Headline Sorotan   2020/10/06 12:28 WIB

Italia Sempat 'Terkapar' Didera Wabah, Kini Sukses Tekan Infeksi

Italia Sempat 'Terkapar' Didera Wabah, Kini Sukses Tekan Infeksi
Sel T dapat berada di dalam tubuh selama bertahun-tahun setelah infeksi sembuh, memberikan sistem kekebalan dengan memori jangka panjang.

"Italia sempat memiliki kasus covid-19 terbanyak di negara-negara eropa, berkat tes usap yang ditempuh, negara yang pernah kewalahan menghadapi pandemi virus corona kini berhasil menekan tingkat infeksi"

ari jendela mobil di depan, terdengar suara tangis anak kecil. Petugas dengan sigap memberinya permen dan menunjukkan gambar berwarna-warni. Permen sengaja diberikan agar tes usap virus corona untuk anak-anak di Roma, Italia, bisa lancar dilakukan. Tes usap (swab test) Covid-29 ini dikhususkan bagi anak-anak, mulai bayi hingga berusia enam tahun.

Hasilnya diketahui dalam setengah jam saja. Jika negatif, anak-anak ini dibolehkan kembali masuk sekolah. Tes usap khusus untuk anak adalah langkah terbaru yang ditempuh Italia, negara yang pernah kewalahan menghadapi pandemi virus corona namun sekarang berhasil menekan tingkat infeksi jika dibandingkan negara-negara di Eropa Barat seperti Inggris, Prancis dan Spanyol.

Apa kunci kesuksesan Italia?

Italia mencatat jumlah infeksi virus corona 37 per 100.000 dalam dua pekan terakhir, termasuk salah satu yang terendah di Eropa, yang tengah dilanda gelombang kedua. Sebagai perbandingan, Inggris mencatat lebih dari 100 kasus per 100.000, sementara Prancis 230 dan Spanyol sekitar 330.

Elisabetta Cortis, dokter anak yang menggagas tes usap untuk anak-anak di Italia, mengatakan bahwa pemerintah belajar banyak dari situasi pada bulan Februari dan Maret. "Kami sangat menderita karena karantina wilayah, dan itu adalah situasi yang tak mudah bagi anak-anak. Mereka kesepian, tak ada teman, tak boleh bersekolah, tak bisa berolahraga...," kata Cortis dirilis BBC.

Sebenarnya agak sulit menemukan faktor tunggal yang membuat Italia bisa menekan pandemi dalam beberapa waktu terakhir, sementara di beberapa negara lain di Eropa, angka kasus harian terus meroket. Jumlah pengetesan sebenarnya tidak sangat tinggi. Inggris bahkan melakukan lebih banyak tes dibandingkan Italia.

Namun tes usap dan tes cepat (rapid test) di Italia memang lebih banyak tersedia, misalnya di bandar udara, stasiun kereta, bahkan di sekolah. Artinya, ketika akses tes sulit dilakukan di Italia, pemerintah memberi kemudahan bagi warga yang ingin melakukan tes.

Mungkin penjelasan yang bisa dikemukakan adalah gabungan dari beberapa faktor: kemudahan melakukan tes, pelacakan kontak yang efisien, dan karantina wilayah secara nasional yang lebih lama.  Italia juga tak terlalu tergesa-gesa mengakhiri karantina wilayah.

Selain itu, trauma pada masa-masa awal pandemi membuat warga Italia sekarang sangat khawatir akan datangnya gelombang kedua wabah dan ini membuat mereka taat sekali menerapkan protokol kesehatan. Di satu restoran pasta di Tonarello, pihak berwenang menerapkan aturan untuk memastikan para pengunjung tidak terkena virus corona.

Ada penyekat transparan di antara meja, mencatat rincian pengunjung yang nantinya dipakai untuk pelacakan kontak, dan daftar menu sekali pakai. Beberapa restoran dan kafe hanya menyediakan menu secara elektronik, yang bisa diakses melalui telepon genggam pintar. Semua pramusaji dan pengunjung mengenakan masker ketika berada di dalam restoran dan ketika tidak makan.

Ini bukan pemandangan yang aneh

Sejak awal pandemi, otoritas mewajibkan pemakaian masker di dalam ruang dan sekarang di luar ruang yang sibuk, terutama di kawasan dengan angka kasus tinggi seperti di ibu kota Roma, warga juga harus memakai masker. Mereka yang melanggar aturan memakai masker akan didenda maksimal 3.000 euro atau sekitar Rp52 juta.

Tingkat ketaatan yang tinggi atas protokol kesehatan memungkinkan restoran bisa tetap buka dan pada saat yang sama menghindarkan pemerintah dari kebijakan untuk menutup wilayah secara keseluruhan. Banyak kawasan yang merugi akibat lumpuhnya kegiatan ekonomi, namun Tonarello tetap ramai tanpa harus mengorbankan aspek kesehatan.

Salah seorang pengunjung restoran, Patrizia Corrias, makan siang bersama dua anak perempuannya sebelum terbang ke Inggris untuk melanjutkan kuliah. "Saya merasa lebih aman di sini ... semua orang mengenakan masker dan mematuhi protokol kesehatan," katanya.

"Kami termasuk di antara yang pertama yang harus mennjalani karantina wilayah. Karantina ini berlangsung sangat lama. Banyak yang menderita, banyak yang meninggal," kata Corrias.

Kesan ini sangat membekas yang membuat warga punya kesadaran untuk memetingkan protokol kesehatan. Wakil Menteri Kesehatan Italia, Pierpaolo Sileri, mengatakan ketaatan atas protokol kesehatan sangat penting. "Kalau kita menghormati aturan, maka kita akan mendapatkan manfaatnya. Kami sekarang bisa melakukan banyak hal [yang tak bisa dilakukan di negara-negara lain] karena kami sangat taat dengan protokol kesehatan," kata Sileri.

Di luar optimisme tetap ada kehati-hatian

Tetap ada kemungkinan Italia akan mengalami lagi lonjakan kasus, seperti yang saat ini dialami oleh Inggris, Prancis dan Spanyol. Namun untuk saat ini data menunjukkan perkembangan yang menggembirakan.

Dengan formula yang sebenarnya sederhana: tes, protokol kesehatan yang ketat, dan ketaatan yang tinggi, ada harapan bahwa gelombang kedua --yang ditakutkan oleh banyak negara-- bisa dicegah di Italia. (*)

Tags : Covid-19, Italia, Didera Wabah, Sukses Tekan Infeksi,