Artikel   2023/02/04 15:4 WIB

Kisah Pengalaman Seorang PNS Pernah jadi 'Pelayan Masyarakat', 'yang Bertugas di Daerah Terpencil dan Terluar di Daik Lingga'

Kisah Pengalaman Seorang PNS Pernah jadi 'Pelayan Masyarakat', 'yang Bertugas di Daerah Terpencil dan Terluar di Daik Lingga'

BEKERJA sebagai Pegawai Negeri Sipil (PNS) masih menjadi mimpi sebagian besar angkatan kerja di Indonesia. Tetapi tetap dibarengi dengan kesadaran moral bahwa ketika lulus tes dan diangkat menjadi PNS maka mereka akan menjadi seorang "Pelayan" hingga maksimal umur yang ditentukan oleh undang-undang.

"Pengalaman PNS yang pernah saya jalani pernah bertugas di daerah terpencil dan terluar di Daik Lingga (masa itu masih wilayah Kecamatan) di Kepulauan Riau (Kepri) tahun 1983," kata Ansori (bukan nama sebenarnya), seorang PNS yang betugas di instansi vertikal (Dinas Pekerjaan Umum/PU) Pekanbaru yang bercerita sambil minum kopi bersama riaupagi.com di kedai kopi Aceh dibilangan jalan Paus, Pekanbaru, Sabtu (4/2/2023) ini.  

"PNS adalah Pelayan masyarakat atau Pelayan Publik, namun masih belum bisa diterima secara utuh oleh sebagian PNS yang telah bertugas di instansi penyelenggara pelayanan publik."

"Pada tahun itu (1983) saya mendapat tugas ada pembukaan dan pembangunan jalan (tanah keras) di wilayah pedesaan (Daik Lingga). Memang masa itu masyarakat mengharapkan ada pembangunan jalan sebagai membuka keterisoliran dalam wilayah pulau yang masuk pada perairan laut cina selatan ini," cerita Ansori yang kini Ianya sudah menjalani masa pensiun ini.

Diakui, memang masa itu hal tersebut masih terjadi di wilayah kecamatan Daik Lingga (sebelum menjadi kabupaten) dikenal masih jauh baik dari jangkauan pengawas eksternal atau media.

Tetapi saat ini daerah itu dihadapkan pada kenyataan bahwa berbagai segi kehidupan mengalami kemajuan yang pesat.

"Sekarang kan sudah modernisasi, melalui kemajuan dan peningkatan ilmu pengetahuan dan teknologi Daik Lingga itu juga mengalaminya secara sederhana juga meningkatkan derajat pemikiran dan tindakan masyarakat yang rasional dan modern," sebutnya.

Di tengah perubahan besar yang terjadi, ada juga masyarakat masih mengalami kesenjangan antara yang mengikuti modernisasi dengan yang terbawa arus perubahan yang perkembangan masa kini sudah hitungan perdetik."

Menjadi pertanyaan mendasar apakah kemajuan zaman dengan ilmu pengetahun dan teknologi juga dialami masyarakat di Daik Lingga?

Ansori menilai, kalau dibanding tahun 1983 lalu, sebelum Daik Lingga di mekarkan menjadi kabupaten, keterisoliran masih tampak disana sini. Tetapi sejak era tahun 2000-an, dimana seiring wilayah kepulauan itu sudah menjadi kabupaten banyak terdapat kemajuan dalam infrastruktur, ekonomi dan pembangunan, pendidikan dan budayanya.

"Bahkan sampai kini nilai-nilai sejarah budayanya tidak pernah hilang yang dikenal daerahnya sebagai Bumi Bunda Tanah Melayu itu," katanya.

Relevansi agama dalam menghadapi perkembangan zaman melalui proses modernisasi di segala bidang kehidupan bisa menyebabkan masyarakatnya maju dan tidak terbelakang.

Ia tak menyangkal sebaliknya, masa daerah itu masih terisolir, saat melakukan tugas sebagai pelayan publik, berbagai 'kerawanan' seperti mistis sebelumnya sudah hangat diperbincangkan.

"Hal ini terjadi, dimana daerah tersebut masih kental dan terjaga akan budaya daerah (Melayu), begitupun disektor alamnya juga masih terstruktur alami sebagaimana diketahui yang memiliki gunung bercabang tiga (sekarang sudah bercabang dua) dimana dikisahkan dalam sejarah lokal dan dipercaya oleh penduduk setempat," sebutnya.

"Sejarah dan budaya (Melayu) ini tidak lepas dari peranan ulama lokal dalam organisasi sosial umat tentunya."

Tetapi Ansori tidak menampik di daerah kepulauan itu yang kebudayaan agamanya dominan, dalam beberapa pandangan lain juga hadir peran dukun dan peramal masih ada. 

"Jadi masa bertugas di daerah tersebut saat melakukan pembukaan dan pembangunan jalan, kami menggunakan tokoh yang disegani (peramal) yakni Hasan untuk mengawal lancarnya tugas dilapangan," katanya.

Menurutnya, penggunaan dari kalangan tokoh masyarakat yang disegani mutlak dilakukan, sebagai 'juru kunci' sekaligus ucapan 'permisi' pada alam sekitarnya agar tidak mendapat gangguan atau halangan dan rintangan dari mahkluk-mahkluk gaip (tak kasat mata). 

Dia mengku, dalam konteks inilah mistisisme masih memungkinkan terjadi dan berkembang serta bertahan di tengah masyarakat. Tentu dengan segala pernak perniknya.

"Tetapi memang sejauh dalam tugas di daerah terisolir selama dua tahun, Alhamdullilah tidak terjadi hal-hal tidak diinginkan, seperti apa yang disebutkan dalam benak atau gambaran-gambaran yang didengungkan; yang menurut asal katanya, mistik (mystikos) atau yang artinya rahasia (geheim), serba rahasia (geheimzinnig), tersembunyi (verborgen), gelap (donker) atau terselubung dalam kekelaman (in het duister gehuld)," terangnya.

Jadi Ansori menyimpulkan selama bertugas di wilayah terpencil dan terluar (Daik Lingga) masa itu, fakta sosialnya memang terjadi seperti itu, tetapi Ia tidak ingin membahas atau juga mempertanyakan kebenaran kondisi dan situasi alam maupun perilaku paranormal setempat, akan tetapi satu sisi lain memang diakuinya melalui sosiologi daerah setempat serta fenomenanya adanya kenyataan yang terjadi yang memang sebagai sebuah gambaran nyata. (*)

Tags : Pegawai Negeri Sipil, Pengalaman PNS, PNS Bertugas di Daerah Terpencil dan Terluar, Daik Lingga, Kepri, PNS Pelayan Masyarakat ,