Kepri   2023/03/08 16:31 WIB

Tim SAR Gabungan Terus Upayakan Lakukan Pencarian dan Penyelamatan Korban Bencana Longsor di Natuna

 Tim SAR Gabungan Terus Upayakan Lakukan Pencarian dan Penyelamatan Korban Bencana Longsor di Natuna
Dilaporkan bangunan yang tertimbun longsor ada 27 bangunan, terdiri 26 rumah dan satu surau


KEPULAUAN RIAU, RIAUPAGI.COM - Tim search and rescue (SAR) gabungan terus mengupayakan melakukan pencarian dan penyelamatan korban bencana longsor di Natuna.

Longsor di Natuna menyisakan 11 orang meninggal dan puluhan lain masih dicari, faktor cuaca menjadi kendala upaya pertolongan. 

Lebih dari 100 personel Tim SAR Gabungan akan meneruskan upaya pencarian dan penyelamatan korban bencana longsor di Pulau Serasan, Kabupaten Natuna, Kepulauan Riau, Rabu (8/3/2023).

Sampai Selasa 7 Maret 2023, korban meninggal dunia mencapai 11 orang. Adapun korban yang belum ditemukan sebanyak 47 orang.

Hal ini dikemukakan Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Letjen TNI Suharyanto, sekaligus mengoreksi keterangan sebelumnya yang menyebutkan bahwa terdapat 15 orang meninggal dunia.

“Waktu di Jakarta kemarin masih simpang siur. Jadi bukan 15 orang, tapi 11 orang yang meninggal dunia dan 47 orang yang masih hilang,” ujar Suharyanto saat tiba di Natuna pada Selasa (07/03) sore, sebagaimana dikutip kantor berita Antara. 

Dia menegaskan, pencarian korban yang masih hilang menjadi prioritas pihaknya. Personel Tim SAR Gabungan sejauh ini lebih dari 100 orang yang mencakup anggota TNI/Polri dan Basarnas. 

Kepala Biro Penerangan Masyarakat (Karopenmas) Divisi Humas Polri, Brigjen Pol. Ahmad Ramadhan, mengatakan Polri segera menerjunkan 145 anggota tambahan untuk pencarian dan evakuasi korban tanah longsor di Pulau Serasan.

Polri juga masih melakukan konsolidasi dengan Polda Kepulauan Riau dan Polres Natuna untuk menggunakan unit K9 atau anjing pelacak guna membantu proses pencarian korban. 

Kepala BNPB, Letjen TNI Suharyanto, menyebutkan bahwa faktor cuaca masih menjadi kendala dalam pencarian korban di lokasi bencana.

“Faktor cuaca, sehingga tim belum maksimal bekerja di lapangan. Laporan dari tim juga di sana kondisinya masih mengkhawatirkan, karena tanahnya masih bergerak,” ucapnya.

Hal ini diamini Kepala Bidang Kedaruratan Badan Penanggulangan Bencana Daerah Provinsi Kepulauan Riau, Junainah.

"Cuaca berubah-ubah. Angin masih kencang. Ombak sedang tinggi. Lokasi berada di beda pulau dari pusat pemerintahan Kabupaten Natuna," ujar Junainah sebagaimana dikutip situs Badan Nasional Penanggulangan Bencana.

Sementara itu, warga yang mengungsi tercatat 1.216 orang. Mereka tersebar di berbagai lokasi yang dianggap aman.

Dilaporkan bangunan yang tertimbun longsor ada 27 bangunan, terdiri 26 rumah dan satu surau, seperti dilaporkan kantor berita Antara, Selasa (07/03).

Pada Selasa (07/03), Pemerintah Kabupaten Nunukan, Provinsi Kepulauan Riau, telah menetapkan status tanggap darurat terkait tanah longsor di dua desa di Pulau Serasan.

Status darurat itu berlaku selama tujuh hari, mulai 6 Maret hingga 12 Maret 2023.

Dilansir kantor berita Antara, warga Desa Pangkalan bernama Johan Wahyudi mengatakan longsor terjadi karena hujan turun tanpa henti.

"Akibat hujan turun tanpa henti, terjadi musibah longsor besar-besaran yang terjadi di Desa Pangkalan (Kampung Genting) menutupi rumah dan jalan," kata Johan melalui pesan singkat kepada kantor berita Antara, Senin (06/03).

"Untuk korban sudah pasti ada, namun belum tahu berapa jumlahnya. Berpotensi puluhan orang. Sinyal mati total, listrik mati total, ini saya dapat sinyal dari Pulau Panjang," imbuh Johan.

Pulau Serasan terdapat dua kecamatan, yaitu Kecamatan Serasan dan Serasan Timur, yang berbatasan langsung dengan perairan Malaysia bagian timur.
Longsor di Natuna karena hujan ekstrem, wilayah lain diimbau waspada

BNPB mengatakan longsor di Pulau Serasan, Natuna, disebabkan “intensitas hujan ekstrem” selama sepekan.

Plt Kepala Pusat Data, Informasi, dan Komunikasi Kebencanaan BNPB, Abdul Muhari, mengatakan sejak akhir Februari intensitas hujan di wilayah tersebut mencapai 1.000 milimeter.

”Kalau [diukur dari] intensitas hujan normal, mungkin itu [intensitas hujan] empat bulan. Jadi memang ada intensitas hujan ekstrem terjadi seminggu, enggak putus-putus,” kata Abdul Muhari kepada BBC News Indonesia, Selasa (07/03).

Pada kondisi tertentu, lanjut dia, hujan itu menyebabkan saturasi tanah melemah sehingga menyebabkan “tanah itu bergeser akhirnya“.

Dari analisa sederhana yang dilakukan BNPB, tidak ada indikasi penggundulan dan alih fungsi lahan di daerah tersebut. Daerah terdampak berada di bibir tebing yang “tidak terlalu curam“.

“[Longsoran] Tebing ini longsor memutus jalan dan saat ini menutup sekitar 30 rumah yang berada di kiri kanan jalan dengan ketebalan lumpur satu sampai dua meter,“ ujar Abdul Muhari.

Selain longsor, beberapa wilayah di Natuna juga dilanda banjir dengan “genangan yang cukup signifikan“.

Ada beberpa kondisi-kondisi regional yang menyebabkan Pantura Jawa, sebagian besar kalimantan, dan khususnya riau kepualan itu intensitas hujan cukup tinggi.

Pada 1 Maret, Desa Arung Ayam di Kecamatan Serasan Timur dan Desa Air Ringau di Kecamatan Serasan dilanda banjir karena intensitas curah hujan yang cukup tinggi.

Kondisi cuaca ekstrem di Kabupaten Natuna, disebabkan oleh vortex dari regional Semenanjung Malaka di Malaysia ke Singapura, yang menyebabkan konvergensi awan hujan sejak 27 Februari, kata Abdul Muhari.

Ketika hujan berdurasi lama, “waspada”

BMKG memperkirakan untuk awal Maret, wilayah Sumatera bagian tengah ke utara, Kalimantan, dan Sulawesi akan mengalami peningkatan curah hujan.

Untuk beberapa hari ke depan, Abdul Muhari mengatakan masih ada beberapa kondisi-kondisi regional yang menyebabkan daerah pantai utara Jawa, sebagian besar Kalimantan, “dan khususnya Kepulauan Riau“ mengalami intensitas hujan yang cukup tinggi.

BMKG menambahkan ada beberapa wilayah yang berpotensi hujan lebat antara 7-13 Maret, yaitu sebagian besar Aceh, Sumatera Utara, Sumatera Barat, Bengkulu, Jambi, Kepulauan Riau, Riau, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, Kalimantan Selatan, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tengah, dan Papua.

Potensi hujan cenderung terdapat pada siang hingga malam hari.

Abdul Muhari mengimbau masyarakat waspada dan memperhatikan perubahan cuaca di daerahnya masing-masing, apalagi ketika hujan terjadi dalam durasi lama, dua hari, dan tidak ada penurunan.

Hujan berdurasi lama dipastikan akan mempengaruhi stabilitas lereng dan debit air di sungai.

“Meskipun hujan intensitas sedang atau mungkin bahkan rendah, tapi cukup lama, 12 jam, 18 jam, satu hari satu malam belum berhenti, mungkin kita harus waspada,” imbau Abdul Muhari.

Anomali cuaca

Dalam periode 27 Februari hingga 5 Maret, BNPB menerima laporan 60 bencana di Indonesia, 30 laporan terkait banjir, 22 laporan terkait cuaca ekstrem, dan delapan laporan terkait tanah longsor.

Abdul Muhari menyebut “ada peningkatan kejadian bencana” dari sebelumnya di penghujung musim hujan.

“Pada fase transisi ini ada kondisi-kondisi anomali cuaca dalam skala yang tidak terlalu besar sebenarnya, tetapi cukup mempengaruhi kondisi regional seperti yang terjadi di Natuna,” ujar dia. (*)

Tags : search and rescue, tim sar lakukan pencarian dan penyelamatan, korban bencana longsor di natuna, bencana alam,