Headline Sorotan   2020/12/16 17:0 WIB

Virus Corona Varian Baru Ditemukan, Bisa 'Menyebar Lebih Cepat'

 Virus Corona Varian Baru Ditemukan, Bisa 'Menyebar Lebih Cepat'

"Varian baru virus corona telah ditemukan disebut menyebar lebih cepat, tapi Prof. Alan McNally, pakar di Universitas Birmingham menyebut jangan histeris dengan timbulnya varian baru itu"

enteri Kesehatan Inggris, Matt Hancock, melaporkan kepada para anggota dewan di Majelis Rendah bahwa sedikitnya 60 pemerintah daerah telah mencatat infeksi yang disebabkan oleh varian baru itu.

Ia berkata Organisasi Kesehatan Dunia, WHO, telah dikabari dan para ilmuwan Inggris tengah melakukan studi terperinci. Ia menambahkan bahwa "tidak ada [bukti] yang menunjukkan" bahwa varian baru itu menyebabkan penyakit yang lebih parah atau tidak akan mempan terhadap vaksin. Hancock menjelaskan bahwa dalam sepekan lalu, terjadi lonjakan tajam dan eksponensial infeksi virus corona di London, Kent, sebagian daerah di Essex, dan Hertfordshire. "Saat ini kami mengidentifikasi lebih dari 1000 kasus dengan varian ini terutama di Inggris Selatan meskipun kasus telah ditemukan di hampir 60 wilayah administrasi. Kami tidak mengetahui sejauh mana [lonjakan] ini dikarenakan varian baru tetapi apapun penyebabnya kita harus mengambil tindakan cepat dan tegas yang sayangnya teramat penting untuk mengendalikan penyakit mematikan ini sementara vaksin mulai disediakan."

Kepala Petugas Medis Inggris Prof. Chris Whitty berkata tes usap (swab test) untuk virus corona yang tersedia akan mendeteksi varian baru yang sebagian besar ditemukan di Kent dan wilayah sekitarnya dalam beberapa minggu terakhir. Perubahan atau mutasi terjadi pada protein 'kait' atau spike pada virus - bagian yang membantunya menginfeksi sel dan target vaksin-vaksin Covid yang sedang dikembangkan.

Prof. Alan McNally, pakar di Universitas Birmingham menanggapi masih terlalu dini untuk mengetahui secara pasti pengaruh perubahan ini pada perilaku virus: "Jangan histeris. "Ini tidak berarti [virus] lebih mudah menular atau lebih infeksius atau lebih berbahaya," sebutnya dirilis BBC

"Ini perlu terus kita amati. Upaya besar-besaran sedang dilakukan untuk mengkarakterisasi varian ini dan memahami kemunculannya. Kita harus tetap tenang dan berpandangan rasional karena ini adalah evolusi virus yang normal dan kita perkirakan varian-varian baru akan muncul dan menghilang seiring waktu."

Dr. Jeremy Farrar, direktur Wellcome, mengatakan ini bisa jadi persoalan serius. "Pemantauan dan penelitian harus berlanjut dan kita perlu mengambil langkah-langkah yang perlu untuk mendahului virus."

Ada aturan sederhana untuk memahami "galur baru" atau "varian baru" virus: Tanyakan apakah perilaku si virus telah berubah. Ini sangat penting karena virus bermutasi setiap saat, dan itu hal yang wajar. Matt Hancock mengatakan varian baru dari virus corona ini "mungkin terkait" dengan penyebaran yang lebih cepat di tenggara Inggris. Ini tidak sama dengan mengatakan varian itu "menyebabkan" lonjakan kasus dan Hancock tidak menyatakan virus telah berevolusi sehinggal lebih mudah menyebar dari orang ke orang.

Galur atau strain baru bisa menjadi lebih umum karena alasan yang tidak ada hubungannya dengan virus. Satu penjelasan untuk kemunculan "galur Spanyol" selama musim panas adalah pariwisata. Jadi saat ini ada tajuk berita yang menakutkan di mana-mana, tetapi masih belum ada bukti ilmiah yang mendetail untuk mengetahui seberapa signifikan penemuan ini.

Prof Jonathan Ball, Profesor Virologi Molekuler di Universitas Nottingham, mengatakan: "Informasi genetik pada banyak virus dapat berubah dengan sangat cepat dan terkadang mutasi ini dapat menguntungkan virus - dengan memungkinkannya untuk menyebar secara lebih efisien atau meloloskan diri dari vaksin atau obat - tetapi banyak mutasi yang tidak berpengaruh sama sekali. "Meskipun varian genetik baru dari virus tersebut telah muncul dan menyebar di banyak bagian di Inggris dan di seluruh dunia, hal ini dapat terjadi secara kebetulan. Oleh karena itu, penting bagi kami untuk mempelajari setiap perubahan genetik yang terjadi, demi mengetahui apakah perubahan tersebut memengaruhi perilaku virus, dan sampai kami menyelesaikan pekerjaan yang penting itu, terlalu dini untuk membuat klaim tentang kemungkinan dampak dari mutasi virus. "

Apakah mutasi membuat virus lebih mudah menular?

Virus corona yang mengancam dunia saat ini tidaklah sama dengan virus corona yang pertama kali muncul di China. Sars-CoV-2 nama resmi virus yang menyebabkan penyakit Covid-19, dan terus mengakibatkan kehancuran di seluruh dunia, sedang bermutasi. Namun, meskipun para ilmuwan telah menemukan ribuan mutasi, atau perubahan pada materi genetik virus, hanya satu yang sejauh ini diduga mengubah perilakunya.

Pertanyaan krusial tentang mutasi ini ialah: apakah ini membuat virus lebih mudah menular - atau lebih mematikan - bagi manusia? Dan dapatkah ia mengancam kesuksesan vaksin di masa depan? Virus corona ini sebenarnya berubah sangat lambat dibandingkan virus flu lain. Dengan relatif rendahnya tingkat kekebalan alami di populasi, tiadanya vaksin, dan sedikit pengobatan yang efektif, tidak ada tekanan bagi si virus untuk beradaptasi. Sejauh ini, ia bisa terus menyebar saja sudah bagus. Mutasi itu - dinamai D614G dan terletak di dalam protein yang menyusun spike atau "ujung runcing" yang digunakan virus untuk menerobos ke dalam sel manusia - muncul tak lama setelah wabah pertama di Wuhan, barangkali di Italia. Mutasi itu kini ditemukan di sebanyak 97% sampel di seluruh dunia.

Pertanyaannya ialah apakah dominasi mutasi ini memberi virus suatu keuntungan, ataukah hanya kebetulan. Virus tidak punya rencana. Mereka terus bermutasi dan meskipun beberapa perubahan akan membantu virus bereproduksi, beberapa justru bisa menghambatnya. Perubahan lainnya adalah netral. Mereka adalah "produk sampingan dari replikasi virus," kata Dr. Lucy van Dorp, dari University College London. Mutasi-mutasi itu "hanya menumpang" di virus tanpa mengubah perilakunya.

Mutasi yang muncul bisa menjadi sangat umum hanya karena terjadi pada awal wabah dan kemudian tersebar — dikenal sebagai "efek pendiri" (founder effect). Inilah yang diyakini dr. van Dorp dan timnya sebagai penjelasan mengapa mutasi itu mendominasi. Tapi hipotesis ini kontroversial. Semakin banyak - mungkin mayoritas - pakar virologi kini percaya, seperti dijelaskan dr. Thushan de Silva di University of Sheffield, terdapat cukup banyak data untuk mengatakan versi virus ini memiliki "keuntungan selektif" dalam evolusi daripada versi sebelumnya.

Meskipun belum ada cukup bukti untuk mengatakan "ia lebih mudah menular" pada manusia, ujarnya, ia yakin mutasi itu "tidak netral". Ketika diteliti dalam kondisi laboratorium, virus yang bermutasi mampu memasuki sel manusia lebih baik dari virus tanpa variasi itu, kata profesor Hyeryun Choe dan Michael Farzan, di Universitas Scripps di Florida. Perubahan pada protein "ujung runcing" yang digunakan virus untuk mengait pada sel manusia tampak memungkinkannya untuk "menempel lebih baik dan berfungsi lebih efisien". Prof. Farzan mengatakan protein spike virus-virus ini berbeda dengan cara yang "konsisten dengan, tapi tidak membuktikan, penularan yang lebih besar".

Hasil penelitian di laboratorium

Di Pusat Teknologi Genom Universitas New York, dr Neville Sanjana, yang biasanya mengerjakan teknologi pengeditan gen Crispr. telah melangkah lebih jauh. Timnya 'mengedit' sebuah virus sehingga memiliki perubahan pada protein spike dan mengadunya dengan virus Sars-CoV-2 yang tanpa mutasi dari wabah awal di Wuhan, dalam sel-sel jaringan manusia. Hasil uji itu, ia percaya, membuktikan bahwa virus yang bermutasi lebih cepat menular daripada versi aslinya, setidaknya di laboratorium.

Dr. van Dorp menekankan "tidak jelas" seberapa representatif hasil itu dalam menjelaskan penularan pada pasien sungguhan. Tapi Prof. Farzan mengatakan "perbedaan biologis yang mencolok" ini "cukup penting untuk menambah bukti" yang mendukung gagasan bahwa mutasi membuat virus lebih mudah menyebar. Di luar cawan Petri, ada beberapa bukti tidak langsung bahwa mutasi ini membuat virus corona lebih mudah menular pada manusia. Dua penelitian menunjukkan pasien dengan virus yang bermutasi ini memiliki jumlah virus yang lebih besar dalam sampel uji swab mereka. Hal itu bisa menunjukkan bahwa mereka lebih mudah menularkan ke orang lain.

Namun mereka tidak mendapatkan bukti bahwa orang-orang itu menjadi lebih sakit atau tinggal di rumah sakit lebih lama. Secara umum, menjadi lebih mudah menular bukan berarti virus lebih mematikan — seringkali kenyataannya sebaliknya. Tidak ada bukti bahwa virus corona bermutasi untuk membuat pasien lebih sakit atau kurang sakit. Tapi bahkan dalam hal penularan, viral load (jumlah virus) hanya merupakan indikasi seberapa baik virus menyebar dalam tubuh seseorang orang. Itu tidak serta merta menjelaskan seberapa mudah ia menginfeksi orang lain.

"Standar emas" penelitian - uji coba terkontrol - belum dilakukan. Itu mungkin melibatkan, misalnya, menginfeksi hewan dengan salah satu atau varian lain dari virus untuk melihat mana yang lebih cepat menyebar dalam suatu populasi. Salah satu peneliti utama dalam studi itu, Profesor Bette Korber, di Los Alamos National Laboratory di AS, mengatakan tidak ada konsensus, tetapi gagasan bahwa mutasi meningkatkan viral load pasien "menjadi kurang kontroversial seiring semakin banyak data yang terkumpul".

Dalam melihat populasi secara keseluruhan, sulit untuk mengamati virus menjadi lebih (atau kurang) menular. Jalurnya telah secara drastis diubah oleh campur tangan manusia, termasuk dengan lockdown. Tapi Prof. Korber mengatakan fakta bahwa varian yang saat ini tampaknya dominan di mana-mana, termasuk di China, menunjukkan ia mungkin lebih baik dalam penyebaran antar manusia dibandingkan versi aslinya. Kapan pun kedua versi itu beredar pada saat yang sama, varian baru selalu mengambil alih.

Faktanya, varian D614G begitu dominan, sekarang merekalah yang menjadi pandemi. Dan sudah beberapa waktu ini demikian — mungkin bahkan sejak awal epidemi di tempat-tempat seperti Inggris dan pantai timur AS. Jadi, seiring bertambahnya bukti-bukti bahwa mutasi ini tidak netral, ia tidak serta merta mengubah cara kita berpikir tentang virus ini dan penyebarannya. Satu hal yang melegakan, sebagian besar vaksin yang sedang dalam pengembangan saat ini didasarkan pada wilayah spike yang berbeda sehingga temuan mutasi baru ini seharusnya tidak berdampak pada pengembangannya. Dan ada beberapa bukti bahwa varian baru itu sama sensitifnya dengan antibodi, yang bisa melindungi Anda terhadap infeksi begitu Anda sudah terinfeksi — atau sudah divaksinasi.

Bagaimanapun karena sains tentang Covid-19 bergerak begitu cepat, ini adalah sesuatu yang semua ilmuwan - apapun pandangan mereka terhadap mutasi saat ini - akan awasi baik-baik. (*)

Tags : Virus Corona, Varian Baru Corona, Virus Baru Menyebar Lebih Cepat,