Headline Seni Budaya   2021/09/24 14:30 WIB

Bangunan Kuno Peninggalan Belanda di Desa Kualaraya 'Terbujur Kaku', Kades Misran:  Bukan Untuk Dihancurkan

Bangunan Kuno Peninggalan Belanda di Desa Kualaraya 'Terbujur Kaku', Kades Misran:  Bukan Untuk Dihancurkan
Bangunan kuno yang diperkirakan bekas peninggalan kolonial Belanda yang bersejarah diperkirakan sudah berusia ratusan tahun di Desa Kualaraya,Kecamatan Singkep, Kabupaten Daik Lingga, Provinsi Kepualauan Riau [Kepri].

BANGUNAN bekas tempat duduk tapak tangki minyak dan pelabuhan sandar kapal yang ada di Desa Kualaraya, Kecamatan Singkep, Kabupaten Daik Lingga, Provinsi Kepualauan Riau [Kepri] itu merupakan bangunan kuno peninggalan Belanda yang bersejarah yang diperkirakan sudah berusia ratusan tahun masih asri dan bersih. 

"Dua bekas bangunan bergaya model lama itu nampak mencolok berdiri kokoh di tengah permukiman masyarakat, tetapi kami di desa ini tidak terbesit untuk menghancurkannya dari batasan penglihatan yang saban hari terlihat oleh masyarakat desa," kata Misran, Kepala Desa Kualaraya menyikapi bangunan yang mulai terlihat usang yang secara perlahan dimakan usia itu pagi tadi ini, Jumat (24/9).

Bangunan tua yang berada Desa Kualaraya itu merupakan satu dari beberapa bangunan peninggalan Kolonial Belanda yang ada di pulau dekat laut cina selatan.

Bangunan yang lengkap dengan pernak-pernik khas Negeri Kincir Angin itu menjadi saksi sejarah keberadaan pemerintah kolonial Belanda di Lingga ratusan tahun silam. Bangunan tua di Desa Kualaraya itu juga pernah menjadi pusat bisnis tambang timah yang sempat berjaya pada masanya di Dabo Singkep.

Tak jauh dari bangunan tua peninggalan kolonial Belanda itu sudah banyak di duduki rumah-rumah penduduk dan dikelilingi hamparan lahan kebun yang masih mempertahankan kearifan lokal ini menjadi salah satu magnet wisata atau objek wisata bahari di Desa Kualaraya.

"Karena itu pemkab setempat sudah pernah melihat langsung dan mencoba mengangkat potensi bangunan sejarah ini dan dalam waktu dekat pihak Balai Pelestarian Cagar Budaya [BPCB] akan melihat bangunan tua peninggalan zaman penjajahan Belanda di Desa Kualaraya yang sejak ada tahun 1939 ini," kata Misran.

Menurutnya, satu upaya yang bisa dilakukan yakni, nantinya bisa saja membangkitkan pariwisata desa yang sebelumnya di Daik Lingga juga dikenal sebagai wilayah negeri Melayu dengan adanya wisata museum, pantai, air terjun, serta lokasi-lokasi bersejarah budaya Melayu masa Sultan Lingga.

Misran mengaku ingin mencoba mengusung sesuatu yang berbeda dari sebelumnya. Konsepnya "heritage" di desa baik berupa bangunan tua peninggalan zaman Belanda ini. Karena Desa Kualaraya juga sebagai lokasi pada "tempo doeloe" pernah diduduki pihak Hindia Belanda khususnya di Dabo Singkep.

Bangunan bersejarah itu masih bisa dilihat pada arsitektur bangunan-bangunan tua bergaya "art deco" yang ada di desa tersebut. Seperti bangunan bekas tempat duduk tapak tangki minyak dan pelabuhan sandar kapal peninggalan Hindia Belanda dan masih banyak lagi seperti bangunan rumah peninggalan Belanda.

Misran mengaku desa Kualaraya kaya dengan nila-nilai sejarah dan bangunan sisa peninggalan penjajahan Belanda, sehingga bisa saja dicoba untuk diangkat kali ini, sebuah desa dengan cita rasa Belanda.

Atraksi budaya

Kepala Desa Misran juga mengungkapkan selain memiliki bangunan peninggalan Belanda. Desa Kualaraya juga memiliki atraksi budaya serta kuliner yang khas sehingga ini mempertegas bahwa wilayah desanya memang kaya destinasi wisata yang beragam yang tidak di tempat lain.

Jadi ketika berbicara mengenai Daik Lingga tentu tak hanya soal pantai nan eksotik atau air terjun yang memesona dan gunung menjulang tinggi yang menantang, tetapi ada kekayaan alam lain yang sesungguhnya memiliki potensi untuk bisa di jual, yakni Kualaraya kaya dengan nilai sejarah atau "heritage".

"Jika pada desa lain yang ada di Pulau Lingga dikenal dengan panorama pantai berpasir putih nan eksotis serta pemadangan bawah laut yang dihiasi berbagai biota laut yang memesona, maka di Kualaraya para wisatawan bisa menikmati suasana pedesaan dengan hamparan kebun yang menghijau," sebutnya.

Berkat pesona hijau alam yang dimiliki Kabupaten Lingga, ada banyak desa wisata yang menawarkan kedamaian dapat ditemui di wilayah ini. Bersama dengan masyarakat desa Kades Misran ikut gotong royong membersihkan salah satu bangunan bersejarah zaman kolonial belanda itu. “Pagi ini, saya mampir ke lokasi itu ikut bergotong royong bersama masyarakat setempat membersihkan salah satu situs bersejarah peninggalan Belanda yang ada di desa ini,“ ungkapnya.

Misran pun lantas berpesan agar masyarakat Desa Kualaraya dapat menjaga situs cagar budaya tersebut. “Kita berharap agar masyarakat sekitar dapat menjaga, merawat dan melestarikannya karena nantinya dapat dijadikan objek wisata bersejarah di desa ini,“ pungkasnya.

"Jangan hancurkan bangunan bersejarah"

Daik Lingga dikenal sebagai daerah kepulauan yang memiliki budaya Melayu, diyakini memiliki variasi bahasa daerah. Selama bertahun-bertahun, ragam budaya masyarakat terlihat dari gaya (arsitektur) bangunan di daerah Melayu.

Menyinggung bangunan bekas tempat duduk tapak tangki minyak dan pelabuhan sandar kapal itu, menurutnya adalah merupakan "Bangunan jejak keberadaan manusia". Di mana ada bangunan, di situ ada manusia atau pernah ada manusia, ujarnya.

Karena merupakan jejak sejarah dan jejak manusia, menurut Misran, bangunan tidak boleh sembarangan dihancurkan. Apalagi, jika bangunan tersebut telah berdiri selama bertahun-tahun. Bangunan yang didirikan selalu ada arti dan tujuannya.

Dia menuturkan, dari kacamata arsitektur budaya, terdapat tradisi vernakular, yakni teknologi pembangunan gedung dengan berpedoman budaya masyarakat setempat. Menurutnya, teknologi ini bertujuan untuk memelihara kearifan lokal budaya. "Di masa lalu bangunan banyak yang menciptakan ruang bersama, sebagai saksi hidup dapat kita dengarkan penuturan dari H Zakaria yang dirinya masih berusia 8 tahun bangunan-bangunan kuno kolonial Belanda itu sudah hadir di desa ini," kata Misran.

Misran lalu mencontohkan bangunan kolonial peninggalan Belanda. Bangunan tersebut memiliki ciri-ciri langit-langit yang tinggi sehingga sirkulasi udara di dalamnya lancar. "Dahulunya bangunan mereka tanpa mesin pengatur udara (AC), memperlihatkan kepedulian lingkungan yang sangat baik," sebutnya.

Masyarakat setempat cukup melihat satu contoh bangunan yang ada di Desa Kualaraya itu yang kini sudah runtuh. "Bangunan bersejarah yang ada seperti itu bisa saja nantinya dilakukan ukur ulang oleh pihak BPCB, yang dahulunya mungkin dibangun oleh pihak Belanda secara manual menggunakan sistem gotong royong. Oleh karena itu, bangunan bersejarah itu perlu dilestarikan karena memiliki makna sebagai pijakan masa lalu, masa kini, dan masa datang. Bangunan bersejarah ini sebagai bukti identifikasi dalam perjalanan kebudayaan, harus dipahami kearifannya juga metode teknologi pembangunannya," jelas Mis. (rp.sdp/*)

Tags : Bangunan Bersejarah, Desa Kualaraya, Daik Lingga, Arsitektur, Karya arsitektur, arsitektur zaman Belanda,