Agama   2020/11/10 23:31 WIB

Umrah Saat Pandemi, 'Karantina di Hotel Berhari-hari'

Umrah Saat Pandemi, 'Karantina di Hotel Berhari-hari'
Pengawasan protokol kesehatan di Masjidil-Haram disebut sangat ketat.

AGAMA - Setelah hampir sembilan bulan tertunda akibat pandemi Covid-19, jemaah asal luar negeri, termasuk Indonesia, diizinkan melaksanakan ibadah umrah di Arab Saudi pada awal November.

Sebagian besar dari mereka yang berangkat pada gelombang pertama adalah pengelola usaha perjalanan ibadah umrah dan haji. Selain beribadah, mereka juga mempelajari prosedur umrah dalam kondisi kenormalan baru akibat pandemi virus corona. Berikut cerita beberapa jemaah asal Indonesia selama proses umrah pada masa pandemi Covid-19. 

'Hanya tiga jam'

Rizqi Amali menceritakan ia dan sekitar 200 jemaah umrah dari Indonesia lainnya baru bisa mengunjungi Masjidil Haram setelah menjalani karantina wajib selama tiga hari di sebuah hotel di Mekkah. Meski sudah menunjukkan hasil tes PCR negatif virus corona sebagai syarat keberangkatan umrah, jemaah tetap diminta melaksanakan karantina setibanya di Arab Saudi.

Rizqi Amali, pemilik travel haji dan umrah Qonita Wisata Indramayu, Jawa Barat, itu mengabadikan pengalamannya di Masjidil-Haram, dalam sebuah video blog (vlog). "Alhamdulillah luar biasa. Tawaf di masa pandemi ini sangat luar biasa penuh dengan khidmat karena memang untuk masuk butuh proses panjang, kuota sangat terbatas, kita bisa melakukan tawaf tanpa harus berjubel. "Ada garis untuk kita mengikuti garis itu dengan protokol kesehatan, harus jaga jarak dan masker," ujarnya.

Sebelum pandemi covid-19, peserta umrah bebas untuk berdoa kapan saja di Masjidil Haram. Namun, pada kondisi kenormalan baru, kunjungan peserta umrah dibatasi selama tiga jam saja. "Setelah tiga jam, selesai rangkaian umrah, kami diminta untuk masuk lagi ke kamar untuk dikarantina. Kami sekarang di kamar, belum boleh keluar. Jadi ini perbedaannya," ujar Rizqi kepada BBC News Indonesia pada Jumat (06/11). Hingga Senin (09/11), Rizqi mengatakan ia dan jemaah lainnya masih dikarantina.

'Menangis dan terharu'

Pada masa pandemi ini, jemaah juga tak diizinkan berjalan-jalan di sekitar kota Mekkah untuk mencegah penularan virus corona. Meski diharuskan menghabiskan lebih banyak waktu di kamar hotel, peserta umrah lainnya, Retno Anugerah Andriyani, mengatakan umrah di masa pandemi ini sangat berkesan. "Walau kami nggak boleh ke mana-mana, tapi alhamdulillah kami dapat hotel yang dekat dengan Masjidil-Haram. Rasanya kalau bisa terbang ke sana, langsung terbang ke sana. Kepengen mendekat terus.

Tapi kita harus ikuti pemerintah Saudi. "Pas umrah rasanya nggak bisa ngapa-ngapain… nangis dan terharu karena sudah menyimpan rindu [untuk umrah] sekian lama," ujar Retno, yang juga Direktur Utama Biro Haji dan Umrah PT Hajar Aswad. Retno menambahkan ia merasakan kekhusyukan yang berbeda saat beribadah. "Justru sangat khusyuk karena tidak banyak jemaah saat tawaf dan sai. Tidak berdesak-desakan. Kami bisa lebih santai, berdoa tidak tersenggol siapapun, tidak bising dengan orang di sebelah yang teriak-teriak berdoa," kata Retno. 

Retno juga memperhatikan pengawasan protokol kesehatan di Masjidil-Haram sangat ketat. "Benar-benar dijaga sama mereka. Mungkin namanya kesenengan, ada jamaah yang lupa lalu buka masker. Pihak tentara yang menjaga masjid langsung minta mereka untuk pasang lagi maskernya," kata Retno.

'Belum yakin akan menarik'

Meski pintu umrah bagi WNI kini sudah terbuka, Presiden Direktur Patuna Travel, Syam Resfiadi, yang tidak ikut dalam rombongan umrah perdana itu, belum yakin bisnisnya akan menggeliat dalam waktu dekat. Pasalnya batasan-batasan ketat saat umrah diyakininya akan membuat rangkaian umrah ke Arab Saudi itu kurang menarik. "Nah ini yang merepotkan. Jemaah tidak bisa melakukan kegiatan apa pun. Kalau masih terjadi karantina walau batasan umur diperbolehkan, kuota ditambah, kami anggap itu tidak akan menarik untuk Jemaah. Sekarang ini yang berangkat kebanyakan mayoritas pimpinan travel. Dengan keadaan seperti itu rasanya belum bisa kami terapkan untuk jemaah. Kita tunggu aturannya dibuka lebih ringan lagi," kata Syam. 

Faktor lainnya yang membuat umrah di masa pandemi belum diminati adalah harga yang lebih mahal, ujar Syam. Hal itu salah satunya disebabkan karena adanya aturan kewajiban karantina. Syam menambahkan, sejak akses umrah WNI ditutup akhir Februari lalu, bisnisnya mencoba bertahan hidup dengan uang tabungan. Sejumlah karyawan pun sudah dirumahkan karena tak ada pemasukan. Menanggapi aturan yang ketat saat umrah di Saudi, termasuk rentang umur 18 - 50 tahun yang diizinkan untuk umrah, Plt Dirjen Penyelenggaraan Haji dan Umrah, Oman Fathurahman mengatakan itu adalah bentuk kehati-hatian dari pemerintah Arab Saudi. "Tidak ada pilihan kecuali mematuhi semua protokol yang diterapkan otoritas Saudi. Pasti di sana ada SOP, mengapa di karantina lagi, di swab lagi. Kami tidak bisa ikut campur," ujarnya.

Ia menyarankan mereka yang ingin umrah untuk mempelajari aturan-aturan itu agar tidak kecewa ketika sampai di Arab Saudi. Sementara itu, Rizqi Amali, salah satu peserta umrah perdana dari Indonesia, mengatakan ia dan pengelola travel umrah lain akan menginformasikan pengalaman mereka kepada Kementerian Agama agar aturan umrah saat pandemi diperjelas di kemudian hari.

Pengalaman calon jemaah umrah

"Kami dari pihak pengelola travel melihat perlu banyak pertimbangan matang. Kami akan menyampaikan sedetail-detailnya pada para jemaah, ke masyarakat, melalui travel maupun asosiasi travel. Apa dengan situasi ini, dengan terbatasnya kita mengunjungi Masjidil-Haram, mereka tetap mau berangkat atau mau menahan," ujarnya menambahkan pandemi memaksa pihak berwenang di Saudi untuk membatasi ibadah haji tahun ini dan biasanya ibadah ini diikuti oleh sekitar dua juta umat Muslim dari seluruh dunia. (*)

Editor: Surya Dharma Panjaitan

 

Tags : Pengalaman Jamaah Umrah, Umrah Saat Pandemi, Karantina di Hotel Berhari-hari,