Headline Sorotan   2023/12/05 16:58 WIB

Gunung Marapi Meletus Warga Berhamburan dari Kepungan Abu Vulkanik, LP3 Anak Negeri: 'Erupsi Terus Melekat Tak Lepas dari Legenda'

Gunung Marapi Meletus Warga Berhamburan dari Kepungan Abu Vulkanik, LP3 Anak Negeri: 'Erupsi Terus Melekat Tak Lepas dari Legenda'
Gunung Marapi di Sumatera Barat (Sumbar) erupsi pada Minggu 3 Desember 2023.

"Gunung Marapi di Sumatera Barat (Sumbar) erupsi pada Minggu 3 Desember 2023 sekitar pukul 14.54 WIB menyemburkan abu vulkanik sekitar 3.000 meter, membuat warga panik dan berhamburan menyelamatkan diri"

unung Marapi di Sumatera Barat (Sumbar) meletus menyemburkan abu vulkanik membuat belasan orang pendaki dilaporkan meninggal dunia.

Gubernur Sumatera Barat (Sumbar), Mahyeldi, mengunjungi posko sementara evakuasi 75 pendaki yang terkena erupsi Gunung Marapi. Sementara masih ada 26 pendaki yang terjebak.

Pada Senin 4 Desember 2023, Mahyeldi mengunjungi posko yang berada di Nagari Batu Palano, Kecamatan Sungai Pua, Kabupaten Agam.

Mahyeldi juga menginstruksikan jajarannya untuk segera melanjutkan evakuasi 26 pendaki yang masih berada di puncak Gunung Marapi.

"Kami terus meminta tim gabungan yang berada di atas untuk terus melakukan pencarian 26 korban lainnya. Korban yang ditemukan langsung kami arahkan untuk segera dibawa ke bawah agar dapat perawatan," kata Mahyeldi saat jumpa pers dengan awak media, Senin (4/12).

Ketua DPW PKS Sumbar itu menyebut Pemprov Sumbar juga sudah menyiapkan tempat penginapan sementara bagi keluarga korban.

Penginapan sementara ini menurutnya dapat digunakan oleh masyarakat yang mengunjungi posko sementara itu.

"Untuk saat ini kami juga menyediakan tempat penginapan sementara bagi keluarga korban yang menunggu anaknya. Atau yang sedang mendampingi anaknya sedang dirawat. Penginapan itu berada di RSUD Achmad Mochtar, Bukittinggi," jelasnya.

Kemudian, Mahyeldi juga menyebut warga Kabupaten Agam dan Tanah Datar yang mengalami penurunan kesehatannya dampak erupsi Gunung Marapi dapat mengunjungi posko kesehatan dan Puskemas terdekat.

Menurutnya Pemprov Sumbar sudah menginstruksikan Pemda Agam untuk memberikan pelayanan kesehatan untuk masyarakat yang terdampak.

Wawan Sudarwanto dari Lembaga Peneliti Pengembangan Pendidikan [LP3] Anak Negeri menyikapi gunung marapi yang terletak di Kabupaten Agam dan Kabupaten Tanah Datar, Sumatera Barat meletus sempat membuat warga berhamburan menyelamatkan diri.

Erupsi Gunung Marapi yang terletak di Kabupaten Agam dan Kabupaten Tanah Datar, Sumatera Barat menyemburkan abu vulkanik.

"Dari Kecamatan Sungai Pua Kabupaten Agam, suara gemuruh terdengar saat erupsi, yang membuat panik warga sekitar dan berlarian ke luar rumah."

"Banyak warga mengira awalnya gempa, tapi tidak ada guncangan, kemudian wargapun berlarian ke luar rumah baru terlihat erupsi di Marapi," ujarnya yang dikontak melalui selulernya yang terdengar terputus-putus pada Selasa (5/12/2023).

Sementara Petugas Pengamat Gunung Marapi, Ahmad Rifandi mengatakan pihaknya masih mengumpulkan data erupsi.

"Sebentar saya sedang menulis laporan," jelasnya.

Dua pendaki ditemukan meninggal dunia

Kepala Basarnas Padang, Abdul Malik, menyatakan tim gabungan telah menemukan dua pendaki dalam kondisi meninggal dunia.

Mereka merupakan bagian dari 12 korban hilang akibat erupsi Gunung Marapi.

Dengan demikian jumlah korban meninggal bertambah menjadi 13 orang, dari semula 11 orang per Selasa (05/11). Sementara itu, 10 orang lainnya masih dalam pencarian.

"Saat ini sampai pukul 12 [siang], [korban meninggal] sudah di-packing, sudah dimasukkan ke body bag, sudah proses evakuasi," kata Abdul Malik saat ditemui wartawan di Sumatra Barat.

Saat ini, di pos puncak gunung terdapat terdapat delapan jenazah yang sedang dibawa turun.

"Sedang dievakuasi ke bawah. Tim yang di bawah akan menyambut yang di atas," tambah Abdul.

Ia melanjutkan, tantangan evakuasi pada Selasa (05/12) adalah Marapi masih mengalami "lima kali erupsi sejak pagi".

"Tadi abu vulkanik turun sampai kaki bukit," kata Abdul.

Hal ini membuat jarak pandang tim evakuasi terganggu. Namun, siang ini "kondisi cukup cerah", sehingga memungkinkan untuk mengevakuasi delapan korban meninggal dari atas gunung.

Pada hari ketiga evakuasi korban yang terperangkap erupsi Gunung Marapi, Provinsi Sumatra Barat, tim SAR gabungan melibatkan 200 anggota untuk menjangkau area pencarian seluas lebih dari lima kilometer persegi.

"Pencarian dilaksanakan dengan luas area pencarian radius 800 meter dari jalur pendakian Gunung Marapi, dengan koordinat area pencarian kurang lebih 5,3 kilometer persegi," kata Arief Pratama, juru bicara Basarnas dalam keterangan tertulis, Selasa (05/12).

Data yang dirilis Basarnas, pada Selasa (05/12), pukul 07:00 WIB, menyebutkan total korban yang seluruhnya pendaki sebanyak 75 orang.

Perkembangan terbaru menyebutkan, korban meninggal menjadi 13 orang, dan 10 masih dalam pencarian.

Sejak kemarin, mulai dari siang hingga malam, tim SAR gabungan fokus untuk membawa lima korban meninggal dari pos di ketinggian 2.000 meter. 

Sebagian dari pendaki yang selamat mengalami luka bakar, patah tulang, dan dirawat di rumah sakit di Padang Panjang dan Bukittinggi.

Gunung Marapi terletak di Kabupaten Agam dan Tanah Datar dengan ketinggian 2.891 meter dari permukaan laut.

Bagaimana kondisi di lapangan?

Seorang tim evakuasi Marapi, Syahlul Munal yang berada di lokasi mengatakan, saat ini korban meninggal yang tersisa masih berada di ketinggian "2.000an" meter.

"Ditemukan tim SAR, lokasinya pisah-pisah. Ada yang di pinggir jurang, ada yang di jalur pendakian, ada yang dekat lapangan bola - ini istilahnya lapangan puncaknya," kata Munal, Senin (04/12).

Sejauh ini Tim SAR gabungan memprioritaskan untuk mengevakuasi korban meninggal. 

"Kalau yang 12 [hilang] ini, belum bisa dilakukan pencarian karena fokus 11 [meninggal] ini. Tunggu dulu gunung ini agak tenang, ditarik turun," tambah Munal.

Saat ini tim masih berada di posko di atas gunung, dan bekerja secara bergiliran selama 1x24 jam.

Persoalan yang dihadapi, karena saat ini erupsi gunung masih terus berlangsung, dan jalur evakuasi licin.

"Kita rolling terus. Kalau ada celah untuk gunung nyaman, itu bisa menarik korban meninggal secepat mungkin. Kita berpacu dengan waktu," kata Munal.

Cerita korban selamat dari gunung marapi

Tiga video yang menggambarkan tiga pendaki terjebak erupsi Gunung Marapi viral di media sosial.

Mereka merekam diri dengan kondisi kepayahan dan butuh pertolongan karena hampir seluruh badan dipenuhi abu vulkanik.

Salah satu dari korban itu adalah Zhafirah Zahrim Febrina, mahasiswa semester tiga Politeknik Negeri Padang.

Bibi dari Zhafirah, Rani Radelani, bercerita video itu direkam oleh keponakannya yang berada di Cadas -area bebatuan yang menjadi leher Gunung Marapi sekitar pukul 16.30 WIB.

Dia meminta Ife -panggilan Zhafirah- merekam dirinya sebagai bukti untuk dikirim ke tim Basarnas agar segera dilakukan pencarian dan evakuasi.

"Jadi kami tahu [keberadaannya] karena dia telepon pakai handphone temannya. Dia kontak ayahnya dan ada saya di situ. Ayahnya langsung berangkat ke Bukittinggi dan saya terus hubungi Zhafirah untuk pastikan lokasinya," ungkap Rani. 

Di telepon WhatsApp, atlet silat itu tak berhenti menangis, kata Rani.

Ife juga mengeluh kulitnya panas kena abu vulkanik.

Tapi Rani mencoba menguatkan keponakannya agar tidak menyerah dan mencoba turun pelan-pelan.

"Dia bilang ketakutan, panas, kedinginan, kehausan. Dia bilang, 'Ife haus...'".

"Saya bilang kamu harus kuat, kamu tangguh, fokus, coba turun pelan-pelan. Tapi karena dirasa nyasar, dia balik lagi ke titik tadi. Saya pesan amankan baterai handphone, gunakan shareloc ke tim SAR."

"Jadi komunikasi dengan dia masih oke, tidak linglung dan sadar."

Komunikasi terakhir dengan Zhafirah sekitar pukul 18.00 WIB karena baterai telepon selular itu habis.

Sepanjang malam hingga subuh, seluruh keluarga terus mencari tahu kabarnya apakah sudah ditemukan atau belum.

Sampai pada Senin (04/12) kira-kira pukul 04.00 WIB, seorang yang diduga anggota pencari membuat siaran langsung di TikTok.

Dari situlah mereka mengenali wajah Ife yang sedang dibopong.

"Karena tahu ada Ife di video TikTok itu, kami baru lega..."

Dari informasi Ayah Ife, keponakannya itu mengalami luka bakar di sekitar wajah dan kaki namun belum bisa diajak ngobrol panjang karena trauma.

"Paling kami tanya bagaimana masih sakit tidak? Dijawab enggak, kasih jempol aja... karena ada luka robek di kepala mungkin kena benturan."

Sepengetahuan Rani, keponakannya itu berangkat untuk mendaki Gunung Marapi pada Jumat (01/12) bersama teman-teman satu kampus.

Para pendaki berada dilokasi sebelum erupsi gunung marapi yang terletak di Kabupaten Agam dan Kabupaten Tanah Datar, Sumatera Barat.

Total mereka berangkat 10 orang.

Dan pendakian tersebut adalah pengalaman pertama Ife.

"Ini pengalaman pertamanya naik gunung setahu saya. Tapi teman-temannya sudah biasa. Jadi mungkin karena itu merasa yakin."

Erupsi Gunung Marapi yang berlangsung pada Minggu sekitar pukul 14.57 WIB mengejutkan warga sekitar lantaran tiba-tiba terasa guncangan yang cukup keras sebelum munculnya awan hitam.

Seorang warga, Novelya Wirda yang tinggal satu kilometer dari kaki gunung bercerita, guncangan tersebut terasa selama 10 sampai 15 detik.

Setelah itu, ia melihat awan hitam membumbung tinggi.

"Saat itu langit langsung berubah menjadi gelap seperti saat magrib dan tidak lama setelah itu langsung turun hujan batu," ucapnya.

Hujan batu tersebut turun bersama bebatuan kerikil dengan ukuran yang cukup besar seperti pasir yang biasa digunakan untuk bahan bangunan.

"Bahkan ada juga kerikilnya berukuran sebesar jempol kaki orang dewasa yang menghantam rumah warga sehingga membuat atapnya bocor," katanya.

Hujan batu berlangsung kurang lebih 30 menit dan setelahnya reda diikuti hujan gerimis.

Saat kejadian tersebut dia sangat khawatir kalau-kalau Gunung Marapi akan meletus dan mengeluarkan lahar.

Pasalnya ia mencium bau belerang yang sangat menyengat dan membuatnya kesulitan bernapas meskipun berada di dalam rumah.

Meski begitu katanya, belum ada warga yang mengalami batuk atau mengalami gangguan kesehatan. Kegiatan sehari-hari warga berjalan seperti biasa tapi disarankan mengenakan masker saat keluar rumah.

Dia berharap pemda bergerak cepat menginformasi kepada warga sekitar soal apa yang harus dilakukan di tengah situasi erupsi Gunung Marapi.

Mengapa BKSDA memberi izin pendakian?

Seluruh korban erupsi Marapi adalah pendaki gunung, menurut laporan Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Sumatera Barat.

PLH BKSDA Sumatera Barat, Dian Indriati, mengatakan 75 orang tersebut tercatat pada pendaftaran online pendaki Gunung Marapi mulai hari Jumat hingga Minggu pagi.

Dian Indriati menuturkan pihaknya memberikan izin pendakian Gunung Marapi karena adanya kesepakatan dengan semua pihak terkait di antaranya pemda dan Basarnas.

Selain itu BKSDA Sumbar juga sudah menyosialisasikan aturan dalam melakukan pendakian. Seperti tidak boleh mendekati kawah dan minimal pendakian berjumlah tiga orang.

Ia juga menyatakan untuk tanggap darurat, sudah ada posko siaga nagari dan juga rambu-rambu di setiap jalur pendakian.

Gunung merapi meletus di Sumbar

"Kami juga menentukan bahwa pendaki yang dibolehkan melakukan pendakian hanya yang memiliki mitigasi dan adaptasi bencana," katanya dalam sebuah pernyataan.

Apa yang terjadi pada Gunung Marapi?

Kepala Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG), Hendra Gunawan, menjelaskan Gunung Marapi sudah berstatus Waspada sejak tahun 2011.

Itu artinya warga direkomendasikan dilarang mendekat dalam radius tiga kilometer dari puncak gunung.

Status waspada dan jarak tiga kilometer tersebut diputuskan melalui pertimbangan yang matang dan analisis data.

"Dari hasil pengamatan ahli kita menyebutkan jarak tiga kilometer itu sudah jarak aman buat pendaki apabila terjadi erupsi yang sifatnya mendadak. Masyarakat masih ada jarak untuk menghindar," jelasnya.

"Dan info dari relawan di sana dilaporkan yang di daerah vegetasi relatif tidak terdampak. Jadi jarak tiga kilometer itu jauh."

Catatan PVMBG, aktivitas vulkanik Gunung Marapi paling sering terjadi di dekat permukaan yang diakibatkan oleh akumulasi gas yang dekat dengan dasar kawah.

Gas itu, sambungnya, terakumulasi pelan-pelan dan tidak terdeteksi.

Ketika sudah waktunya gas terkumpul maka akan mengeluarkan erupsi.

Peristiwa seperti itu, katanya, terjadi pada 2004 dengan jeda 2-4 tahun yakni di tahun 2006 dan 2009. Kemudian terakhir pada 2017 silam tapi tidak memakan korban jiwa.

"Karakter erupsi Gunung Marapi ini sifatnya di puncak saja yang berbahaya."

"Namun butuh waktu untuk erupsi, tapi segitu-gitu aja erupsinya. Tapi meskipun kecil, tetap jangan dekati kawah, itu kuncinya," tegas Hendra Gunawan.

Letusan yang terjadi kemarin, diduga adalah erupsi freatik atau letusan ledakan uap yang terjadi ketika magma memanaskan air tanah atau air permukaan.

Kendati demikian untuk memastikannya dia bakal menurunkan tim demi mencari bukti lebih jauh. Pasalnya erupsi Gunung Marapi yang meletus kemarin mencapai radius tiga kilometer.

Merujuk pada data yang terekam di pos pengamatan tidak ada tanda-tanda peningkatan gempa ketika erupsi pada Minggu (04/12).

Adapun gempa, jelasnya, mengindikasikan adanya dorongan dari kedalaman gunung mengeluarkan muntahan material vulkanik.

Meski tidak ada peringatan erupsi seperti pada bencana tsunami, namun rekomendasi berupa status "Waspada" sejak 2011 sebetulnya sudah menjadi tanda "peringatan keras" yang mesti dipatuhi pihak terkait seperti pemda.

Sebab bagaimanapun PVMBG, sebutnya tak punya kewenangan menutup pendakian.

"Masalahnya kita berhadapan dengan masalah lupa. Jadi tidak takut atau waspada lagi karena tahunya erupsi dua atau empat tahun lagi."

"Ditambah selama setahun tidak ada erupsi, jadi dianggap aman dan tidak ada tanda apa-apa. Itu yang kami khawatirkan."

"Sementara kita tidak tahu waktunya kapan [erupsi] dan tidak ada tanda-tanda, meskipun kita tahu ada proses [erupsi]."

Direktur RS Ahmad Mochtar Bukittinggi mengonfirmasi meninggal kedua pendaki tersebut setelah berkoordinasi dengan BPBD Riau.

Sementara 4 mahasiswa asal Riau lainnya masih dalam pencarian.

Dikutip dari akun Instagram bpbd.kotabukittinggi, korban erupsi Gunung Marapi Sumbar atas nama M Adan (Riau), M Teguh Amanda, Nazahra Adzin Mufadal (Riau), M Alfikri, dan Nurva Afitri.

Kabag Humas Kampus UIR, Harry Setiawan membenarkan meninggalnya M Adhan, mahasiswa Fakultas Hukum. Meninggalkan Adhan membawa duka mendalam di lingkungan kampus.

"Iya benar, M Adan adalah mahasiswa UIR Fakultas Hukum. Masuk UIR tahun 2020 lalu," sebutnya.

Dua orang mahasiswa asal Riau dilaporkan meninggal dunia. Keduanya yaitu M Adan (21) dan Nazatra Adzin Mufadhal (22).

Mereka berdua meruapakan warga Kota Pekanbaru.

"Hasil kordinasi dengan Direktur RS Ahmad Mochtar Bukittinggi, ada 2 pendaki Gunung Marapi asal Riau yang meninggal dunia. Atas nama M Adan dan Nazatra Adzin Mufadhal," ujar Kabid Rehabilitasi dan Rekonstruksi BPBD Riau Rozita, Senin (4/12) malam.

Rozita menyebutkan, masih ada 4 mahasiswa asal Riau lainnya masih dalam pencarian. Sedangkan 23 pendaki Marapi dilaporkan selamat dan mendapat perawatan di rumah sakit setempat.

Petugas pemantau Gunung Merapi, Ahmad Rifandi mengatakan, erupsi terjadi pada Minggu kemarin pukul 14.54 WIB.

"Tinggi kolom letusan teramati sekitar 3.000 m di atas puncak atau sekitar 5.891 m di atas permukaan laut. Kolom abu teramati berwarna kelabu dengan intensitas tebal ke arah timur," katanya.

Dia mengimbau masyarakat di sekitar Gunung Marapi dan pengunjung atau wisatawan tidak diperbolehkan mendaki Gunung Marapi pada radius 3 Km dari kawah/puncak.

Diketahui, Gunung Marapi merupakan salah satu gunung aktif di Sumatera Barat. Gunung ini terletak di wilayah Kabupaten Agam dan Kabupaten Tanah Datar, Sumatera Barat dengan ketinggian 2.891 mdpl.

Tetapi Wawan Sudarwanto melaporkan kondisi saat ini usai meletusnya Gunung Merapi Sumbar ini.   

Kota Bukittinggi terlihat kembali terpapar kabut asap dan abu vulkanik dari erupsi Gunung Marapi pada Selasa 5 Desember 2023 ini.

Berdasarkan catatan pihak BMKG abu vulkanik ini mengarah ke sisi barat daya, melibatkan wilayah seperti Kota Bukittinggi, Kabupaten Agam, Padang Panjang, dan sebagian Tanah Datar.

"Warga merasakan perbedaan dengan hari pertama erupsi, di mana hujan abu memenuhi langit Bukittinggi," kata Wawan.

"Saat ini warga lebih banyak berdiam di rumah karena kondisi udara tidak sehat. Warga mematuhi imbauan pemerintah untuk tidak keluar rumah.

Erupsi Gunung Marapi pada Selasa pagi tercatat dengan amplitudo maksimum 25.1 milimeter dan durasi 1 menit 20 detik, menurut informasi dari Petugas Gunung Api (PGA).

Pemerintah setempat terus mengambil langkah-langkah tegas untuk mengatasi dampak erupsi ini. Termasuk memberikan imbauan ke warga agar mengenakan masker.

Walikota Bukittinggi, Erman Safar, memberikan imbauan kepada warga agar memperketat penggunaan masker dan pengaman lainnya.

"Jangan keluar rumah dulu. Petugas BPBD sedang melakukan pembersihan material hujan abu, termasuk di lokasi Jam Gadang," tegasnya.

Erman menambahkan langkah-langkah keamanan seperti mencari tempat perlindungan saat di luar ruangan, menggunakan masker, sapu tangan, atau pakaian untuk menutup mulut dan hidung dari abu erupsi.

Dampak utama dari abu vulkanik ini adalah gangguan pernapasan, terutama pada anak, orang tua, dan penderita penyakit paru-paru seperti asma.

Pihak BPBD mencatat daftar pendaki yang dilaporkan yaitu:

1. Elika Maharani, 2. Dewi Anggraini, 3. Naomi Joana Simanjuntak, 4. Sri Wahyuni, 5. Benget Hasiholan Maremare, 6. Lolita Veronica, 7. Diyah Surya Purnama Sari, 8. Syaiful Anwar, 9. Ahmad Albar, 10. Lidia Fatmasari, 11. Brima Danu, 12. Ikhwanudin, 13. Firnando Situmorang, 14. Iqbal, 15. Jeni, 16. Toni Alifian, 17. Al Fajri, 18. Selastri Anggini, 19. Nur Rizki, 20. Nazatra Adzin Mufadhal (meninggal dunia), 21. M. Wilki Saputra (belum turun), 22. M. Ridho Kurniawan (belum turun), 23. Ilham Nanda Bintang (belum turun), 24. M. Adhan (meninggal dunia), 25. Aditya Sukirno Putra, 26. M. Arbi Muharman (belum turun), 27. M. Alif, 28. Lingga Duta Andrefa, 29. M. Faith Ewaldo

Erupsi gunung marapi sumbar ada legendanya

Wawan Sudarwanto sedikit mencerita mengapa gunung merapi Sumbar selalu erupsi yang tak lepas dari adanya kisah yang melegenda.

Gunung di Kabupaten Agam dan Tanah Datar, Sumatera Barat baru saja meletus dengan dahsyat pada Minggu, 3 Desember 2023.

Tingginya kolom abu letusan hingga menembus awan membuat ketinggian letusan tidak tercatat di Pos Pengamat Gunung Api Marapi.

Tercatat sebanyak 14 dari 16 kecamatan di daerah tersebut terdampak hujan abu dan batu usai Gunung Marapi erupsi.

Persiapan tim SAR gabungan dalam pencarian korban yang terperangkap erupsi Gunung Marapi.

"Gunung marapi Sumbar termasuk salah satu gunung berapi paling aktif di wilayah Sumatera. Kawasan gunung ini terletak dalam wilayah administrasi Kabupaten Agam dan Kabupaten Tanah Datar," kata Wawan.

Menurutnya, ketinggian gunung mencapai 2.891 meter di atas permukaan laut, gunung ini terlihat dari kota-kota seperti Bukittinggi, Kota Padang Panjang, dan Kabupaten Tanah Datar.

Tetapi Ia tidak menampik keindahan Gunung Marapi di Sumatera Barat menyimpan beberapa legenda yang sudah turun temurun sejak ratusan tahun lalu.

Menurut legenda dan cerita turun-temurun, gunung ini merupakan tempat pertama yang dihuni oleh orang Minangkabau.

Dikisahkan, bahwa orang Minangkabau pertama kali menetap di gunung ini saat ukurannya hanya sekecil telur dan dikelilingi oleh air.

Di sekitar wilayah ini terdapat banyak batu penguburan tegak atau menhir yang mengarah ke arah gunung, dan mencerminkan aspek budaya mereka. 

Tambo, sebuah kumpulan hikayat yang menjelaskan banyak sejarah Minangkabau, termasuk asal-usul mereka, menjadi sumber informasi penting dalam memahami sejarah leluhur orang Minangkabau.

Tambo juga mencakup aturan-aturan adat yang masih relevan hingga sekarang.

Berdasarkan tambo, diketahui bahwa leluhur orang Minangkabau berasal dari lereng Gunung Marapi.

Seiring berjalannya waktu, menurut tambo, Nagari Tuo Pariangan muncul di Kabupaten Tanah Datar.

Ini merupakan wilayah pertama yang menjadi tempat tinggal dan dimana terbentuknya sistem pemerintahan berbasis Nagari yang masih berlaku hingga saat ini.

Hal ini ditandai dengan ditemukannya Nagari Pariangan di Kabupaten Tanah Datar, tidak jauh dari Kota Batusangkar.

Legenda ini juga mengaitkan asal-usul Minangkabau dengan Raja Alexander Agung, yang memiliki tiga putra dan membawa mereka berlayar ke berbagai wilayah, termasuk Sumatera Barat.

Pada tanggal 8 September 1830, catatan mencatat bahwa gunung ini melepaskan awan berbentuk kembang kol berwarna abu-abu kehitaman yang tebalnya mencapai 1.500 meter di atas kawah, disertai dengan gemuruh.

Pada tanggal 30 April 1979, laporan pers melaporkan bahwa letusan gunung ini menewaskan 60 orang dan mengubur 19 orang penyelamat di bawah longsoran tanah. Letusan ini juga merusak setidaknya 5 permukiman penduduk.

Gunung Marapi, yang terletak di Provinsi Sumatera Barat, Indonesia, memiliki berbagai legenda yang melekat dalam budaya lokal.

Salah satu legenda yang populer adalah kisah tentang "Puti Bungsu," yang sering dikaitkan dengan gunung ini.

Meskipun versi ceritanya dapat bervariasi, berikut adalah salah satu versi yang umum diceritakan: Dikisahkan, ada seorang putri cantik bernama Puti Bungsu yang hidup di sebuah desa di kaki Gunung Marapi.

Putri ini memiliki pesona yang luar biasa, dan banyak pemuda dari berbagai desa yang jatuh cinta padanya.

Namun, Puti Bungsu hanya memiliki hati untuk seorang pemuda miskin dari desa tetangga yang bernama Marapian.

Cinta mereka dihadang oleh seorang raja jahat yang ingin menjadikan Puti Bungsu sebagai istri kedua. Puti Bungsu menolak dengan tegas, dan raja itu marah.

Dalam kemarahannya, raja memerintahkan untuk menjebak Marapian dengan tuduhan palsu dan menghukumnya mati.

Tim SAR melakukan evakuasi korban erupsi Gunung Marapi yang mengalami luka bakar di jalur pendakian proklamator, Nagari Batu Palano, Agam, Sumatera Barat, Senin (4/12/2023) dini hari.

Marapian dihukum mati dengan cara dibakar hidup-hidup di lereng Gunung Marapi.

Puti Bungsu, yang tahu bahwa Marapian tidak bersalah, merasa sangat sedih dan putus asa.

Dia memohon kepada Tuhan agar mengembalikan Marapian, dan dengan ajaib, gunung tersebut meletus dan menyemburkan api yang membara.

Namun, alih-alih membawa malapetaka, letusan gunung itu malah menjadi tanda keajaiban.

Marapian yang seharusnya terbakar hidup-hidup justru muncul dari pusaran asap dan api sebagai pahlawan yang tak terlukai.

Puti Bungsu dan Marapian akhirnya bersatu kembali, dan letusan gunung dianggap sebagai pertanda kekuatan cinta sejati.

Legenda ini menjadi cerminan nilai-nilai keadilan, cinta sejati, dan keajaiban alam dalam budaya masyarakat setempat. Gunung Marapi sendiri dianggap sebagai tempat yang sarat dengan spiritualitas dan kekuatan mistis, mengingatkan penduduk setempat akan kisah-kisah lama yang turun-temurun. (*)

Tags : Gunung Merapi, Gunung, Erupsi, Gunung Marapi Meletus, Gunung Marapi Erupsi, Gunung Merapi Sumbar Meletus, Indonesia, Bencana alam, Alam, Sorotan,