Sorotan   2021/06/25 14:16 WIB

Penjualan Hewan Kurban Menurun, Karena 'Dipengaruhi Pandemi Corona'

Penjualan Hewan Kurban Menurun, Karena 'Dipengaruhi Pandemi Corona'
Seekor sapi yang akan dikurbankan dinaikkan ke kendaraan. Mengangkut sapi dari satu daerah ke daerah lainnya yang berjauhan menimbulkan potensi penyakit.

"Pedagang hewan kurban [sapi dan kambing] mengeluhkan penurunan pendapatan dibanding tahun lalu. Penurunan itu terjadi akibat pendemi COVID-19 yang membuat perekonomian masyarakat melambat"

enjual hewan kurban yang biasanya menjajakan hewan kurban [Kambing] di kawasan Jalan Arifin Achmad, Pekanbaru seperti Retno (50) menuturkan, penurunan pendapatan dari menjual hewan kurban pada 2021 ini begitu terasa. "Tahun ini pembeli hewan kurban sepi sekali kalau dibanding tahu lalu, pendapatan juga turun 40 persen," kata Retno, Jumat (25/6).

Setiap tahun lapak hewan kurban miliknyatak pernah sepi pembeli, namun tahun ini terasa pembelian menurun. "Lapak saya benar-benar sepi, itu terjadi sejak tahun 2020 kemarin. Ini semua karena masyarakat masih khawatir untuk keluar rumah," ujarnya.

Untuk menyiasati pendapatan yang turun tajam, kambing yang didatangkan dari Kabupaten Indragiri Hulu [Inhu] akan dijual dengan harga yang bersahabat. Namun, Retno tak mau memberitahu harga pasti kambing yang dijualnya. "Saya ada banyak kambing, kalau ada yang minat bisa saya kurangin harga sampai Rp2 juta," ucapnya.

Ia berharap Pemprov Riau bisa ikut memperhatikan nasib para penjual hewan kurban yang menurun pendapatannya akibat pandemi COVID-19. "Harapannya semoga pemerintah bisa membeli ke kami bukan beli dari luar Riau, semoga kami ini bisa dibantu," sebutnya. 

Menyiapkan hewan kurban jelang Idul Adha

Lenguhan sapi dan embikan kambing nyaring biasanya terdengar di saat menjelang Idul Adha, area pertanian terpadu pemerintah Provinsi Riau seperti Jalan Tengku Mahmud, Kelurahan Palas, Rumbai, Pekanbaru ini misalnya, suara-suara hewan peternak tersebut meningkahi kesibukan para petugas di lokasi seluas 20 hektare ini. Menjelang Idul Adha, mereka memastikan puluhan hewan yang akan untuk dikurbankan memenuhi kriteria yang disyaratkan agama Islam.

Di samping itu, ada aspek kesrawan atau kesejahteraan hewan yang harus diperhatikan. Salah satu elemen dalam kesejahteraan hewan adalah kelayakan kandang. Arya Gamadika, pimpinan sekaligus owner Rezqi Boemi Illahi Farm [RBI] Farm yang merupakan peternakan semi moderen yang kini membudidayakan 300 ekor sapi beragam jenis di Kelurahan Palas, Rumbai, Pekanbaru mengaku sanitasi kandang harus diawasi.

"Tempat jangan menyiksa hewan. Jangan kita biarkan sapi, kerbau, kambing, domba dihujankan, dipanaskan. Perlakukan hewan itu dengan kesrawan. Jangan menunggu hewan laku dijual, tapi hewan tersiksa. Kami tidak seperti itu," katanya kepada wartawan akhir Juni 2020 lalu.

Menurutnya, kelayakan kandang menjadi penting mengingat penyakit berpotensi mewabah apabila tempat hidup ternak diabaikan. Arya Gamadika mengatakan kandang, terutama untuk kambing dan domba, harus memiliki kolongan agar kotoran hewan mudah dibersihkan secara berkala. Apabila kandang terlalu lembab, menurutnya, zat amoniak yang terkandung dalam kotoran hewan dapat terhirup sehingga hewan mudah terpapar penyakit.menyoroti keberadaan lapak-lapak penjual hewan kurban di wilayahnya.

Selain kelayakan kandang, aspek kesejahteraan hewan memuat beragam elemen teknis lainnya, seperti cara menyembelih. Agar hal ini dapat diterapkan di lapangan pada Idul Adha, Arya Gamadika mengaku berkoordinasi dengan Majelis Ulama Indonesia dan sejumlah pengurus masjid di Provinsi Riau. "Salah satu muatan dalam koordinasi dengan MUI adalah mengadakan pembinaan teknis dengan juru sembelih. Bagaimana cara menyembelih, cara merubuhkan hewan ternak yang kesrawan dan tidak ada penyiksaan," kata Arya.

Peternakan semi moderen yang kini membudidayakan 300 ekor sapi beragam jenis di Kelurahan Palas, Rumbai, Pekanbaru yang hanya awalnya memelihara tiga ekor sapi di dekat Terminal AKAP, kini sudah berkembang pesat, kenang Arya Gamadika.

Ia memelihara Sapi Bali yang sudah beranak-pinak. Tidak sekedar perbiak, tapi juga sudah banyak yang dijual, lalu uang hasil penjualan untuk membeli bibit sapi dengan ras berbeda. Proses 13 tahun telah mengembangkan peternakan tersebut dan kini memiliki sekitar 300 ekor sapi berbagai jenis dan ras. Arya juga dibantu tenaga ahli merupakan tenaga kerja terdidik untuk mengelola peternakan dan sejumlah tenaga lapangan yang bertugas merawat seluruh sapi.

Arya mengaku awalnya peternakan dilakukan secara tradisional. Tidak dikandangkan, tetapi dilepas-liarkan dan sekedar mengandalkan pakan dari rerumputan liar, kini sudah dikelola dengan sistem semi moderen. Mulai menerapkan teknologi fermentasi untuk pengolahan pakan. Hasilnya, karena asupan pakannya bergizi tinggi, maka kualitas daging sapi-sapi RBI Farm dipastikan baik. Sapi-sapi tidak sekedar gemuk, tetapi dijamin kesehatannya.

Populasi sapi RBI Farm tak sekedar hasil kembang-biak lokal, tetapi banyak yang sengaja di datangkan untuk memperkaya ras dan jenis sapi. Kini tak hanya ada Sapi Bali, tetapi sudah tersedia ras Simetal, Brahman maupun PO.

Dengan populasi sapi sekitar 300 ekor, RBI Farm menyatakan siap menyongkong ketersediaan daging di Riau. Secara rutin, sapi-sapinya dipasarkan untuk memenuhi kebutuhan daging di Pekanbaru. Selain itu, RBI Farm juga menyediakan sapi untuk keperluan tahunan, seperti Ibadah Kurban di Hari Raya Idul Adha. Karena jaminan kualitas itulah kalau beberapa tahun terakhir, RBI Farm mendapat kepercayaan menjadi penyedia Sapi Kurban untuk Presiden Indonesia yang dipotong di Masjid Raya An-Nur Pekanbaru. Demikian juga dengan Gubernur Riau dan sejumlah pejabat memilih sapi dari RBI Farm untuk ibadah kurban.

Apa kata Dinas Pertanian dan Peternakan soal kurban?

Kepala Dinas Pertanian dan Peternakan Kota Pekanbaru, El Syabrina lebih memperhatikan dan menganjurkan pada masyaraat saat melakukan kurban Idul Adha. Seperti saat merubuhkan hewan kurban ada metodenya. Selama ini, menurutnya, cara sebagian masyarakat terkadang saat merubuhkan hewan tergolong penyiksaan. "Jangan main tarik saja lalu sapi terbanting," cetusnya.

Dia menjelaskan metode yang benar adalah mengikatkan tali pada badan sapi atau kerbau lalu rubuhkan ke sisi kiri. "Mengapa ke sisi kiri? Karena dalam anatomi sapi, sisi kiri adalah perutnya yang kosong. Kalau dirubuhkan ke kiri, dia tidak terlalu merasa sakit," paparnya.

Selain itu Ia juga melihat aspek kesejahteraan hewan yang harus dipahami sejumlah penjual hewan kurban. Melihat yang disebutkan Arya Gamadika, pengusaha ternak sapi RBI Farm, menempatkan 300 ekor sapi di area kandang seluas 1 hektar sehingga hewan tersebut dapat leluasa bergerak. Kandang sapi-sapi itu rutin dibersihkan setiap pagi dan sore sehingga tidak menimbulkan potensi penyakit. "Sapi-sapi di sini berasal dari Bali. Dari daerah sana pun kami telah mendapatkan surat kesehatan dari dinas peternakan setempat. Saat sapi-sapi berada di sini dokter hewan datang secara berkala untuk memeriksa," kata pria yang akrab disapa Arya ini.

Tapi menurutnya potensi penyakit hewan, justru timbul saat hewan ternak dalam perjalanan dari berbagai daerah. "Sapi-sapi ini tidak nonstop bepergian. Ada tempat-tempat singgahnya untuk beristirahat. Tapi, walau begitu, dalam perjalanan bisa muncul stres, muncul kecapaian, dan muncul kram," jelasnya.

Untuk mengantisipasinya, Arya dan rekan-rekannya memberi gula merah kepada sapi yang baru datang. Hal ini, kata dia, berguna menambah stamina. Setelah itu sapi ditenangkan dan beberapa saat kemudian diberi makan yang terdiri dari campuran rumput, ampas tahu atau jagung.

Meski sebagian besar hewan yang dijual dilengkapi dengan surat kesehatan dari dinas setempat, tiada salahnya mencermati kondisi fisik hewan dengan teliti, kata El Syabrina.

Ia mengatakan masyarakat dapat melihat ciri-ciri hewan yang terjangkit antraks. Menurutnya, hewan yang tekena penyakit antraks akan mengalami demam dan suhu badannya naik karena bakteri. Dari lubang kumlah atau lubang anggota tubuh akan mengeluarkan leleran darah, seperti hidung, mulut, mata, telinga, dan anus. "Leleran darah ini bisa dilihat," ujar El Syabrina kepada wartawan.

Secara umum, masyarakat bisa mengetahui apakah hewan kurban sehat atau tidak dari cara berdiri dan berjalan. "Kalau berdirinya tegak dan terlihat tidak sempoyongan, dia sehat," katanya.

Jika masyarakat mendapati cacing hati pada hewan kurban, El Syabrina meminta agar masyarakat membuangnya karena sudah tidak layak makan meskipun dimasak. Namun kalau masih ada sebagian sisi hati yang tidak terkena, bisa dipotong dan yang terkena cacing hati dibuang. "Kalau hanya sebagian yang kena, bisa dipotong," imbuhya.

El Syabrina juga meminta masyarakat meneliti sebelum membeli hewan kurban. Sampai sekarang menurut El Syabrina belum menemukan adanya hewan kurban yang terjangkit penyakti yang berbahaya, seperti antraks dan cacing hati. "Kami telah memantau di Kota Pekanbaru dan semuanya aman," tegasnya.

Mengasah pisau

Sosialisasi dari pemerintah dan cendekiawan agama mengenai pentingnya kesejahteraan hewan berdampak positif. H Sugeng Pranoto, Ketua Panitia Kurban di Kantor DPRD Riau, mengatakan sepenuhnya sepakat bahwa hewan kurban harus mendapat perlakuan baik. "Hewan kurban, sampai disembelih, tetap diperlakukan dengan baik. Panitia bahkan secara khusus telah menyiapkan kandangnya," kata Sugeng yang tahun lalu DPRD Riau ikut melakukan pemotongan hewan kurban.

Menurut Sugeng, pihak masjid sebelumnya telah memberi wejangan kepada panitia kurban, hal-hal apa saja yang harus diperhatikan selama proses kurban, lengkap dengan dalil agama. "Dalam agama itu semua sudah diatur. Hewan kurban harus dibuat senyaman mungkin. Menajamkan pisau jangan di depan hewan kurban, dan lain-lain," ujarnya. (rp.sul/*)

Tags : Kurban 1442 Hijriyah, Idul Adha, Penjualan Hewan Kurban Menurun, Pedagang Hewan Kurban Dipengaruhi Pandemi Corona,