.

Pada pakaian dan permukaan lain yang lebih sulit didesinfeksi, belum jelas berapa lama virus bisa bertahan. Sifat penyerap serat alami dalam karton, bagaimanapun, dapat menyebabkan virus mengering lebih cepat daripada pada plastik dan logam, menurut Vincent Munster, kepala bagian ekologi virus di Rocky Mountain Laboratories dan salah satu dari peneliti yang memimpin studi NIH. Kemampuan virus untuk bertahan lama hanya menekankan pentingnya mencuci tangan dan membersihkan permukaan, menurut Munster.

Penasihat medis pemerintahan Inggris, Profesor Chris Whitty, mengatakan meskipun tingkat kematian lebih tinggi bagi orang-orang tua, kebanyakan orang tua hanya akan punya gejala ringan sampai sedang.

Ia juga mengingatkan bahwa infeksi ini tak bisa dianggap remeh bagi orang muda, sembari menyebutkan bahwa banyak orang muda yang terinfeksi dan harus dirawat di unit perawatan intensif.

Jadi, bukan hanya usia yang mempengaruhi risiko infeksi.

Dalam analisis massal untuk lebih dari 44.000 kasus di China, kematian ditemukan lima kali lebih banyak pada orang-orang yang mengidap diabetes, tekanan darah tinggi atau masalah pernapasan.

Seluruh faktor ini berinteraksi satu sama lain dan kita belum tahu gambaran utuh risiko bagi tiap jenis orang di lokasi-lokasi berbeda.

Dan bahkan ketika pola-pola yang membentuk tingkat kematian di berbagai kasus bisa mengungkap siapa yang paling berisiko, tetap saja kita tak bisa tahu risiko pastinya untuk kelompok-kelompok tertentu.

Tak mudah memastikan tingkat kematian

Kebanyakan kasus infeksi corona tidak terhitung karena orang cenderung tak mengunjungi dokter ketika mengalami gejala ringan.

Pada tanggal 17 Maret, kepala penasehat ilmiah pemerintah Inggris, Sir Patrick Vallance, memperkirakan ada sekitar 55.000 kasus di Inggris, saat kasus yang sudah dipastikan (confirmed case) di bawah angka 2.000.

Membagi tingkat kematian dengan angka 2.000, akan memberi hasil yang lebih besar daripada membaginya dengan angka 55.000.

Ini merupakan salah satu alasan utama mengapa tingkat kematian pada kasus yang sudah dipastikan menjadi perkiraan yang buruk untuk tingkat kematian sesungguhnya.

Yaitu dengan membuat taksiran lebih tinggi padahal banyak kasus tak tercatat.

Namun ini juga bisa keliru untuk soal lain: memperkirakan tingkat kematian lebih rendah akibat tidak memasukkan orang-orang yang kini terinfeksi, tapi tidak dikonfirmasi, dan kemudian meninggal dunia.

class=wp-image-21783

7 Benda Bisa Jadi Sarang Virus Corona

Di tengah pandemi virus corona Covid-19 yang mengancam warga dunia, muncul temuan yang menyatakan virus mematikan tersebut bisa bertahan hidup di permukaan benda mati.

Penelitian yang dilakukan oleh ilmuwan National Institutes of Health and University of California, Los Angeles, Amerika Serikat belum lama ini, mengklaim virus corona tidak hanya bertahan di udara selama beberapa jam, namun juga di permukaan benda-benda yang seringkali disentuh orang.

Dikutip dari Wired, Rabu (18/3/2020), dalam penelitiannya, para ilmuwan melakukan ujicoba dengan menempelkan virus SARS-CoV-2 pembawa Covid-19 ke sejumlah permukaan benda mati yang mudah ditemukan di dalam rumah.

Hasilnya, mereka menemukan bahwa virus corona mampu bertahan dalam jangka waktu cukup lama, hingga berhari-hari di permukaan benda berbahan plastik dan stainless steel. Sementara di benda lainnya seperti alumunium dan sarung tangan medis hanya bertahan selama beberapa jam.

Selengkapnya berikut tujuh benda yang bisa menjadi tempat virus corona berserta durasi ketahanannya.

  1. Plastik (5 hari)
  2. Kertas (4-5 hari)
  3. Kaca (4 hari)
  4. Kayu (4 hari)
  5. Stainless steel (2 hari)
  6. Sarung tangan medis (8 jam)
  7. Alumunium (2-8 jam)

Terkait temuan tersebut, para peneliti lantas mengatakan bila Covid-19 serupa dengan virus corona lainnya, penyebab penyakit SARS dan MERS, seperti dikutip dari unggahan Medscape.

Virus pembawa dua penyakit tersebut mampu bertahan di berbagai permukaan yang terbuat dari logam, kaca dan palstik bahkan sampai sembilan hari. Sementara virus flu bertahan hanya 48 jam.

Kendati begitu, para ilmuwan pun mengingatkan bahwa virus corona bisa mati ketika berada dalam suhu lebih dari 30 derajat Celcius. Selain itu, Covid-19 juga dapat dibasmi dengan desinfektan rumah tangga biasa.

Virus Corona Covid-19 Bisa Bertahan di Plastik dan Stainless Hingga 3 Hari

Centers Disease Control and Prevention (CDC) menyebut jika virus menular melalui kontak dari orang ke orang. Tapi, virus ini ternyata juga bisa bertahan selama berjam-jam di berbagai dasar bahan.

Penelitian yang baru dipublikasi MedRxiv ini dilakukan peneliti National Institutes of Health, CDC, UCLA, dan Princeton University. Hasilnya, terungkap novel coronavirus atau yang dikenal SARS CoV-2 ini sangat mirip dengan penyakit SARS, dan sama-sama disebabkan oleh virus corona.

Ini memang tidak mengejutkan, dan hasil sains yang sangat baik. Ini bisa menambah pengetahuan kita tentang Covid-19, ujar David Weber, ahli epidemiologi dan ahli penyakit menular dari University of North Carolina Chapel Hill seperti dikutip dari Buzzdee.

Studi sebelumnya juga menunjukkan bahwa virus penyebab MERS, yang sama-sama berjenis coronavirus, bisa bertahan di permukaan baja dan plastik hingga 2 hari. Sedangkan untuk virus penyebab SARS bisa bertahan pada plastik hingga 5 hari.

Sayang, Weber kemudian tidak mendapat penjelasan lebih jauh apakah virus yang ada di udara, permukaan baja, hingga plastik bisa menginfeksi seseorang. Misalnya, jika orang yang terinfeksi menyentuh hidung dan kemudian menyentuh gagang pintu plastik, dan gagang pintu plastik disentuh orang lain yang berlanjut menyentuh hidungnya.
Apakah itu menyumbang 0,01 persen penularan atau 15 persen untuk penularan, ungkapnya. (*)

Tags : -,