Sorotan   2020/12/13 14:30 WIB

Berlibur Dalam Kota Saat Pandemi, 'Liburan Tanpa Bepergian'

Berlibur Dalam Kota Saat Pandemi, 'Liburan Tanpa Bepergian'

"Berlibur di dalam kota, sudah naik daun bahkan sebelum pandemi virus corona mengguncang dunia pariwisata"

ejak krisis finansial global 2008, banyak pejalan yang memangkas biaya liburan mereka dengan mengunjungi destinasi yang lebih dekat dengan rumah, kata Marloes de Vries, analis travel senior di lembaga riset konsumen Mintel. Milenial nampaknya melanjutkan tren tersebut dengan alasan penghematan dan gaya hidup.

Tahun ini, Covid-19 telah membuat kita menavigasi aturan baru soal kebersihan dan jaga jarak, dan menutup perbatasan di banyak negara, ditambah dengan ketidakpastian ekonomi, sehingga 'staycation' kelihatannya akan menjadi lebih populer dari sebelumnya. Ini adalah beberapa tips untuk membuat liburan Anda di dekat rumah sukses.

Lupakan tugas-tugas

Penting bagi Anda untuk "keluar dari pikiran" agar benar-benar istirahat, kata Claudia Unger, analis travel di perusahaan riset pasar Phocuswrights dan pelatih keseimbangan hidup dan pekerjaan bagi eksekutif. Ketika Anda sibuk memikirkan masalah sehari-hari, "itu seperti pergi ke hutan tapi tidak melihat pohon-pohonnya," kata, kata de Vries dirilis BBC.

Analoginya seperti ini: jika sedang liburan, seseorang tidak akan melakukan pekerjaan rumah atau memperbarui asuransi mobil. Jadi, jangan melakukan hal-hal seperti itu saat 'staycation'. Sebuah survei oleh Barclays tahun lalu mendapati hasil yang tidak mengejutkan: sembilan dari 10 orang berusia antara 25-34 tahun di Inggris "ingin kabur dari semua pekerjaan" selama mereka liburan, dan 70% responden mengatakan mereka ingin detoks digital.

Prioritaskan kebutuhan Anda 

Lena Schmidt, instruktur yoga dari San Diego, Amerika Serikat, yang menulis soal pertumbuhan pribadi, menyarankan memberitahu teman dan keluarga bahwa akan berlibur, seolah-olah Anda akan ke luar kota. Matikan ponsel Anda, atau setidaknya diamkan notifikasi. Aktifkan surat elektronik ke luar kantor otomatis -- dan pastikan tidak sering memeriksa kotak masuk. Tentu masih dapat menikmati teknologi, selama itu adalah hal-hal yang disuka, seperti mendengarkan musik atau podcast dan menonton acara favorit yang disuka. Unger mengatakan: "Pastikan seseorang memenuhi kebutuhan dahulu sebelum mengatakan 'iya' pada kebutuhan orang lain yang memakan waktu."

Lihat destinasi lama dengan perspektif baru 

Baik di kota maupun di pedesaan, seseorang kemungkinan besar memiliki kebiasaan tersendiri seperti sebagian besar manusia. Namun 'staycation' memberi peluang untuk menikmati hal-hal baru dengan perspektif baru. Psikolog kerap menunjukkan keuntungan dari mengubah kebiasaan kita dengan aksi sederhana, seperti pergi ke restoran langganan namun duduk di kursi yang berbeda; atau mengunjungi tempat-tempat yang sama pada waktu yang berbeda.

Menjauhi kebiasaan yang dilakukan secara otomatis adalah salah satu cara untuk menjaga pikiran kita tetap terhubung dengan apa yang kita lakukan, kata Unger. "Jadilah diri sendiri dan hadir pada momen itu, lakukan dengan sungguh-sungguh apapun yang dilakukan pada momen tersebut."

Jaga diri Anda 

Tidak dapat dipungkiri bahwa memanjakan diri adalah cara yang ampuh dalam melepaskan stres. "Merawat diri adalah obat terbaik dalam mengelola stres," kata Schmidt. Seseorang dapat menjadwalkan "hari spa" dengan membeli produk-produk mewah untuk bak mandi, jika memilikinya. Namun Schmidt mengatakan perawatan diri bisa dilakukan dengan berbagai cara. Menjelajah keindahan alam di sekitar juga bisa menyenangkan.

Tetapkan anggaran 'staycation'

Seseorang sudah menabung dengan tidak membeli tiket pesawat, akomodasi, atau bensin. Jadi, kenapa tidak menjadikan tabungan ini sebagai anggaran 'staycation'? Lori Campbell, dari situs Good With Money, mengatakan: "Traktir diri ketika 'staycation'--seperti jika seseorang sedang liburan". Jika memasak merepotkan, pertimbangkan untuk tidak memasak selama Anda liburan. Namun jika suka masak, bisa membeli bahan-bahan yang berharga mahal dan mencoba membuat kuliner yang proses memasaknya rumit. Ini bisa menjadi aktivitas seseorang lakukan untuk relaks.

Campbell mengatakan tidak ada salahnya berbelanja pakaian baru--seperti mungkin dilakukan jika hendak bepergian ke destinasi baru. "Dengan menghabiskan waktu bersama diri Anda sendiri selama satu atau dua minggu, tinggal di rumah, atau dekat dari rumah, bukan berarti Anda tidak mau terlihat cantik dan merasa senang," katanya.

Pesan hotel... atau berkemah di dalam ruangan!

Jika seseorang ingin merasakan hal baru, kenapa tidak memesan hotel jika memiliki dananya? "Buat reservasi di dua restoran yang Anda selama ini ingin coba (satu untuk sarapan, satu untuk makan malam), rencanakan kunjungan ke satu atau dua destinasi wisata setiap harinya, dan luangkan waktu setiap pagi dan malam untuk betul-betul menikmati kota Anda," kata Schmidt.

Jika dana sedikit, maka dapat mencoba berkemah... di rumah. Anak kecil khusunya akan menikmati "petualangan" memindahkan furnitur dari ruang tamu, dan menggantikannya dengan matras. Jika memiliki selimut, dapat mencoba bermain dengan bayangan dan menceritakan kisah-kisah seram--sama seperti berkemah di luar ruangan!

Tidak melakukan apa-apa 

Apapun seseorang lakukan, ingat bahwa waktu itu sangat berharga dan langka. Juga bisa menghadiahi diri sendiri dengan meluangkan waktu kosong untuk tidak melakukan apa-apa. Jangan terlalu bersemangat. Santai. Jadwalkan waktu untuk tinggal di rumah dan tidak melakukan apa-apa. "Sangat penting bagi setiap orang untuk mengetahui apa yang bisa membuat mereka santai," kata Unger.

"Orang seharusnya tidak berharap bahwa apa yang bisa menyantaikan mereka akan menyantaikan orang lain juga. Jadi, ikuti insting Anda soal bagaimana menghabiskan waktu yang punyai, lakukan itu dan bisa relaks". Jika seseorang tidak ke mana-mana tahun ini, bukan berarti waktu liburan seseorang harus terkompromi. Bahkan, liburan seseorang itu kini bisa lebih santai.

Liburan di era 'new normal' Covid-19

Badan Pariwisata PBB, UNWTO, memperkirakan jumlah wisatawan internasional tahun ini berkurang antara 850 juta hingga 1,1 miliar orang akibat wabah virus corona. Berkurangnya jumlah wisatawan diperkirakan menimbulkan kerugian antara US$910 miliar hingga US$1,2 triliun. Pandemi membuat banyak wisatawan mengurungkan liburan, seperti warga Denmark, Arnakkuluk Kleist, dan keluarganya. Pembatalan liburan di Prancis dan rencana menengok keluarga di Amerika Serikat sempat membuat anak perempuannya sangat kecewa. "Ski di Prancis dan menengok saudara di Amerika semuanya dibatalkan ... anak-anak sangat kecewa," ujar Kleist.

Di tengah ketidakpastian kapan pandemi akan berakhir, banyak pihak melakukan penyesuaian di era yang sekarang biasa disebut sebagai "new normal". Diharapkan, dengan adanya penyesuaian ini, orang tetap bisa liburan atau jalan-jalan dan industri pariwisata lambat laun bisa pulih.

Berwisata di dalam negeri

Wabah virus corona memaksa banyak negara mengharuskan pendatang dari luar negeri untuk melakukan isolasi mandiri. Lama isolasi biasanya sekitar 14 hari. Ketentuan ini biasanya tak berlaku bagi mereka yang berasal dari negara dengan angka kasus rendah, atau dari negara yang dianggap sudah bisa menekan wabah. Pembatasan berupa isolasi mandiri membuat berkunjung atau jalan-jalan keluar negeri tidak lagi menjadi menyenangkan. Karena itulah Kleist kali ini memutuskan untuk berwisata di dalam negeri.

Kleist dan pasangannya berkunjung ke satu peternakan domba di Nuuk, Greenland Selatan, beberapa tahun lalu dan berencana untuk kembali lagi ke sana bulan Juli ini. Kali ini mereka berencana membawa anak-anak. "Musim panas di Nuuk suasananya sangat berbeda. Saat berada di sana [beberapa tahun lalu] kami mengatakan kami harus membawa anak-anak ke sini suatu saat nanti," kata Kleist.

"Sekarang inilah saat yang tepat," katanya.

Dr Hayley Stainton, penulis blog dan guru sekolah yang banyak mengajar tentang pariwisata, mengatakan sekarang ini makin banyak turis yang tertarik berkunjung ke pedesaan atau ke ladang-ladang pertanian. Namun ia mengingatkan kunjungan ke wilayah pedesaan bisa berdampak negatif. "Tak masalah jika pedesaan tersebut ada di negara dengan wilayah luas seperti Australia, India, atau Amerika Serikat," kata Stainton.

Tapi bagi negara-negara kecil seperti Inggris misalnya, kunjungan wisatawan dalam jumlah besar ke satu pedesaan bisa menjadikan desa itu tiba-tiba menjadi sangat ramai dan sibuk. Lonjakan pengunjung bisa menyebabkan kemacetan lalu lintas lokal. Terlepas dari potensi dampak negatif ini, sejumlah negara mendorong wisata di dalam negeri. Pemerintah Jepang misalnya meluncurkan diskon bagi pelancong, sementara Yunani menawarkan potongan pajak bagi para pelaku sektor pariwisata.

Menghadirkan suasana tujuan wisata

Danyanita Singh, fotografer dan perupa dari New Delhi memiliki kiat sendiri dalam mengatasi pembatasan perjalanan di era 'new normal'. Ia sadar dalam situasi ini, banyak negara yang masih menutup bagi wisatawan asing, namun pembatasan perjalanan bukan akhir dari segala-galanya. "Katakanlah kita ingin ke Venesia, Italia, namun itu jelas tidak dimungkinkan saat ini ... mengapa kita tak menghadirkan suasana Venesia di rumah kita?" katanya.

"Lakukan riset tentang tujuan wisata yang ingin kita kunjungi. Sekarang kita tak bisa pergi, ketika saatnya nanti kita ke sana, setidaknya kita sudah punya lebih banyak informasi tentang daerah wisata yang kita kunjungi," ujar Singh.

Justin Francis, direktur Responsible Travel di Inggris, sepakat dengan pandangan tersebut. Ia mengatakan riset atau mencari informasi akan menambah wawasan. "Kita mungkin akan mendapatkan pengalaman yang lebih memuaskan ... kita tahu tempat-tempat makan yang enak, hotel yang bagus, pasar cenderamata [yang murah], dan sebagainya," kata Francis.

Ia meminta uang yang dibelanjakan para wisatawan sebisa mungkin masuk ke para pemain wisata lokal. Dr Hayley Stainton, penulis blog wisata, mengatakan setekah lockdown berakhir, mungkin kita akan makin nyaman dan percaya diri jalan-jalan, tanpa harus bergantung pada paket yang ditawarkan biro perjalanan. "Orang-orang bosan dengan paket perjalanan tradisional," kata Stainton.

"Selama lockdown kita makin banyak menggunakan teknologi, orang-orang lebih banyak melakukan riset, memesan tiket dan hotel secara mandiri ... ke depan hal seperti ini akan makin sering kita lakukan," kata Stainton.

Karantina wilayah membuat mobilitas manusia berkurang drastis. Situasi ini menyebabkan tingkat polusi turun secara tajam di banyak tempat. Minimnya aktivitas manusia membuat binatang-binatang liar leluasa berkeliaran, fenomena yang layak disambut baik. Dr Hayley Stainton mengatakan wabah telah meningkatkan kesadaran akan pentingnya wisata yang memperhatikan kelestarian lingkungan. Dan bagi keluarga Arnakkuluk Kleist, saat ini adalah saat yang ideal untuk "kembali ke alam". "Anak saya tak banyak tahu soal peternakan domba ... ini akan menjadi sesuatu yang menyenangkan baginya," kata Kleist.

"Kami duduk semeja, menggelar peta, dan menjelaskan jalan-jalan di Greenland. Kita akan naik pesawat ke sana, kemudian menggunakan perahu untuk mencapai tujuan. Anak-anak senang sekali," katanya. (*)

Editor: Surya Dharma Panjaitan

Tags : Liburan Panjang, Berlibur Dalam Kota Saat Pandemi, Liburan Tanpa Bepergian,