Nasional   2024/04/05 23:52 WIB

Arus Mudik Lebaran 2024 Ditengah Ancaman Gempuran Banjir dan Longsor

Arus Mudik Lebaran 2024 Ditengah Ancaman Gempuran Banjir dan Longsor

JAKARTA - Para pemudik Lebaran 2024 harus menghadapi serangkaian rekayasa lalu lintas demi mengurai kepadatan lalu lintas, hingga berjibaku dengan ancaman banjir dan longsor yang membuat jalur utama terputus.

Sebanyak 193,6 juta orang diperkirakan akan mudik Lebaran pada tahun ini, menurut catatan Kementerian Perhubungan. Jumlah tersebut meningkat 56% dibanding tahun lalu. Lebih dari 80% di antaranya bertujuan ke daerah-daerah di Pulau Jawa.

Di Tol Trans Jawa, Korps Lalu Lintas Polri (Korlantas) memberlakukan ganjil genap, contraflow dan sistem satu arah untuk mengurai kemacetan.

Kepala Bagian Operasional Korlantas Polri Komisaris Besar Eddy Junaedi mengatakan lonjakan arus mudik sudah mulai terlihat sejak Kamis (04/04) malam dan akan mencapai puncaknya pada tanggal 6 hingga 8 April 2024.

Adapun puncak arus balik diprediksi akan terjadi pada 14-15 April 2024.

Peningkatan jumlah penumpang juga telah terlihat di stasiun, bandara, terminal, dan pelabuhan.

Salah satu pemudik, Iwayan Marsa, 37, akan berangkat ke kampung halaman istrinya di Dieng, Jawa Tengah, pada Jumat (05/04) malam menggunakan kendaraan pribadi.

Lantaran plat kendaraannya bernomor ganjil, Wayan harus bersiasat agar tidak ditilang saat di perjalanan.

Selain menghadapi padatnya lalu lintas, para pemudik di berbagai daerah juga dibayangi oleh ancaman banjir dan longsor akibat cuaca ekstrem.

Salah satu pemudik dari Jakarta ke Sumatra Barat, Billy Gustyan, 31, harus mencari jalur alternatif karena jalur Padang-Bukittinggi terputus pada Jumat (05/04) akibat banjir lahar dari Gunung Marapi.

Jalur alternatif yang dia lalui, melalui wilayah Malalak di Kabupaten Agam, juga dikenal rawan longsor. Apalagi dia melintas ketika cuaca sedang hujan lebat.

"Agak cemas juga tadi karena takut longsor juga di jalur Malalak," kata Billy.

Korlantas Polri juga menutup sebagian ruas jalan di Tol Bogor-Ciawi-Sukabumi (Bocimi) yang amblas akibat longsor pada Rabu (03/04).

Sebelumnya, Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) telah memperingatkan potensi cuaca ekstrem berupa hujan sedang hingga lebat akan membayangi masa-masa mudik lebaran.

Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) juga mewanti-wanti agar masyarakat mewaspadai risiko bencana alam, terutama longsor dan banjir, selama di perjalanan menuju kampung halaman.

Apa saja yang perlu diketahui dan diwaspadai oleh para pemudik? Bagaimana aturan ganjil genap di tol dan apa sanksinya?

Sistem ganjil genap akan diterapkan di ruas Tol Dalam Kota Jakarta hingga Kilometer 414 Tol Semarang Batang saat arus mudik.

Sebaliknya saat arus balik, sistem ganjil genap akan berlaku dari Kilometer 414 Tol Semarang hingga Tol Dalam Kota Jakarta. Berikut jadwalnya:

Arus mudik

  •     Tanggal 5 April pukul 14.00 hingga 7 April pukul 24.00 WIB.
  •     Tanggal 8 April pukul 08.00 – 24.00 WIB
  •     Tanggal 9 April pukul 08.00 – 24.00 WIB

Arus balik

  •     Tanggal 12 April pukul 14.00 – 24.00 WIB
  •     Tanggal 13 April pukul 08.00 – 24.00 WIB
  •     Tanggal 14 April pukul 14.00 hingga 16 April pukul 08.00 WIB

Eddy menegaskan bahwa sistem ganjil genap hanya berlaku di tol, dan tidak diterapkan di jalur-jalur arteri.

Selain itu, polisi menyatakan tidak akan menghentikan maupun meminta pemudik yang melanggar ganjil genap untuk putar balik.

“Kami akan menggunakan pengawasan melalui tilang elektronik. Ada sanksi hukumnya, setelah tanggal 16 April akan dikirimkan surat tilang,” tutur Eddy.

Bagaimana jika kendaraan berplat ganjil masuk tol pada tanggal ganjil, kemudian terjebak macet di dalam tol hingga berganti hari ke tanggal genap? Boleh kah dia melanjutkan perjalanannya di dalam tol?

“Apabila belum masuk jamnya tentu itu bukan pelanggaran. Kami tidak akan menghentikan bagi para pelanggar ganjil-genap ini, silakan terus," kata Kepala Korlantas Polri Brigjen Aan Suhanan melalui akun media sosial Korlantas.

"Nanti untuk sanksinya kami akan kirim ke surat konfirmasi sesuai alamat di STNK,” ujarnya kemudian.

Ketika dikonfirmasi kembali terkait situasi seperti ini, Aan hanya menjawab, “Kan nanti ada surat konfirmasi dari ETLE”.
Bagaimana pemberlakuan contraflow dan sistem satu arah?

Sistem contraflow dapat diberlakukan di Tol Jakarta Cikampek KM 36 hingga Tol Cipali KM 72 sejak 5 April pukul 14.00 WIB hingga 11 April pukul 24.00 untuk arus balik. Sedangkan pada arus balik, sistem ini dapat berlaku pada 12 April pukul 14.00 hingga 16 April pukul 08.00.

Akan tetapi, Eddy mengatakan pemberlakuannya bergantung pada perkembangan situasi di lapangan.

Pada Jumat (05/04) siang misalnya, Korlantas menunda penerapan contraflow dan satu arah karena situasi lalu lintas masih “lancar terkendali”.

Meski demikian, Korlantas tetap memberlakukan contraflow sepenggal di sekitar tempat beristirahat di Tol Cipali. Menurutnya, ini diperlukan untuk mengantisipasi kepadatan dari arus kendaraan yang hendak mampir untuk beristirahat sejenak.

Selain itu, polisi akan menerapkan sistem satu arah apabila arus lalu lintas menuju timur Pulau Jawa padat. Sistem satu arah dapat diterapkan di Tol Cipali KM 72 hingga Tol Semarang Batang KM 414.

Sistem satu arah saat arus mudik dapat diterapkan pada:

  •     5 April pukul 14.00 hingga 7 April pukul 24.00 WIB.
  •     8 April pukul 08.00 – 24.00 WIB
  •     9 April pukul 08.00 – 24.00 WIB

Sedangkan saat arus balik dapat diterapkan dari arah Tol Semarang Batang KM 414 – Tol Cipali KM 72 pada:

  •     12 April pukul 14.00 – 24.00 WIB
  •     13 April pukul 08.00 – 24.00 WIB
  •     14 April pukul 14.00 WIB sampai 16 April pukul 08.00 WIB

Namun lagi-lagi sistem ini hanya akan diberlakukan ketika situasi lalu lintas padat.

Lalu bagaimana dengan masyarakat yang bepergian di jalur sebaliknya? Eddy mengatakan mereka dapat melalui jalur arteri ketika sistem ini diberlakukan di jalan tol.

Dengan penerapan tiga skema rekayasa lalu lintas itu, laju kendaraan di Tol Trans Jawa diharapkan bisa berkisar 40-50 kilometer per jam.

“Kami harapkan tidak ada kepadatan yang berlebih,” kata Eddy.

Korlantas mengimbau masyarakat membatasi waktu beristirahat di rest area selama maksimal 30 menit.

Imbauan itu bertujuan untuk mengurangi kepadatan dan antrean masuk kendaraan menuju tempat beristirahat.

Pasalnya dari pengalaman-pengalaman sebelumnya, Eddy mengatakan kendaraan yang tertahan saat akan masuk ke area istirahat justru memadati bahu jalan, sehingga menyebabkan macet.

“Masyarakat kami mohon untuk bertenggang rasa untuk tidak terlalu lama di rest area. Cukup istirahat 30 menit, selanjutnya silakan melanjutkan perjalanan,” kata Eddy.

Salah satu pemudik asal Jakarta, Iwayan Marsa memilih mudik menggunakan kendaraan pribadi karena biayanya lebih irit dibanding harus membeli tiket kereta untuk satu keluarga.

Lokasi kampung halamannya juga berada di wilayah pegunungan di perbatasan Dieng-Banjarnegara yang tidak terjangkau angkutan umum.

Wayan berangkat pada Jumat (05/04) malam sekitar pukul 21.00 WIB. Plat kendaraannya bernomor ganjil sehingga dia hanya memiliki jeda waktu sekitar tiga jam untuk masuk ke wilayah tol.

"Saya tinggal lihat jeda waktu menuju tanggal genap itu sisa berapa jam. Di waktu jeda itu kan ada waktu untuk kami bisa lewat tol," kata Wayan. 

"Kalau sudah di tol waktu untuk plat genap berlaku, mau enggak mau kami harus keluar tol," ujarnya kemudian.

Dia mengaku sudah siap menghadapi risiko kemacetan di jalur Pantura dibanding harus ditilang elektronik. Otomatis total waktu perjalanannya pun akan lebih lama.

"Saya akan berupaya menghindari risiko ditilang. Daripada saya kena tilang, lebih baik saya segera keluar tol," kata dia.

"Kalaupun kena tilang, untungnya enggak sampai disuruh putar balik. Kalau disuruh putar balik ya kasian, malah enggak bisa sampai ke kampung. Jadi ya sudah lebih baik konsekuensinya kena tilang tapi masih bisa jalan," ujar Wayan.

Dia juga telah mempersiapkan logistik berupa makanan, minuman, hingga bahan bakar mesin cadangan untuk menghadapi kemacetan.

Pasalnya, Wayan adalah salah satu pemudik yang juga pernah terdampak kemacetan di pintu keluar tol Brebes Exit (Brexit) pada 2016.

Peningkatan penumpang juga terjadi di pelabuhan penyeberangan antar pulau.

Direktur Komersial Pelayanan ASDP Indonesia Ferry, M Yusuf memperkirakan sebanyak 5,78 juta penumpang dan 1,37 juta kendaraan akan menggunakan jasa penyeberangan.

Untuk menghadapi lonjakan ini, ASPD mewajibkan pengguna jasa pada rute Merak-Bekauheni dari Jawa ke Sumatera dan Ketapang-Gilimanuk dari Bali ke Jawa Timur untuk membeli tiket secara daring.

Selain itu, ASDP akan menerapkan zona penyangga untuk mengurai antrean kendaraan yang hendak naik ke kapal.

Sejauh ini, longsor sudah terjadi di Tol Bogor Ciawi Sukabumi (Bocimi) yang diduga akibat tingginya curah hujan. Longsor menyebabkan sebagian sisi jalan tol amblas.

Kakorlantas Brigjen Aan Suhanan mengatakan Tol Bocimi tidak dapat dilintasi untuk sementara waktu.

“Maka [arus lalu lintas] kami alihkan dari Cigombong ke arteri, begitu juga di kilometer 72 itu kami tutup untuk tidak dilalui,” ujar Aan.

Di Sumatra Barat, banjir lahar dingin dari Gunung Marapi pada Jumat (05/04) sore menyebabkan jalur Padang-Bukittinggi di kawasan Aie Angek, Kabupaten Agam, terputus. Padahal, jalur ini merupakan salah satu jalur mudik utama di wilayah Sumatra Barat.

Berdasarkan laporan media lokal, polisi meminta para pemudik untuk mencari jalur alternatif lain.

Billy Gustyan, salah satu pemudik, mengatakan kendaraan dari arah Bandara Internasional Minangkabau dan Kota Padang yang menuju Bukittinggi dialihkan melalui jalur lain.

Untungnya, Billy pulang ke kampung halaman sebelum arus mudik mencapai puncaknya. Jadi arus lalu lintas di jalur alternatif masih lengang.

Deputi Bidang Pencegahan Badan Penanggulangan Bencana Nasional (BNPB) Prasinta Dewi mengatakan bencana alam berupa banjir dan longsor juga berpotensi terjadi di berbagai wilayah akibat cuaca ekstrem.

“Di Pulau Jawa, itu hampir semuanya [berstatus] merah [rawan bencana,” kata Prasinta.

Wilayah Pantai Utara Pulau Jawa, yang bulan lalu tergenang, juga disebut masih rawan banjir.

Tingkat kerawanan bencana pada musim mudik kali ini, kata dia, meningkat dibandingkan tahun lalu imbas cuaca ekstrem yang melanda.

Oleh sebab itu, dia mengimbau masyarakat untuk mewaspadai titik-titik rawan bencana. BNPB menyediakan informasi terkait hal itu melalui aplikasi INArisk.

“Kalau masuk kategori merah, bukannya tidak boleh dilewati, tapi harus waspada. Misalnya ketika hujan lebat dan jarak pandang hanya beberapa meter, sebaiknya berhenti dulu,” ujar Prasinta.

Bagaimana kondisi cuaca selama arus mudik?

BMKG telah mendeteksi kehadiran bibit siklon tropis baru di sekitar Laut Sawu, Nusa Tenggara Timur, yang diprediksi akan menguat secara perlahan dalam beberapa hari ke depan.

"Kemunculan bibit siklon baru ini akan memicu terjadinya cuaca ekstrem. Jadi mohon kepada masyarakat diharapkan untuk lebih berhati-hati dan waspada," ungkap Kepala BMKG, Dwikorita Karnawati dalam konferensi pers di Jakarta pada Kamis (04/04).

Mengingat cuaca ekstrem terjadi pada pekan arus mudik, Dwikorita meminta para pemudik memperhatikan informasi terkait kondisi cuaca.

Kehadiran bibit siklon 96S itu juga dapat berdampak langsung terhadap kondisi cuaca di wilayah Indonesia.

Hujan dengan intensitas sedang hingga sangat lebat akan terjadi di wilayah Bali, Nusa Tenggara Barat, dan Nusa Tenggara Timur. Angin kencang berpotensi melanda Jawa Timur, Bali, Nusa Tenggara Barat, dan Nusa Tenggara Timur.

Selain itu, BMKG juga mendeteksi adanya fenomena cuaca lainnya berupa Madden Julian Oscillation (MCO), gelombang Kelvin serta Rossby Equatorial. Suhu muka laut Indonesia yang hangat juga dapat berperan mendukung pertumbuhan awan hujan yang signifikan.

Mengacu pada sejumlah fenomena cuaca tersebut, Kepala Pusat Meteorologi Publik BMKG Andri Ramdhani memperkirakan sebagian wilayah Indonesia berpotensi dilanda hujan dengan intensitas sedang hingga lebat sampai 11 April 2024.

Kondisi cuaca itu juga akan disertai dengan kilat dan angin kencang.

Wilayah yang terdampak mencakup Sumatra, sebagian wilayah Jawa, Nusa Tenggara, Kalimantan, Sulawesi, Maluku dan Papua. (*)

Tags : Islam, Muslim, Perjalanan, Transportasi, Indonesia, Ramadan,