Headline Sorotan   2021/10/05 17:52 WIB

Perjalanan Ditengah Pandemi Menggunakan Transportasi Air, Terlihat 'Sungai Siak Paling Sunyi dan Menakutkan'

 Perjalanan Ditengah Pandemi Menggunakan Transportasi Air, Terlihat 'Sungai Siak Paling Sunyi dan Menakutkan'
Menelusuri aliran sungai Siak.

"Perjalanan menggunakan transportasi air menyusuri melalui rute aliran sungai Siak terlihat sunyi yang ada permukiman penduduk yang jarang tanpa pohon-pohon besar yang mengkhawatirkan"

ari speed boat yang ditumpangi, sepanjang aliran sungai Siak yang dingin terbentang hingga memenuhi cakrawala; luas, tanpa pohon dan menakutkan yang dahulunya ditepi-tepi sungai banyak ditumbuhi pohon besar kini berganti banyak ditumbuhi kebun sawit.

Layanan transportasi air seperti Surya Gemilang Express, dari Pekanbaru menuju Kota Batam, menempuh jarak sekitar ratusan km pada masa tahun 2000-an merupakan satu-satunya transportasi air menuju ke Kepulauan Riau [Kepri].

Traveling antar kota di pulau Sumatera itu lewat jalan antar provinsi sudah banyak dilakukan. Perjalanan lewat sungai, misalnya dari aliran sungai Siak di Pelabuhan Pelita Pantai Pekanbaru terasa seru. Perjalanan melalui sarana transportasi air menuju wilayah kepuluan hingga sekarang masih dilakukan baik melalui sungai Siak dari Perawang Kabupaten Siak menuju hingga ke pulau-pulau yang lebih cepat hingga ke luar negeri jiran Malaysia dan Singapura.

Transportasi air bisa dilakukan perjalanan dari Selatpanjang ke Kabupaten Kepulauan Meranti menuju Pekanbaru menggunakan speedboat Garuda Porti. Namun harga tiket Rp 175 ribu sebenarnya adalah untuk speedboat dari Selatpanjang ke Buton, kemudian disambung bus dari Buton ke Perawang, disambung lagi speedboat dari Perawang ke Pekanbaru. Semua speedboat dan bus adalah milik operator Garuda Porti. Kompetitornya seperti Meranti Ekspress dan Naga Line menyediakan layanan speedboat dan bus yang serupa. Total perjalanan dari Selatpanjang ke Pekanbaru adalah 4 jam.

Pelabuhan sungai di Perawang cukup sederhana. Hanya ada pos polisi air dan beberapa warung. Usai semua tas dan koper dimuat ke speedboat, trafelling bisa duduk di atap speedboat bersama barang-barang penumpang.

"Tak apalah, saya ingin menikmati suasana sungai. Speedboat saya melewati kolong jembatan Perawang yang tinggi dan modern, tapi minimalis ala flyover di jalan tol. Selebihnya adalah pemandangan hutan sawit yang sampai ke tepi sungai," kata Ikbal menceritakan perjalananya dengan menggunakan trasportasi air ini.

Berada di atas speedboat yang meliak-liuk mengikuti meander sungai, rasanya seru. Terkadang saya melihat jejeran kapal kecil. Ada juga warga setempat mendayung perahu, mandi atau memancing di tepi sungai yang berwarna coklat. Matahari yang terik agak berkurang panasnya karena angin yang berhembus kencang.

"Saya biasa naik speedboat ini untuk ke Batam, lebih cepat naik speedboat dan bsa menikmati pemandangan alam," katanya dalam obrolan di atap speedboat dengan riaupagi.com.

Ikbal sendiri mengaku ingin mengunjungi sanak saudara di Batam. Rute kombinasi speedboat-bus-speedboat menurut dia tetap praktis karena disediakan oleh operator yang sama, hanya sekali bayar di awal. Hanya sedikit repot naik turun saja, namun tetap lebih murah daripada melalui pesawat di Bandara. "Kita kan berangkat pukul 09.00 WIB nanti sore sekitar pukul 16.00 sudah sampai. Kalau dari Buton jalan darat sampai Pekanbaru bisa sampai siang," jelasnya.

Sepanjang aliran sungai Siak memang terlihat sedikit flora dan fauna, hanya saja bantaran sungai sudah habis untuk pabrik pengolahan kayu, batubara, perkampungan penduduk. "Mungkin dulu banyak pohon tinggi di sini, tapi sekarang yang tersisa tinggal pohon kelapa sawit," kata Ikbal yang dirinya terlihat menghela nafas panjang.

Memang terlihat dibantara sepanjang tebing sungai siak, pemandangan yang tak lazim seperti mulai terkikisnya permukaan tanah tebing diakibatkan deranya gelombang kapal yang saban hari malintasi alur sungai.   

Pemandangan yang mengerikan 

Perjalanan melalui rute kapal terlihat disekeling alur sungai 'paling sunyi' di dunia bahkan terasa seolah 'transit di dunia asing'. Layanan transportasi air di pulau Sumatera menuju ke Kepulauan Riau [Batam] menempuh sekitar 4-5 jam.

Tetapi jika kita melihat di luar jendela, speedboat yang dingin terbentang hingga memenuhi cakrawala; luas terlihat sepanjang alur sungai kini tak banyak ditumbuhi pohon-pohon besar dan hanya ada tumbuhan seragam [pohon sawit] berjejer disetiap sudut penglihatan.

Permukaan tebing sepanjang sungai mulai terkikis oleh tekanan arus gelombang air. Terlihat penumpang lain, seorang turis dari Kanada yang tidak suka bercakap cakap yang juga ingin menuju Batam, sejak naik dari Buton, penumpang asing itu juga ikut sebagai penumpang melewati alur sungai menyaksikan dan ikut sedih melihat pohon-pohon besar yang sudah banyak yang ditebang dan berganti dengan pohon sawit.

Seolah-olah pelancong Kanada itu ikut merasakan betapa banyak lingkungan disekitar tepian sungai Siak sudah mengalami bentuk jarak sosial yang ekstrem sebelum Covid-19 menjadikan suasana lingkungan berubah drastis.

Dari Buton sama seperti yang ada di Kota Pekanbaru, tempat ladang minyak itu adalah jalan interkoneksi di ujung utara Siak ini juga bisa dibilang, yang paling berbahaya.

Truk-truk besar beroda 12 memenuhi bagian tengah jalan raya yang tidak beraspal. Jalan raya dibangun sejak dekade pada tahun 1974 untuk melayani ladang minyak sebagai sumber kehidupan ekonomi masyarakat dan pemasok hampir 85% dari anggaran negara.

Pada mulanya jalan itu murni jalan angkut untuk truk. Kemudian, pada tahun 1994, negara membuka jalan raya untuk kendaraan pribadi. Berjalan dengan raksasa seberat 100.000 lbs (sekitar 45.000 kg) menggelegar kecepatan penuh di atas kerikil lepas, jangan berharap menjadi perjalanan yang mudah.

"Mengemudi di Jalan raya di buton Siak bisa menjadi ekstrem di musim panas atau musim penghujan," kata Onggung Panjaitan ST, salah satu staf Pegawai Satker Balai Besar Pelaksanaan Jalan Nasional II Satker Pelaksanaan Jalan Nasional Wilayah II (BBPJN II) Provinsi Riau.

"Di musim panas, truk mengeluarkan debu dan jalan berlumpur dapat membuat permukaan licin. Tapi jalan Buton sudah kami aspal dan pengendara tetap harus bersiap-siap penuh kehati-hatian," ucapnya menjelaskan tentang pekerjaan Preservasi Rekontruksi jalan Simpang Lago-Simpang Buatan-Siak Sri Indrapura-Mengkapan/Buton (MYC/KI) tahun anggaran 2018-2019 itu.

Namun disela-sela penjelasannya itu, Ia menyarankan setiap pengemudi untuk melengkapi diri dengan radio. "Ada baiknya berinvestasi dalam CB genggam yang disetel ke saluran. Dengan cara ini, pengemudi truk yang melintasi lingkungan jalan tentang muatan yang diangkut," harapnya.

Memang beberapa transportasi murah untuk sampai ke atau kembali dari Buton dengan rute yang indah maupun menuju pelabuhan kapal ke wilayah Kepulauan Riau terlihat saban tahun semakin banyak pelancong ke satu arah dan mencari tumpangan ke arah lain.

Antara awal Juni dan akhir Agustus, perusahaan menjalankan layanan perjalanan pulang pergi antara Riau ke Kepulauan Riau yang menempuh jarak panjang punya banyak waktu, sebagai salah satu perjalanan bus paling nyata di dunia. 

"Saya memilih transportasi air menuju Batam dengan di pagi hari ingin menyaksikan kelembutan matahari dan kesejukan alam," kata Ikbal lagi menceritakan saban diwaktu libur melakukan pulang pergi antar pulau itu.

Melewati sedikit area pemukiman di sepanjang jalur sungai, melalui speedboat yang tidak mengoperasikan permintaan layanan pemberhentian secara spontan, beberapa orang penunmpang suka berpergian berjam-jam menuju kesanak famili, dan pada perjalanan menggunakan transportasi air ada juga yang lain merencanakan perjalanan untuk bisnis dengan perlengkapan bertahan hidup melintasi hutan, ilalang, kebun dan ladang masyarakat disepanjang tepian sungai tanpa jejak.

"Kami suka berpikir bahwa kami adalah layanan yang dapat diandalkan orang," kata Irwansyah, salah satu ABK speedboat Garuda Porti.

"Jika pelanggan turun pada suatu hari dan membuat reservasi untuk dijemput, mereka dapat mengandalkan kami untuk berada di sana untuk mereka."

Pelayanan ini bisa diandalkan dan dipercaya. Buton adalah jalan yang sangat sepi. Tidak ada layanan medis, sedikit jangkauan telepon seluler, dan hanya ada beberapa terlihat permukiman penduduk.

Dengan Meranti Ekspress dan Naga Line menyediakan layanan speedboat dan bus berada di tangan yang aman. Pengemudi perusahaan sebelumnya berpengalaman dan mengikuti pelatihan internal profesional. "Biasanya, orang mendapat masalah di jalan raya karena kendaraan mereka yang tidak diperuntukkan untuk melewati jalan kerikil," ungkap Onggung menyikapi hilir mudiknya kenderaan dijalan Buton yang baru diaspal.

"Mereka melaju terlalu cepat untuk kondisi tersebut atau membuat keputusan tikungan dan penempatan lajur yang buruk," sebutnya lagi.

Pemandangan disekitar Buton - ekosistem utuh yang luas yang nyaris tidak tersentuh oleh manusia, pemandangan alam yang alami kini perlahan digantikan oleh banyak tumbuhan sawit. Terasa seolah-olah sedang transit di dunia yang asing. Bahkan para pengemudi bus dari Pekanbaru menuju Buton tampaknya diam-diam harus lebih berhati-hati dengan terampil melewati tanjakan, tikungan yang curam dan tajam.

"Apa yang menarik di Buton?" Satriadi, Sopir Bus mengakui daya pikat unik jalan itu, "para sopir menuju Buton tetap tangguh menyusuri badan jalan yang penuh tantangan," kata dia.

Satwa liar sangat banyak dan beragam. Harimau, Kucing Hutan, Ular, Beruang menghuni sekitar daerah itu. "Ironisnya, pertemuan satwa liar yang pernah saya lihat dan  paling berkesan terjadi ketika kami berhenti mengambil phot ular cobra beradu di pinggir jalan benar-benar memakan waktu dan mengasyikan," kata Ikbal menceritakan tentang kejadian di lingkungan Buton itu.

Selain badan jalan yang panjang bagaikan di Calivornia/AS, satu-satunya hal yang konsisiten terlihat di jalan adalah pipa migas yang terpakai sejak dikelola PT Caltex Pasifik Indonesia [CPI] yang terletak di atas tanah yang permukaan tanahnya konsisten bersuhu dibawah 0°C, pipa ini memompa hampir ribuan barel minyak per harinya.

"Meskipun saya tidak memainkan peran dalam mengemudi mencapai Buton setelah berjam-jam perjalanan dari Pekanbaru tetapi terasa seperti melintasi garis finish di Rally Dakar," sebutnya lagi.

Setidaknya untuk satu hari bisa menikmati kehormatan unik menjadi penumpang bus paling utara di daerah Siak itu. (rp.sdp/*)

Tags : Perjalanan Menggunakan Taransportasi Air, Speed Boat, Sorotan, Sungai Siak Tanpa Pohon, Aliran Sungai Ditumbuhi Pohon Sawit, Lingkungan Sungai Siak,