Seni Budaya   2023/09/21 16:45 WIB

'Ratusan Benda Bersejarah Rusak' Akibat Kebakaran Museum Nasional, 'Sebagian Masih Utuh dan Dapat Diidentifikasi'

'Ratusan Benda Bersejarah Rusak' Akibat Kebakaran Museum Nasional, 'Sebagian Masih Utuh dan Dapat Diidentifikasi'
Untuk memulihkan benda-benda bersejarah yang rusak, pengelola museum akan bekerja sama dan melibatkan ahli konservator, arkeolog, antropolog, budaya, sejarah, kurator, dan akademisi.

SENI BUDAYA - Ratusan koleksi benda bersejarah yang terdampak akibat kebakaran di Museum Nasional, Jakarta, sedang diidentifikasi, dianalisa tingkat kerusakannya serta dikonservasi pada tahap awal, kata pengelola museum.

Upaya itu sudah dilakukan sejak Senin 18 September 2023 setelah sebagian gedung museum itu dilalap api pada Sabtu 16 September 2023 malam.

Disebutkan ada "ratusan koleksi benda bersejarah" sudah dievakuasi ke tempat penyimpanan sementara.

Pihak pengelola museum mengatakan pihaknya sedang meneliti "tingkat kerusakan" dari benda-benda bersejarah itu. 

“Kami saat ini dalam proses melakukan identifikasi, analisis tingkat kerusakan, pembersihan dan penanganan konservasi tahap awal," kata Pelaksana Tugas (Plt.) Kepala Museum dan Cagar Budaya (MCB), Ahmad Mahendra, di Jakarta, Rabu (20/09). 

Dari benda bersejarah yang terdampak, menurutnya, koleksi yang sudah berhasil dievakuasi dan diteliti merupakan koleksi dari 'Galeri Perunggu'.

"Beberapa koleksi yang ditemukan masih cukup utuh dan langsung dapat diidentifikasi,” ungkap Ahmad Mahendra.

Untuk memulihkan benda-benda bersejarah yang rusak, pengelola museum akan bekerja sama dan melibatkan para ahli.

Disebutkan mereka adalah ahli konservator, arkeolog, antropolog, budaya, sejarah, kurator, dan akademisi.

Mereka akan dilibatkan untuk menyusun perencanaan pemulihan MNI ke depan. 

Mahendra berujar, kerja sama ini juga ditujukan untuk peningkatan sistem keamanan dan pengamanan koleksi benda bersejarah yang berada di seluruh museum dan cagar budaya di Indonesia.

Dia mengungkapkan pihaknya telah membuka komunikasi dengan berbagai pihak untuk menjalankan upaya pemulihan.

"Termasuk dengan mitra dari luar negeri," kata Mahendra.

Dia menjelaskan, pihaknya sudah berkomunikasi secara khusus dengan pemerintah Prancis.

Alasannya, para ahli dari negara itu disebutnya "sudah berpengalaman" dalam melakukan pemulihan pasca-kebakaran NotreDame di Paris pada 2019.

Mereka juga mengontak pemerintah Belanda.

"Kami juga sudah berdiskusi dengan pemerintah Belanda mengenai berbagai aspek pemulihan, khususnya terkait pembangunan gedung cagar budaya dan manajemen koleksi,” jelas Mahendra. 

Kebakaran yang menghanguskan enam ruang pamer koleksi prasejarah di Museum Nasional, Jakarta, memicu pertanyaan tentang sistem katalog museum dan gambaran betapa rentannya museum di Indonesia.

Kepolisian telah memeriksa 16 saksi terkait kebakaran sebagian gedung Museum Nasional di Jakarta Pusat yang terjadi Sabtu (16/09) malam.

Hingga kini pengelola Museum Nasional belum merilis data koleksi yang rusak, namun menjanjikan menangani insiden kebakaran ini dengan transparan.

Sementara warganet terus mendesak agar kasus ini diumumkan berkala ke publik.

Adapun sejarawan mempertanyakan sistem katalogisasi Museum Nasional, yang semestinya bisa menjadi panduan mendeteksi artefak yang rusak dengan mudah.

Kebakaran ini juga menjadi gambaran betapa rentannya museum di Indonesia.

"Museum paling keren saja kebakaran, bagaimana [museum lainnya di] seluruh Indonesia yang memprihatinkan,” ujar praktisi museum, Asep pada media, Senin (18/09).

Di belakang Gedung Museum Nasional di Jalan Tanah Abang Timur, Jakarta Pusat, masih tercium samar bau hangus bangunan.

Di pagar museum, tertera tanda berwarna kuning bertuliskan: "Museum Nasional TUTUP".

Museum yang menyimpan ratusan ribu koleksi benda bersejarah itu kini tutup sementara.

Tak jauh dari situ, enam petugas pemadam kebakaran duduk santai di bawah pohon. 

Mereka disiapsiagakan pasca kebakaran besar yang melahap sebagian belakang gedung yang memuat artefak, Sabtu malam kemarin (16/09).

“Masih siaga, belum ada perintah [penarikan],” kata seorang petugas pemadam kebakaran yang berjaga-jaga, saat ditemui BBC News Indonesia, Senin (18/09).

Sementara itu, hampir seluruh bangunan museum dibalut garis polisi.

Masyarakat umum hanya bisa melihat sebagian atap gedung yang terbakar, karena terhalang pagar baja ringan yang dipasang dadakan.

Di depan gedung, dari Jalan Medan Merdeka Barat, sejumlah petugas kepolisian nampak berjaga.

Seorang di antaranya berkata: “sejauh ini masih penyelidikan.”

Kepolisian mengatakan telah memeriksa total 16 saksi atas kebakaran Museum Nasional di Jakarta Pusat.

Kapolres Metro Jakarta Pusat, Kombes Komarudin mengatakan tidak menutup kemungkinan saksi yang diperiksa bertambah.

"Sudah diberkas, security, kemudian karyawan, ada pekerja, yang saat itu ada di lokasi pada saat kebakaran," kata Komarudin kepada media di lokasi, Senin (18/09).

Tim laboratorium forensik kepolisian telah menyelesaikan pemeriksaan lima dari enam ruangan yang terbakar di Gedung Museum Nasional. Pemeriksaan ini guna mencari penyebab kebakaran.

Sementara itu, Pelaksana Tugas (Plt) Kepala Badan Layanan Umum Museum dan Cagar Budaya (BLU MCB), Ahmad Mahendra, mengatakan tim gabungan identifikasi yang melibatkan kurator dan konservator sudah bekerja memilah puing dan artefak.

"Lima ruang sudah bisa, tapi terhalang oleh puing-puing tadi, maka didatangkan hari ini PPSU (Penanganan Prasarana dan Sarana Umum)... didampingi tim kita," katanya.

Barang-barang koleksi bersejarah yang terdapat di ruang ini disebut berbahan "kayu, perunggu dan keramik".

Tapi Mahendra belum bisa memastikan jumlah dan klasifikasinya, "biar tidak salah".

"Biar tim masuk dulu, karena dia yang tahu letak. Ini koleksi ini, ada di sini. Itu sedang memastikan itu," katanya.

Mahendra berjanji melakukan semua pemeriksaan dan pemulihan secara transparan.

"Akan kita laporkan secara terbuka," katanya.

Ia juga berpendapat, penanganan kebakaran Museum Nasional ini berkat "ada alarm kebakaran".

"Jadi berfungsi. Namanya museum nasional sudah tersistem," ujar Ahmad.

"Kalau itu tidak ada alarm, ya mungkin akan jauh dan Damkar tidak melokalisir api. Mungkin bisa sampai gedung utama," kata Ahmad kemudian.

Kebakaran yang terjadi di museum nasional –yang juga dikenal sebagai Museum Gajah – menuai kontroversi dan memicu perdebatn di dunia maya.

Dalam X – dulunya Twitter – pemilik akun @wahyoy_isme mendorong agar pihak pengelola segera merilis daftar benda bersejarah yang terdampak.

Ia juga menyinggung kebuntuan kasus pencurian empat artefak emas berusia 1000 tahun di Museum Nasional pada 2013 silam.

Desakan serupa disampaikan akun @Srisumaryani dan @RamdhanBias yang mengatakan agar kasus ini “jangan ditutup-tutupi”.

Praktisi Museum, Asep Kambali mempertanyakan sistem katalog dari tiap ruangan pameran yang terdampak kebakaran.

Kata dia, melalui katalog tersebut, pihak penyelidik semestinya sudah bisa segera mengidentifikasi benda-benda bersejarah yang terbakar atau rusak.

“Dari list apa saja koleksi yang ada di dalam. Yang hilang apa saja, yang masih ada apa saja, kan gampang," kata Asep kepada BBC News Indonesia.

"Dan, hilang ini karena kebakar atau hilang karena dihilangkan sebelumnya,” ujarnya kemudian.

Mantan anggota Tim Penilai Standarisasi Museum, Dit PCBM, Kemdikbudristek itu menilai penyelidikan ini harus dilakukan secara transparan dan diumumkan berkala, agar bisa menjawab spekulasi tersebut.

Ia juga menilai kebakaran ini ditimbulkan karena “kelalaian”, bukan bencana alam.

“Kalau bisa segera ditetapkan pelakunya siapa... Kebakaran ini bukan musibah yang harus diratapi, tapi ini kelalaian. Kebakaran itu bisa dicegah,” katanya.
Gambaran rentan museum di Indonesia

Menurut Asep, Museum Nasional menjadi salah satu museum yang sudah bertaraf internasional.

Berdasarkan pengalamannya, museum ini tidak menjadi target penilaian standarisasi.

Namun, peristiwa kebakaran yang terjadi akhir pekan lalu, menjadi gambaran betapa rentannya museum secara umum di Indonesia terhadap risiko bencana dan pencurian.

“Museum paling keren saja kebakaran, bagaimana seluruh Indonesia yang memprihatinkan,” kata Sejarawan ini. 

Dalam penilaian museum yang tersebar di Indonesia, Asep bahkan menemukan banyak gedung tidak dilengkapi alat pemadam api ringan (APAR).

“Ada anggaran museum di daerah timur indonesia, itu anggaran per tahun Rp19 juta. Bagaimana nggak museum itu hilang, hangus.

Kalau museum itu terbakar, atau [koleksinya] dicuri orang, itu akan hilang satu cerita, satu suku dari wilayah itu. Ini sangat memprihatinkan,” katanya.

Asep menyimpulkan hampir seluruh museum di Indonesia di bawah standar dari segi “keamanan, keselamatan dan pengamanan”.

Kata Asep, ini karena kepedulian dan perhatian masyarakat belum optimal ditambah tidak ada keinginan politik dari pemimpin daerah dan negara untuk mengurus museum.

“Ini perjuangan yang sangat berat,” katanya.

“Jangan sampai museum baru mendapat perhatian masyarakat, kalau ada kebakaran atau pencurian,” tambahnya.

Sejauh ini, Asep mengaku telah dilibatkan oleh DPR sebagai ahli dalam merancang draf RUU Museum.

Menurutnya, lewat regulasi ini museum akan punya kepastian, setidaknya dari sisi pengelolaan dan pendanaan.

“Jadi, kalau nanti diundangkan RUU ini, kita bisa bentuk Dewan Museum Indonesia yang secara anggaran di-support APBN," jelas Asep.

"Dari dewan menerbitkan aturan: sertifikasi SDM, sertifikasi keamanan dan keselamatan dan lain-lain,” lanjutnya.

Perkumpulan Ahli Arkeologi Indonesia (IAAI) menyebut kebakaran Museum Nasional sebagai “kerugian teramat besar bagi kekayaan sejarah, budaya, juga ilmu pengetahuan.”

Kelompok ini juga mendesak perjuangan regulasi yang bisa menjadi payung hukum bagi perawatan sekaligus informasi sejarah dalam museum.

“Saatnya pemerintah dan DPR-RI memperjuangkan Undang-Undang Permuseuman dan Badan Permuseuman Indonesia agar pengelolaan dan perlindungan museum dapat dilaksanakan secara komprehensif,” kata Ketua IAAI Jabodetabek, Dyah Chitraria Liestyati dalam keterangan tertulis.

Museum Nasional yang jaraknya tak sampai satu kilometer dari Istana Negara dibangun Belanda pada 1862.

Museum ini merupakan tempat koleksi hasil penelitian seni dan ilmu pengetahuan dari organisasi Bataviaasch Genootschap van Kunsten en Wetenschappen (BG).

Museum ini dikenal masyarakat sebagai "Gedung Gajah" atau "Museum Gajah" karena di halaman depannya terdapat patung gajah perunggu, hadiah dari Raja Raja Chulalongkorn (Rama V) dari Thailand yang pernah berkunjung ke museum pada tahun 1871.

Perkumpulan ini sempat berubah nama menjadi Lembaga Kebudayaan Indonesia pada 1950, dan menjadi Museum Pusat pada 1962-dipegang pemerintah.

Pada 1979, Museum Pusat ditingkatkan statusnya menjadi Museum Nasional.

Museum nasional isinya apa saja? Sejauh ini terdapat 190 ribu benda bernilai sejarah yang terdiri dari tujuh koleksi prasejarah, masa klasik atau Hindu-Budha; Numismatik dan Heraldik; Keramik; Etnografi, geografi dan Sejarah.

Sebagai tempat yang menyimpan koleksi bernilai tinggi, museum tak luput dari kasus-kasus pencurian:

    1961

Belasan butir berlian

    1979

Sejumlah uang logam bersejarah.

    1987

Koleksi keramik dari dinasti Sung, Yuan dan Ming, juga keris bertatah emas dari zaman Majapahit, dan satu keris Bali.

    1992

Keramik bersejarah bernilai Rp1,5 miliar.

    1996

Lukisan karya Raden Saleh, Affandi, dan Basoeki Abdullah. Terakhir diketahui dilelang di Balai Lelang Christy Singapura.

    2013

Empat artefak kuno berbahan emas. Kasus belum terungkap hingga kini. (*)

Tags : Arkeologi, Arsitektur, Masyarakat, Sejarah, Indonesia, Seni budaya, Sains,