Headline Sorotan   2021/08/15 15:18 WIB

Pertamina Resmi Kelola Blok Rokan, Tapi 'Tenaga Ahli Migas Putera Daerah Tak Terpakai'

Pertamina Resmi Kelola Blok Rokan, Tapi 'Tenaga Ahli Migas Putera Daerah Tak Terpakai'
Foto: Chevron lanjut pengeboran Blok Rokan, Duri, Riau. Doc Chevron Pacific Indonesia. Ist

"PT Pertamina Hulu Rokan [PHR] telah resmi mengelola Wilayah Kerja [WK/Blok] Rokan, sebanyak ribuan pekerja CPI dipindahkan tapi miris tak satupun tenaga ahli migas yang ada di Asosiasi Migas Riau [AMR] dipakai"

engelola Wilayah Kerja (WK/Blok) Rokan, Riau, mulai dilakukan PT Pertamina Hulu Rokan (PHR), unit usaha PT Pertamina (Persero) sejak Senin, 9 Agustus 2021 kemarin.

Secara resmi seremoni alih kelola Blok Rokan dari PT Chevron Pacific Indonesia (CPI) kepada PHR dilakukan sekitar pukul 00:14 WIB tengah malam dini hari, disaksikan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arifin Tasrif, Kepala Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) Dwi Soetjipto, Wakil Menteri I Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Pahala Nugraha Mansury, serta Direktur Utama PT Pertamina (Persero) Nicke Widyawati.

Menteri ESDM Arifin Tasrif mengatakan, pihaknya mengapresiasi seluruh pihak, baik SKK Migas, CPI, dan juga PHR, yang telah menyelesaikan sejumlah masalah kritikal dalam proses alih kelola Blok Rokan ini sehingga tetap bisa mencegah penurunan produksi saat alih kelola ini.

Dia mengatakan, hingga akhir Juli 2021, produksi minyak di Blok Rokan rata-rata tercatat mencapai 160,5 ribu barel per hari (bph) dan produksi gas sebesar 41 juta standar kaki kubik per hari (MMSCFD).

"Alih kelola disiapkan jauh-jauh hari agar produksi tidak menurun. Kami mengapresiasi seluruh pihak, SKK Migas, PHR, CPI yang telah menyelesaikan masalah kritikal dan mencegah penurunan produksi," tuturnya saat memberikan sambutan jelang acara "Serah Terima/ Alih Kelola Wilayah Kerja Rokan" dari CPI ke PHR, Senin (9/8), yang ditayangkan secara daring melalui kanal Youtube SKK Migas.

Arifin pun mengingatkan agar Pertamina Hulu Rokan tetap terus berinvestasi dan melakukan pengeboran dengan masif agar produksi migas di Blok Rokan ini tetap terjaga dan bahkan meningkat.

"PHR diharapkan mengajukan peningkatan produksi yang agresif untuk sisa tahun 2021 dan tahun-tahun selanjutnya," pintanya.

Dia menyebutkan, peningkatan produksi ini harus menjadi komitmen Pertamina karena Blok Rokan merupakan salah satu wilayah kerja migas terbesar di Indonesia yang bernilai strategis untuk mencapai target produksi minyak 1 juta bph dan 12 miliar standar kaki kubik gas per hari (BSCFD) pada 2030 mendatang. Blok Rokan saat ini blok minyak terbesar kedua di Tanah Air setelah Blok Cepu yang diproduksikan Exxon Mobil Cepu Ltd (EMCL).

Dirinya berpesan kepada PHR agar memenuhi segala komitmen yang tertuang di dalam Kontrak Kerja Sama (KKS/ PSC) yang telah ditandatangani, meningkatkan produksi minyak, serta menjaga hubungan baik dengan daerah.

"Izinkan saya juga berpesan kepada Pertamina agar memenuhi segala komitmen yang tertuang dalam Kontrak Kerja Sama yang telah ditandatangani dan bekerja lebih keras lagi dalam menjaga dan meningkatkan produksi di Wilayah Kerja Rokan dan tidak kalah penting menjaga hubungan baik dengan daerah," tuturnya.

Arifin mengucapkan apresiasi kepada CPI karena telah berkontribusi dalam pemenuhan energi nasional. "Dengan berakhirnya KKKS (Kontraktor Kontrak Kerja Sama) CPI dengan SKK Migas, maka dengan ini atas nama Indonesia mengucapkan terima kasih kepada CPI atas kerja keras dan seluruh yang telah dibangun selama ini dengan pemerintah Indonesia dalam pemenuhan kebutuhan energi nasional melalui pengelolaan WK Rokan," sebutya.

Ucapan terima kasih kepada segala pihak yang terlibat dalam proses transisi ini pun disampaikan, termasuk kepada Gubernur Riau dan jajarannya, sehingga alih kelola dapat berjalan lancar.

"Semoga dengan serah terima Wilayah Kerja Rokan, dan kerja keras dari berbagai pihak, maka pengelolaan WK Rokan di masa yang akan datang dapat memberikan manfaat yang sebesar-besarnya kepada masyarakat dan negara yang kita cintai," pungkasnya.

Kementerian ESDM telah menunjuk Pertamina untuk mengelola Blok Rokan setelah kontrak CPI berakhir pada 8 Agustus 2021.

Adapun penandatanganan Kontrak Kerja Sama (PSC) dengan skema Gross Split antara Pertamina dan SKK Migas dilakukan pada 9 Mei 2019.

Pertamina mendapatkan hak pengelolaan Blok Rokan hingga 20 tahun ke depan dengan hak partisipasi (participating interest/ PI) 100%, namun harus memberikan hak partisipasi sebesar 10% kepada Badan Usaha Milik Daerah (BUMD).

Adapun Chevron telah beroperasi di Blok Rokan sejak 97 tahun lalu, tepatnya 1924 yang saat itu masih bernama Standard Oil Company of California (Socal). Lalu pada 1951 yang saat itu sudah berganti nama menjadi Caltex memproduksi Blok Rokan kali pertama pada 1951.

Berdasarkan data Kementerian ESDM, Chevron telah memproduksi 11,69 miliar barel sejak 1951 hingga 2021.

Albert Simanjuntak, Managing Director Chevron IndoAsia Business Unit dan President Director PT CPI, turut mengucapkan terima kasih kepada seluruh pemangku kepentingan, baik pemerintah Indonesia, Kementerian ESDM, SKK Migas, Pemerintah Daerah Riau atas kerja sama selama hampir satu abad lamanya Chevron beroperasi di Blok Rokan ini.

"Tanpa adanya kerja sama dan hubungan yang baik dengan semua komponen di Riau, mustahil bagi kami untuk lakukan eksplorasi dan kegiatan produksi migas yang berjalan lancar dan selamat di Riau," ungkapnya dalam acara "Serah Terima WK Rokan" tersebut.

Pihaknya turut berterima kasih atas kerja sama dengan SKK Migas dan PHR selama 2,5 tahun terakhir ini sehingga proses alih kelola dapat berjalan lancar. Tak lupa, pihaknya pun berpesan kepada karyawan yang kini telah bergabung menjadi karyawan PT Pertamina Hulu Rokan untuk tetap terus memberikan kinerja terbaik dan perkokoh kredibilitas. Yang paling penting, imbuhnya, selalu jadikan keselamatan dan kesehatan sebagai prioritas utama.

"Sahabat-sahabat yang saya banggakan, dengan rasa haru sekaligus bangga, saya mengantarkan perjalanan karir rekan-rekan bersama PHR. Izinkan saya menyampaikan pesan, dengan berbekal pengalaman, keahlian, kreativitas, semangat kemitraan dan kolaborasi, teruslah berikan kinerja terbaik, perkokoh integritas dan jangan biarkan pudar karena prinsip ini yang membuat kita jadi individu terpercaya. Selalu jadikan keselamatan dan kesehatan sebagai prioritas utama, dan rangkul keberagaman," tuturnya.

Direktur Utama Pertamina Nicke Widyawati, mengatakan Pertamina berkomitmen untuk mempertahankan produksi dan menjaga level produksi agar tidak menurun. Untuk itu, PHR berkomitmen untuk mengebor 161 sumur pengeboran sejak hari ini hingga akhir tahun 2021 dan menambah 500 sumur lagi pada 2022.

"Kami juga memastikan proses operasional tidak ada kendala karena kami melanjutkan seluruh kontrak existing dan kontrak lain dan sangat penting yaitu kami mendapatkan anggota keluarga baru dari anggota CPI yang akan bergabung ke CPI sebanyak 2.689 orang pekerja, dan sebagai komitmen dari Pertamina untuk meneruskan pengelolaan Blok Rokan ini Pertamina akan melanjutkan program yang berjalan selama ini, termasuk EOR yang menunjang produksi migas yang signifikan," paparnya dalam acara yang sama.

Nicke Widyawati mengucapkan terima kasih kepada semua pemangku kepentingan karena mendukung proses transisi ini, sehingga berjalan lancar, tak terkecuali kepada CPI.

"Proses alih kelola tidak akan berjalan lancar tanpa dukungan stakeholder, kami mengucapkan terima kasih yang setinggi-tingginya atas dukungan dari DPR, Kementerian ESDM, beserta seluruh jajaran SKK Migas, Kementerian BUMN, Gubernur Riau dan masyarakat Riau yang telah mendukung proses alih kelola, yang terpenting terima kasih kepada CPI yang berkomitmen mendukung kelancaran proses alih kelola," tuturnya.

Transfer teknologi menjelang peralihan

Sebelumnya, PT Chevron Pacific Indonesia (CPI) dan PT Pertamina (Persero) menerapkan transfer teknologi pada kegiatan produksi migas menjelang peralihan ladang minyak Blok Rokan pada Agustus 2021kemarin itu.

Kepala Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral Provinsi Riau Indra Agus Lukman menjelaskan dengan adanya transfer teknologi tersebut, maka sistem dan pengelolaan yang telah berjalan saat ini tetap dilanjutkan.  

"Transfer teknologi antara CPI dan Pertamina sedang berlangsung. Aplikasinya dipakai semua. Kecuali tiga aplikasi yang memang itu punya internal Chevron. Kalau sistem monitoring, sistem peralatan dan pengawasan reservoir itu kan pakai aplikasi digital semua. Kemarin sudah sounding ke kami," ujarnya dalam siaran pers Senin (22/3).

Indra berharap alih kelola Blok Rokan yang akan dilakukan dalam beberapa bulan mendatang ini tetap berjalan dengan lancar. Dia juga berharap, para tenaga kerja yang saat ini masih berada di bawah naungan PT CPI dapat terus bekerja dengan baik dan optimal.

Dia menyebut pada saat peninjauan bersama Panja Migas beberapa waktu lalu juga telah disampaikan soal tenaga kerja agar tetap semangat dan tetap melaksanakan tugas sebagaimana mestinya.

"Mudah-mudahan di bawah pengelolaan Pertamina produksi bisa lebih baik. Yang penting kita sama-sama menjaga kondusifitas dalam alih kelola.  Pertamina juga sudah menyampaikan program yang dilaksanakan Chevron dengan bagus, seperti pelaksanaan program CSR [corporate social responsibility], itu akan dilanjutkan," imbuhnya. 

Peralihan Blok Rokan

Alih kelola Blok Rokan Riau pun dilakukan sekaligus menjadi kado istimewa seiring dalam merayakan hari kemerdekaan ke-76. Salah satu kawasan penghasil minyak nomor dua terbesar di Indonesia di Riau, dengan operator Chevron Pacific Indonesia (CPI) kini dipegang oleh perusahaan minyak nasional Pertamina Hulu Rokan (PHR).

Blok Rokan diharapkan menjadi tumpuan bagi bangsa ini dalam upaya mengurangi ketergantungan energi berupa impor BBM dari negara luar. Dengan syarat putra putri bangsa yang dipercaya memimpin pengelolaan blok migas ini mampu mewujudkan dan meningkatkan produksi minyak dari blok ini.

Tepatnya pada 9 Agustus 2021, pengelolaan Blok Rokan, Riau sudah berpindah ke PT Pertamina Hulu Rokan setelah berakhirnya kontrak bagi hasil (PSC) PT Chevron Pacific Indonesia di Blok Rokan pada 8 Agustus.

Mulai 9 Agustus 2021, hak kelolanya diambil 100% oleh Pertamina. Pemerintah memberikan hak kelola Blok Rokan di Provinsi Riau yang habis masa kontraknya pada September 2021 kepada PT Pertamina (Persero).

Kementerian ESDM menyebut keputusan ini murni diambil atas dasar pertimbangan bisnis dan ekonomi setelah menerima dan mengevaluasi proposal yang diajukan Pertamina. Kondisi tersebut didasari dengan signature bonus yang disodorkan Pertamina sebesar US$784 juta atau sekitar Rp11,3 triliun dan nilai komitmen pasti sebesar US$500 jutaS atau Rp7,2 triliun dalam menjalankan aktivitas eksploitasi migas.  

Riwayat pengelolaan Blok Rokan Bukan proses singkat ditemukannya kandungan Blok Rokan, karena sudah sejak era kolonial Belanda. Lapangan Minas yang menjadi tambang minyak raksasa yang pertama kali ditemukan di Blok Rokan.

Geolog asal Amerika Walter Nygren menemukannya pada 1939. Lapangan Minas pernah diklaim sebagai lapangan minyak terbesar di Asia Tenggara. Saat ditemukan, kandungan minyak di lapangan tersebut diperkirakan mencapai 6 miliar barel. Lapangan tersebut menghasilkan minyak jenis Sumatran Light Crude yang terkenal di dunia.

Pengeboran pertama di lapangan dilakukan oleh Caltex yang kemudian berubah nama menjadi Chevron. Sumur Minas pernah mencapai puncak produksi pada 1973. Saat itu produksinya mencapai 440 ribu bph. Lapangan kedua, Duri.

Lapangan tersebut pertama kali ditemukan pada 1941 dan mulai berproduksi 1958. Blok Rokan yang memiliki luas 6.220 kilometer itu memiliki hampir 96 lapangan minyak, di mana tiga di antaranya disebut-sebut memiliki potensi minyak besar yakni Duri, Minas, dan Bekasap.

Berdasarkan data Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas), produksi PT CPI per Juni mencapai 160.646 barel per hari, sementara target lifting 165 ribu barel per hari.

Jejak kejayaan minyak Blok Rokan Riau dapat dilihat dengan berdirinya 2 (dua) monumen pompa angguk 1.000.000 barel minyak. Monumen ini berdiri atas pencapaian produksi 1 juta barel minyak dari Duri, dihitung kumulatif dari 1958-1995.

Monumen pompa angguk kedua, adalah monumen 2.000.000 barel minyak Duri, atas pencapaian produksi akumulatif dari 1958-2006. Kedua monumen tersebut berada di lokasi yang berdekatan. Prestasi bangsa dan tantangan Alih kelola minyak di Blok Rokan dari tangan PT CPI  adalah sebuah tantangan bangsa Indonesia di bawah kepemimpinan Presiden Joko Widodo untuk memperjuangkan kemandirian dan ketahanan energi nasional.

Blok Rokan menjadi incaran raksasa minyak dunia karena situs penghasil minyak di Riau ini diprediksi memiliki kandungan minyak dan gas bumi yang berlimpah.

PT CPI sebenarnya masih berkeinginan memperpanjang kontrak operasi Blok Rokan hingga 2041. Namun pemerintah kemudian memutuskan pengelolaaan blok ini diserahan ke Pertamina Hulu Rokan dengan berbagai pertimbangan.

Analisa Badan Pekerja Nasional [Bakernas] Indonesian Corruption Investigation [ICI], H Darmawi Werdana Zalik Aris SE menyebutkan, berberapa faktor yang menjadi pertimbangan pemerintah, yakni signature bonus yang ditawarkan dan potensi pendapatan negara dengan menggunakan gross split.

Isu krusial jelang alih kelola menjelang peralihan wilayah kerja (WK/ Blok) Rokan ini pun mencuat, SKK Migas terus mengawal proses peralihan agar berjalan dengan baik. Salah satu proses peralihan yang penting adalah terkait kewajiban yang ada di kontrak-kontrak pengadaan barang/jasa, termasuk di dalamnya kontrak untuk vendor lokal Riau. Lantas Darmawi pun juga mengemukakan terkait proses transisi alih kelola Blok Rokan ini;

Yang pertama menjadi pekerjaan rumah besar bagi PT Pertamina Hulu Rokan adalah dalam hal penguasaan teknologi pengurasan minyak. Bagaimana menciptakan standardisasi pengelolaan sumur dengan teknologi yang kapasitasnya minimal setingkat dengan Chevron. Untuk itu Teknologi Enhanced Oil Recovery (EOR) diperlukan demi mengoptimalkan produksi. Karena sumur-sumur minyak di Blok Rokan sudah berusia tua dan telah beroperasi puluhan tahun.

Yang kedua, tantangan ke depan Pertamina Hulu Rokan adalah mempertahankan volume produksi dan lifting. Apalagi secara umum blok migas habis masa kontrak sudah mengalami penurunan produksi yang signifikan. Pekerjaan rumah umumnya hanya untuk mempertahankan produksi atau bisa menaikkan produksi, tentu dengan cara melakukan eksplorasi sumur-sumur baru. Seiring usia lapangan yang mature dan adanya penurunan alamiah (natural decline), produksi Blok Rokan kini rata-rata berada di level 160 ribu–200 ribu barel per hari. Secara otomatis kinerja Blok Rokan akan menjadi perhatian publik dan para stakeholder pengambil kebijakan.

Dia berharap, manajemen Pertamina Hulu Rokan harus siap dalam banyak hal. Tidak hanya masalah teknis bisnis, tetapi juga aspek-aspek lain yang kemungkinan akan menyertainya. Salah satunya adalah diperbandingkan dengan lapangan alih kelola lainnya yang dilakukan Pertamina.

Dukungan semua pemangku kepentingan, terutama pemerintah (pusat dan daerah) serta mitra bisnis PHR, menunjukkan suasana kondusif menjelang peralihan pengelolaan operator pada 8 Agustus 2021.

"Alih kelola ke Pertamina sebagai perusahaan nasional diharapkan bisa memberi manfaat yang lebih luas lagi bagi negara, baik dari sisi pengelolaan maupun penerimaan negara. Selain itu harus bisa memperkuat posisi Pertamina sebagai BUMN yang menjadi salah satu lokomotif pembangunan dan perekonomian nasional," kata Darmawi.

Menurutnya, Pertamina juga mendapat tantangan besar untuk dapat memproduksi migas 1 juta barel pada 2030, seperti yang dicanangkan SKK Migas. untuk itu dibutuhkan komitmen dan dedikasi dari seluruh elemen pekerja khususnya subholding upstream untuk dapat mewujudkan cita-cita.

Dengan proses alih kelola yang lancar, tentu berdampak terhadap proses estafet pengelolaan Blok Rokan berjalan dengan baik. Dengan demikian, PHR seharusnya dapat menjalankan kegiatan produksi dengan baik mengingat hampir tidak ada perubahan infrastruktur selain manajemen. Karyawan dan fasilitas produksi pun masih relatif sama dengan sebelumnya.

Yang ketiga, aspek transfer teknologi. Bahwa saat ini penyesuaian sistem IT juga terus dilakukan terutama aplikasi-aplikasi yang berkaitan langsung dengan operasi produksi maupun penunjangnya. Juga termasuk pelatihan penggunaan sistem dari PT CPI ke Pertamina Hulu Rokan yang nantinya akan digunakan secara terintegrasi. 

Yang keempat, faktor kompetensi SDM. "Kita tahu CPI adalah perusahaan minyak berstandar internasional. Tetapi penggunaan SDM yang memahami pengelolaan blok minyak sangat diperlukan. Ada ribuan pekerja PT CPI masuk menjadi pekerja baru di PT Pertamina Hulu Rokan. Penyerapan tenaga kerja ini dilakukan jelang alih kelola Blok Rokan dari CPI ke Pertamina pada 9 Agustus 2021 kemarin," sebutnya.

'Jadi konflik internal'

Alih kelola Blok Rokan dari PT CPI kepada PT Pertamina Hulu Rokan (PHR) sebelumnya sudah dilakukan persiapan. Salah satu aspek yang menjadi prioritas adalah proses transfer pekerja.

Pertamina Hulu Rokan telah mengirimkan surat pernyataan menerima penawaran (acceptance letter) dan perjanjian kerja (employment agreement) kepada semua pekerja CPI.

Hasilnya, dari sekitar 2.700 pekerja, sebanyak 98,5 persen telah mengembalikan dan menandatangani Surat Perjanjian Kerja dan hanya 1,5 persen pekerja yang tidak mengembalikan dengan alasan diantaranya sudah menjelang usia pensiun dan ingin pensiun dini, melanjutkan studi ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi, dan alasan lainnya.

Menyikapi ini sebelumnya Asosiasi Migas Riau [AMR] mendesak Pemprov Riau agar bisa menerima tenaga-tenaga ahli yang terdiri putera-putri Riau untuk bisa bekerja di Blok Rokan seiring diambil alihnya kontrak CPI oleh PT Pertamina Persero.

"Anggota AMR terdiri dari orang-orang yang memiliki ilmu perminyakan, jadi perlu disalurkan untuk menyumbang tenaga di perusahaan minyak dan gas blok rokan," kata Yufi Hendra, Ketua AMR melalui Fitrandy, Humas External AMR, Minggu (6/6) kemarin.

Menurutnya, Putra putri yang ada ahli dibidang migas dan partisi migas jumlahnya 50 - 100 orang baik tamatan dari Universitas Islam Riau [UIR], Institut Teknologi Bandung [ITB] juga tamatan dari Universitas dalam dan luar negeri, kata Fitrandy.

Riau kekurangan SDM pengeboran migas, putra putri asal Riau yang ahli dan partisi migas bergabung di AMR sudah lima tahun terakhir, siap mengabdi untuk daerah.

Dia menilai Riau kekurangan tenaga ahli di bidang pengeboran minyak dan gas bumi. Randi melihat setiap tahun Riau membutuhkan tenaga ahli pemboran untuk mendukung industri hulu migas nasional. “Lantaran hanya bergaji maksimal Rp 25 juta setiap bulan, banyak SDM mumpuni bidang pemboran harus lari ke luar negeri.” 

AMR memiliki anggota yang berpendidikan yang tamatan jurusan teknis perminyakan dengan kualitas bagus. Menurut Randi, saat ini hanya UIR dan ITB yang mampu mencetak lulusan teknik perminyakan dengan standar tinggi, sebutnya.

Ia berharap Pemerintah Provinsi [Pemprov] Riau kiranya bisa mengutamakan dan mengkondisikan putera-putri Riau ini untuk konsentrasi pada penempatan kerja di blok rokan perminyakan tanpa mengorbankan kualitasnya. 

Melihat tak satupun tenaga-tenaga ahli perminyakan yang tergabung dalam AMR ini untuk ditampung bekerja di Blok Rokan, Darmawi Werdana yang juga sebagai Ketua Umum [Ketum] AMR itu turut menyesalkan.

Darmawi berkata, transfer pekerja dari CPI ke Pertamina Blok Rokan itu diperkirakan bakal bisa menimbulkan konflik internal dibelakang hari. Dia berharap masalah itu tidak menjadi bumerang produksi atau lifting minyak nasional kedepan.

"Transisi di bidang sumber daya manusia memang sangat penting dan paling kritikal dalam menunjang alih kelola Blok Rokan kedepan. Namun ada baiknya Pemprov Riau melalui Blok Rokan ini bisa menempatkan putera-putri Riau yang juga memiliki ilmu [tenaga ahli] dibidang perminyakan guna menjadikan migas yang andal dan lancar," ungkapnya.

Menurutnya, Pertamina Hulu Rokan sebelumnya telah membuka saluran komunikasi bagi semua pekerja CPI. Saluran itu terdiri dari Townhall Meeting yang telah diadakan secara daring pada 3 Juni 2021 (dihadiri oleh lebih dari 2.000 peserta) dan 7 Juni 2021 (dihadiri oleh lebih dari 2 300 peserta).

Kemudian Manager Forum pada 9 Juni 2021 yang diikuti oleh level manajemen di CPI, serta HC (Human Capital) Corner yaitu program live event secara daring yang diadakan setiap hari mulai 10 Juni 2021 sampai dengan 18 Juni 2021.

Namun dalam masalah ini tak satupun para tenaga ahli yang tergabung di AMR mendapat kesempatan untuk diterima bekerja di Blok Rokan yang dikelola oleh Pertamina itu.

Lalu bagaimana nasib putra-putri di Riau seiring peralihan usaha migas di Blok Rokan ini? Sepertinya Pemprov Riau perlu mengkaji ulang, pesan Darmawi. (*)

Tags : blok rokan pertamina, pertamina hulu rokan, chevron pacific indonesia, sorotan, skk migas, esdm arifin tasrif, minyak migas riau,