Headline Sorotan   2021/01/02 12:12 WIB

Vaksin Virus Corona Segera Ditebar, Bisa Jadi 'Akhiri Wabah'

Vaksin  Virus Corona Segera Ditebar, Bisa Jadi 'Akhiri Wabah'

"Para peneliti di Indonesia mengembangkan vaksin Covid-19 dan diperkirakan vaksin bisa diberikan kepada masyarakat luas paling cepat tahun 2021"

emerintah Indonesia menargetkan penyediaan vaksin Covid-19 selesai pada pekan-pekan awal Januari, setelah mengamankan 100 juta dosis vaksin dari Astrazeneca dan Novavax. Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin mengatakan pihaknya "akan terus bekerja selama tahun baru" untuk memenuhi target tersebut.

"Saya merasa bahwa tahap pertama mengenai penyediaan dan persetujuan vaksin, Insya Allah bisa kita selesaikan dalam waktu seminggu atau dua minggu lagi sehingga kami di kementerian kesehatan bisa masuk ke tahap kedua," kata Budi setelah menyaksikan penandatanganan kontrak antara PT Bio Farma dengan Astrazeneca dan Novavax di Bandung, Rabu (30/12) kemarin.

Tahap kedua yang dimaksud Menkes ialah merencanakan distribusi vaksin ke seluruh pelosok Indonesia dalam waktu yang singkat. Pada hari yang sama, Badan Pengawas Obat dan Makanan menyerahkan sertifikat Cara Pembuatan Obat yang Baik (CPOB) kepada PT Bio Farma. Ini berarti perusahaan di Bandung itu dapat memanufaktur vaksin sendiri dari bulk atau konsentrat vaksin Covid-19 yang didatangkan dari Sinovac. Jumlah dosisnya 122 juta.

Sebelumnya, Menkes Budi menyatakan Indonesia telah mengamankan sekitar 660 juta dosis vaksin Covid-19 melalui kerja sama bilateral dan multilateral. Dari jumlah tersebut, 1,2 juta vaksin Sinovac telah tiba di Indonesia pada awal Desember dan 1,8 juta lagi akan tiba pada hari Kamis, kata Menteri Luar Negeri Retno Marsudi. Menurut Kemenkes, Indonesia telah mengamankan jatah vaksin dari empat perusahaan yakni Sinovac (China), Novavax (Kanada), AstraZeneca (Inggris), dan Pfizer/BioNTech (Amerika Serikat), dan dari skema global yang disebut COVAX, dipimpin salah satunya oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).

Dari keempat perusahaan tersebut, baru Pfizer/BioNTech dan AstraZeneca yang lolos uji klinis dan sudah mendapat lampu hijau dari regulator di negaranya - masing-masing melaporkan efektivitas 95% dan 90%. Sedangkan Sinovac dan Novavax masih menjalani uji klinis tahap 3. Juru bicara vaksinasi Covid-19 dari Kemenkes, Siti Nadia Tarmidzi, mengatakan perbedaaan jenis vaksin tidak akan berpengaruh pada pembentukan kekebalan kelompok (herd immunity) yang merupakan tujuan vaksinasi.

Kemenkes menganggap, kata Siti, semua vaksin yang direkomendasikan WHO sama manjurnya. Bagi organisasi bentukan PBB itu, vaksin dengan efektivitas 50% - artinya, setengah dari jumlah orang yang divaksin kebal dari Covid-19 - sudah bisa dianggap baik. Hal yang lebih penting, Siti menambahkan, adalah mencapai sasaran vaksinasi yakni 181,5 juta jiwa atau 70% populasi Indonesia. "Gimana mau pilih merk kalau ketersediaan itu jadi isu, jadi apapun juga pasti kita akan mencoba men-secure pemenuhan vaksin. Apalagi untuk negara seperti kita ini yang jumlah penduduknya besar, tidak mungkin menyediakan dari satu jenis vaksin dalam waktu yang cepat," terang Siti.

Menkes Budi Gunadi Sadikin menjelaskan, vaksinasi tahap pertama pada Januari hingga April 2021 akan diberikan kepada petugas kesehatan (1,3 juta), petugas publik (17,4 juta), dan warga berusia di atas 60 tahun. Penduduk berusia 60 tahun menjadi prioritas ketiga berdasarkan pertimbangan bahwa 1.620 subyek uji klinis vaksin Sinovac di Bandung berada di kelompok umur 18-59 tahun.

Budi mengatakan BPOM tengah menunggu hasil uji klinis vaksin yang sama di Turki dan Brasil, yang mengambil subyek berusia di atas 60 tahun. "Itu sebabnya lansia kami taruh agak ke belakang. Kami ingin memastikan data saintifik soal vaksin ini dan BPOM sudah feel comfortable," ujar Budi.

Adapun vaksinasi tahap kedua pada April 2021 hingga Maret 2022 akan diberikan pada penduduk di daerah berisiko penularan tinggi (63, 9 juta) dan masyarakat lainnya (77,4 juta). Presiden Joko Widodo sudah menyatakan bahwa dirinya akan menjadi orang pertama yang akan disuntik dengan vaksin Covid-19. Pada Rabu (30/12), Menkes Budi juga mengatakan bahwa ia siap disuntik terlebih dahulu.

Bagaimana vaksin akan didistribusikan?

Distribusi vaksin Covid-19 ke daerah-daerah membutuhkan rantai dingin (cold chain). Dan untuk jenis vaksin tertentu, misalnya yang diproduksi Pfizer, dibutuhkan penyimpanan dalam suhu minus 70 hingga minus 80 derajat Celsius. Menkes Budi Gunadi Sadikin mengatakan pihaknya masih merancang rencana distribusi vaksin Covid-19. Pakar imunisasi, Elizabeth Jane Supardi, menilai kemampuan Puskesmas di Indonesia sudah 97% siap. Apalagi, kampanye vaksinasi Covid-19 ini tidak seperti kampanye-kampanye vaksinasi sebelumnya yang didesak harus cepat. "Itu kan bukan yang harus segera karena vaksinnya sendiri kelihatannya datangnya juga sedikit-sedikit. Jadi masih bisa napas," ujarnya.

Adapun menanggapi kekhawatiran soal penyimpanan suhu rendah, Direktur Utama PT Bio Farma, Honesti Basyir menjelaskan bahwa Pfizer akan meminjamkan lemari es ultra-low temperature ke daerah-daerah yang memungkinkan. "Jadi khusus Pfizer ini memang kita harus selektif, kita juga harus hati-hati, untuk memilih lokasi di mana lokasi itu memang siap," ujarnya.

Uji vaksin Sinovac di Bandung sudah berjalan selama lima bulan. Uji ini melibatkan 1.620 subjek berusia 18-59 tahun. Para peserta uji diberikan dua dosis, selang 14 hari. Penyuntikan dosis selesai pada 6 November dan pengambilan darah 14 hari panca suntikan selesai pada 20 November, kata ketua tim riset uji klinis, Profesor Kusnadi Rusmil. Menurut Prof. Rusmil, tim riset sedang memantau para peserta uji untuk mencari tahu efek samping dari vaksin. "Sejauh ini, efek samping yang timbul, yang terbanyak adalah reaksi lokal, berupa nyeri pada tempat suntikan dengan intensitas mayoritas ringan," ujarnya.

CAMILO FREEDMAN/GETTY IAGES

"Reaksi sistemik juga terbanyak adalah pegal pada otot, dan mayoritas juga ringan."

Prof. Rusmil mengatakan bahwa laporan hasil uji interim kedua akan diserahkan kepada BPOM pada awal Januari 2021. Sementara kepala BPOM, Penny Lukito, mengatakan data-data hasil uji yang dilaporkan sejauh ini "menunjukkan hasil yang baik, ini terus meningkakan confidence dari kami sebagai evaluator bahwa nanti hasilnya akan menjadi baik."

Penny mengatakan pihaknya sedang menunggu data hasil interim dari pemantauan selama tiga bulan, yang dari itu akan didapatkan data efikasi atau kemanjuran vaksin Sinovac. Baru-baru ini peneliti di Turki melaporkan bahwa hasil awal uji klinis fase 3 di negara itu menunjukkan efikasi 91,25% dari sekitar 7000 sukarelawan, jauh lebih baik dari hasil uji di Brasil yakni di atas 50% dari 13.000 sukarelawan.

Menurut Penny, data-data ini "konsisten" dengan data-data yang didapatkan di Bandung. Penny juga mengatakan bahwa pemberian Izin Penggunaan Darurat (EUA) untuk vaksin Covid-19 akan melalui proses percepatan. "Namun, tetap, aspek manfaat yang akan didapatkan akan lebih tinggi dibandingkan aspek risiko yang ada," ujarnya.

Kapan vaksin virus corona bisa diberikan? 

Para peneliti di Indonesia masih mengembangkan vaksin Covid-19 dan diperkirakan vaksin tersebut bisa diberikan kepada masyarakat luas "paling cepat tahun 2021". Tapi akankah vaksin itu akan mengakhiri wabah Covid-19? "Jadi memang kita sih tidak menjanjikan banyak. Kalaupun ini berhasil, berarti vaksin itu baru akan ada kalau kita menggunakan resource kita sendiri saat ini, mungkin (tahun) 2021," kata Neni Nurainy, kepala divisi penelitian dan pengembangan Biofarma, kepada BBC News Indonesia.

Peneliti di berbagai negara tengah berlomba-lomba menemukan vaksin untuk Covid-19. Di Indonesia, proses pengembangan vaksin masih dalam tahap awal.

1. Sudah sejauh mana pengembangan vaksin di Indonesia?

Pemerintah Indonesia menunjuk lembaga penelitian biologi molekuler Eijkman untuk memimpin ikhtiar pengembangan vaksin Covid-19. Direktur lembaga Eijkman, Profesor Amin Soebandrio, mengatakan penelitiannya "masih dalam tahap awal" yang meliputi identifikasi bagian-bagian virus yang bisa digunakan sebagai antigen. "Pendekatannya adalah kita akan membuat protein, rekayasa protein. Itu sekarang sedang dirancang. Satu bulan ke depan bisa kita lihat mana yang berhasil, mana yang bagus," kata Prof. Amin kepada BBC News Indonesia.

Ia mengatakan penelitian tersebut dilakukan bersamaan dengan pencarian sampel virus Covid-19. Berbagai cara dilakukan, mulai dari mencari informasi di berbagai basis data genetika hingga membaca genom utuh dari virus yang ada di Indonesia. "Itu masih dalam proses," imbuhnya.

Prof. Amin memperkirakan bahwa dalam waktu kurang dari satu tahun sudah bisa dihasilkan bibit vaksin skala laboratorium. "Sesuai dengan tugas yang diberikan kepada kami, kami akan membuat seed (bibit) vaksin, skala laboratorium. Itu kurang dari satu tahun. Kalau sudah skala laboratorium kami akan berikan ke industri, untuk ditingkatkan ke industrial scale, untuk uji klinik dan sebagainya. "Jadi perjalanannya masih cukup panjang sih."

Kementerian Riset dan Teknologi/Badan Riset dan Inovasi Nasional (Kemenristek/BRIN) mengatakan telah mengalokasikan anggaran sebesar Rp5,3 miliar untuk pengembangan vaksin.

2. Kapan vaksin Covid-19 akan tersedia?

Kepala Divisi Penelitian dan Pengembangan Biofarma, Neni Nurainy, menjelaskan bahwa proses pembuatan vaksin biasanya membutuhkan waktu lima tahun sejak mendapatkan bibit vaksin skala laboratorium. Itu karena vaksin harus melalui tiga fase uji klinis untuk memastikan keamanan, respons imunogenisitas, dan khasiatnya, katanya. Namun dalam keadaan darurat, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) membolehkan dua fase uji yang terakhir dilewat, sehingga vaksin bisa lebih cepat diproduksi massal.

Neni menjelaskan, dalam fase 1 dilakukan uji keamanan vaksin dalam populasi yang kecil; fase 2 adalah uji keamanan dan respon imun dalam populasi yang lebih besar; fase 3 uji keamanan, respon imun, dan khasiat vaksin dalam jumlah populasi yang lebih besar lagi. "Jadi fase 2 dan fase 3 bisa kita skip. Bukan berarti skip itu hilang, maksudnya fase 1 fase 2 itu paralel, sambil jalan, sambil dimanufaktur dan bisa diberikan ke populasi yang lebih banyak," kata Neni kepada BBC News Indonesia.

Dengan kondisi ini, Neni mengatakan jika tak ada halangan, Indonesia bisa memproduksi massal vaksin Covid-19 paling cepat tahun 2021. "Saya tidak bisa menjanjikan ya ini Biofarma, tapi secara global bahwa biasanya preklinis membutuhkan waktu sekitar empat bulan, kemudian masuk ke fase uji klinis satu sekitar dua bulan setengah sampai tiga bulan, kemudian manufacturing sekitar dua bulan, jadi sembilan sampai sepuluh bulan lah dari tempat Pak Amin itu (bibit vaksin). "Jadi memang kita sih tidak menjanjikan banyak. Kalaupun ini berhasil, berarti vaksin itu baru akan ada kalau kita menggunakan resource kita sendiri saat ini, mungkin 2021."

3. Mengapa Indonesia perlu membuat vaksin sendiri?

Menurut Kepala Konsorsium Penelitian dan Inovasi Covid-19 Kemenristek, Profesor Ali Ghufron Mukti, Indonesia perlu membuat vaksin sendiri supaya tidak bergantung kepada negara lain. Ia mengatakan pandemi telah menggangu rantai suplai global sehingga banyak negara berebut untuk membeli obat dan alat-alat kesehatan. Ghufron - begitu ia biasa dipanggil - menjelaskan Indonesia mengambil dua pendekatan untuk vaksin Covid-19: Pertama, membuat sendiri dari awal, termasuk menggunakan isolat virus yang terdistribusi di Indonesia, yang mungkin sudah mengalami mutasi dari tempat asalnya.

Kedua, bekerja sama dengan negara-negara lain yang sudah lebih dahulu mengembangkan vaksin dan sudah mencapai tahap uji klinis. "Itu bisa lebih cepat daripada kita mengembangkan sejak awal," ujarnya. Ghufron menyebut negara-negara yang berprospek seperti China, Prancis, dan Amerika Serikat. "Paling tidak RRC sudah mulai juga kita bahas tentang vaksin ini," imbuhnya.

4. Akankah vaksin mengakhiri wabah Covid-19?

Jawaban singkatnya, ya. Panji Hadisoemarto, pakar kesehatan masyarakat dari Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran menjelaskan bahwa vaksin akan membantu membangun kekebalan kawanan atau herd immunity. Panji menjelaskan, kekebalan kawanan akan tercapai bila sebagian besar orang telah kebal terhadap virus Covid-19, melindungi kelompok orang dengan sistem imun yang tidak cukup kuat. Kekebalan ini bisa muncul secara alami lewat infeksi atau secara "buatan" lewat vaksinasi. "Efeknya sama, cuma kalau secara alami akan lebih banyak yang sakit, lebih banyak yang meninggal. Kalau lewat vaksinasi, efek sakit dan meninggalnya lebih kecil," kata Panji.

Riau peroleh 4 juta dosis vaksin covid-19 

Pemerintah berencana mendistribusikan Vaksin Sinovac ke 34 provinsi bulan ini. Kuota vaksin untuk mencegah Covid-19 yang diberikan pemerintah bagi setiap provinsi adalah 70 persen dari jumlah penduduk yang ada. Menteri Kesehatan (Menkes) Budi Gunadi Sadikin menjelaskan, dalam rapat terbatas bersama Presiden, Senin (28/12/2020) diputuskan, pelaksanaan vaksinasi nasional Covid-19 dimaksimalkan. Budi juga memaparkan rencana vaksinasi. "In sya Allah, dengan doa seluruh rakyat Indonesia, sebelum rakyat kembali bekerja pada Januari, vaksin didistribusikan ke 34 provinsi," katanya.

JAVIER TORRES/GETTY

Sesuai dengan rencana, prioritas pertama vaksinasi adalah para tenaga kesehatan. Dia menyatakan bahwa program vaksinasi tersebut merupakan salah satu strategi utama dalam menyelesaikan pandemi Covid-19. Diperlukan waktu lebih dari 12 bulan untuk menuntaskan urusan vaksinasi tersebut. Budi meminta masyarakat tetap disiplin menaati protokol kesehatan. Kamis (31/12/2020), sebanyak 1,8 juta vaksin Sinovac tiba di Bandara Soekarno-Hatta (Soetta), Tangerang  (31/12/2020). Artinya, sudah ada 3 juta vaksin Sinovac yang masuk ke Indonesia setelah yang pertama datang sebanyak 1,2 juta pada awal Desember lalu.

Budi Gunadi Sadikin dan Menteri Luar Negeri (Menlu) Retno Marsudi memantau langsung kedatangan vaksin tersebut di Bandara Soetta pada pukul 11.55. Vaksin yang dikirim dari Beijing, Cina, itu diangkut dengan maskapai Garuda Indonesia nomor penerbangan GA-890D. Sebanyak 1,8 juta vaksin tersebut ditempatkan dalam 11 unit envirotainer. Vaksin lantas dibawa ke warehouse Garuda Indonesia untuk pengisian ulang daya envirotainer. Setelah itu, vaksin akan dibawa dan disimpan di kantor pusat Bio Farma di Bandung. Pengiriman dan penyimpanan dilakukan sesuai dengan standar WHO.

Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Riau, Mimi Yuliani Nazir, mengatakan setelah vaksin Covid-19 tersebut telah melalui tahap pemeriksaan dari pemerintah pusat barulah dikirim ke Riau, sesuai dengan jumlah vaksin yang akan diberikan dari Kementerian Kesehatan. "Sekarang vaksin tersebut masih dalam pemeriksaan dari Kementerian Kesehatan dan BBPOM. Untuk Riau, jumlah vaksin yang akan kita terima 70 persen dari jumlah penduduk. Jika jumlah penduduk kita 6 juta, jadi 70 persennya sekitar 4 juta lebih. Karena vaksin ini juga kan tidak hanya diberikan bagi yang berusia 18-59 tahun," katanya.

Untuk penerima vaksin Covid-19 tahap awal, tetap diberikan kepada mereka yang skala prioritas, di mana sesuai dengan keputusan Kementerian Kesehatan, prioritasnya seperti tenaga kesehatan, TNI/Polri, pelayan publik, dan lainnya.  "Meski vaksin ini sudah ada, tetap saja kita harus waspada, dan tetap menerapkan protokol kesehatan yakni menggunakan masker, sering mencuci tangan dan menghindari kerumunan," imbaunya.

Dalam kesempatan tersebut, Mimi juga menginformasikan terdapat penambahan 110 kasus pasien positif Covid-19 per Kamis (31/12). Dengan adanya penambahan 110 pasien positif, maka total pasien positif Covid-19 di Riau saat ini sebanyak 24.932 orang. "Namun, dari jumlah tersebut yang masih menjalani perawatan tinggal 1.266 orang. Dengan rincian dirawat di rumah sakit 467 orang dan isolasi mandiri 799 orang," katanya.

Untuk kabar dukanya, terdapat penambahan tiga pasien yang meninggal dunia sehingga total 583 orang meninggal dunia akibat Covid-19 di Riau. Sedangkan untuk suspek yang menjalani isolasi mandiri 2.939 orang dan yang isolasi di rumah sakit 10 orang. "Total suspek yang selesai menjalani isolasi 59.003, meninggal dunia 169 orang," ujarnya.

Sementara itu, Menlu Retno mengungkapkan, 15 juta dosis bulk vaccine dari Sinovac juga datang dalam waktu dekat. Bulk vaccine itu bakal dimanufaktur Bio Farma. Dia menegaskan, sejak awal, Indonesia terus menjalin komunikasi untuk mengamankan suplai vaksin dari berbagai sumber lain. Pada Rabu (30/12), Indonesia menandatangani komitmen suplai 50 juta dosis vaksin Novavax dari Amerika Serikat dan 50 juta dosis AstraZeneca dari Inggris. "Secara pararel, pembicaraan berkesinambungan saat ini juga dilakukan dengan Pfizer yang berasal dari Amerika Serikat dan Jerman," ungkapnya.

Selain itu, pihaknya baru saja menerima kabar bahwa emergency use authorization (EUA) untuk AstraZeneca telah diberikan Medicine and Healthcare Products Regulatory Agency (MHRA) Inggris. MHRA merupakan satu di antara enam stringent regulatory authorities (SRAs) yang memiliki mekanisme reliance dengan BPOM. "Ini tentu merupakan kabar baik untuk kita semua," tuturnya.

Melalui mekanisme reliance tersebut, penerbitan EUA atas vaksin AstraZeneca di Indonesia bakal lebih mudah. Hasil EUA di Inggris dapat dijadikan basis dan review dikeluarkannya EUA di Indonesia. Sebagaimana yang dijelaskan kepala BPOM sebelumnya, upaya terkoordinasi dengan semua pihak dan lembaga terkait, baik di Indonesia maupun di luar negeri, terus dilakukan untuk mempercepat proses EUA. "Tentu proses ini tidak akan pernah mengompromikan aspek keamanan, efektivitas, dan kualitas vaksin," terangnya Retno. (*)

Tags : Vaksin, Virus Corona, Wabah Covid-19, Vaksin Didistribusikan ke Riau ,