Headline Riau   2023/02/06 15:30 WIB

Musim Kemarau Kering Mulai Landa Riau, Pemprov Lakukan Koordinasi dengan Pemerintah Kabupaten/Kota

Musim Kemarau Kering Mulai Landa Riau, Pemprov Lakukan Koordinasi dengan Pemerintah Kabupaten/Kota

Pemprov Riau melakukan koordinasi dengan Pemerintah Kabupaten/Kota terkait untuk menghadapi musim kemarau seperti paparan pihak BMKG.

PEKANBARU, RIAUPAGI.COM - Hujan diprediksi masih akan turun hingga Maret-April. Meskipun, fenomena El Nino menyebabkan curah hujan menurun dan musim kemarau kering yang dimulai Februari nanti.

Sebelumnya, pihak Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mengungkapkan beberapa wilayah di Indonesia sebetulnya sudah memasuki musim kemarau pada Februari 2023.

"Maret mayoritas hijau; curah hujan tinggi...April mayoritas hijau," kata Kepala BMKG, Dwikorita Karnawati pada jumpa pers Jumat (27/1).

Dwikorita mengatakan, beberapa wilayah di Indonesia sebetulnya sudah memasuki musim kemarau pada Februari. Hal tersebut ditandai dengan menurunnya curah hujan di beberapa wilayah.

Dwikorita mencontohkan di wilayah Riau, Sumatra Utara, dan Jambi. Di wilayah-wilayah tersebut, curah hujan bulanan mulai menurun pada Februari.

"Perlu dicermati yang berwarna coklat-coklat mulai muncul di bulan Februari di Riau, Sumatra Utara dan Jambi. Ini merupakan indikasi bahwa curah hujan bulanan menurun artinya rendah. Itu bisa dianggap sebagai kemarau," kata dia.

Pada Januari ini, curah hujan masih relatif tinggi. Sebelumnya, Deputi Bidang Meteorologi BKMG, Guswanto pada Sabtu (28/1), menuturkan ada beberapa hal yang menyebabkan hal tersebut terjadi.

Pertama, Osilasi Madden-Julian (MJO) yang diprediksi mulai aktif kembali di wilayah barat Indonesia.

Kedua, Monsun Asia dan aliran lintas ekuator. Ketiga, perlambatan angin dan belokan angin di sekitar wilayah Indonesia.

Keempat, bibit siklon tropis 94S di Samudera Hindia sebelah barat daya Lampung dengan kecepatan angin maksimum 37 kilometer per jam dan tekanan udara minimum 1.005 milibar.

Kelima, bibit siklon tropis 90B yang berada di Samudera Hindia sebelah barat Aceh dengan kecepatan angin maksimum 37 kilometer per jam dan tekanan udara minimum 1.006 milibar.

Potensi kedua bibit siklon tropis tersebut untuk tumbuh menjadi siklon tropis dalam 24 jam ke depan berada dalam kategori rendah.

"Kondisi tersebut dapat berkontribusi meningkatkan pertumbuhan awan hujan dan potensi cuaca signifikan dalam sepekan ke depan," ungkap Guswanto.

Hal itu berdampak kepada hujan lebat pada periode 28-30 Januari 2023 di sebagian wilayah Aceh, Sumatera Barat, Bengkulu, Kepulauan Riau, Jawa Tengah, Yogyakarta, Jawa Timur, Kalimantan Selatan, dan Sulawesi Utara.

Fenomena El Nino

Penurunan curah hujan sendiri disebabkan oleh El Nino. Fenomena tersebut merupakan kebalikan dari La Nina, yang membuat musim kemarau menjadi basah.

"Dengan adanya prediksi ini El Nino itu aliran massa udara basah dari Indonesia berbalik ke Samudera Pasifik. Jadi yang Indonesia menjadi kering karena aliran massa udara ini bergerak ke Samudra Pasifik jadi ini lawan dari La Nina," katanya.

Musim kemarau kering disertai curah hujan rendah akan terjadi berbeda-beda di wilayah Indonesia. Di wilayah Jawa Timur (Jatim), musim kemarau kering akan mulai terjadi pada bulan Mei dengan curah hujan rendah kurang dari 100 mm per bulan.

"Jatim merata pada bulan Mei. Ini curah hujan rendah kurang 100 mm per bulan," ucap Dwikorita.

Dia juga mengatakan beberapa wilayah Pulau Jawa, Bali, dan Nusa Tenggara menghadapi fase transisi pada Maret-Mei.
"Yang harus diwaspadai biasanya fenomena cuaca ekstrem yang sering muncul, angin kencang angin puting beliung dan bisa jadi hujan lebat meskipun singkat," urai dia.

Pada Juni, BMKG memperkirakan penurunan curah hujan terjadi di Maluku bagian utara serta Papua bagian tengah dan selatan. Pada saat yang sama, katanya, penurunan curah hujan di Jawa dan Sumatera semakin meluas.

"Juni-Juli semakin merona oranye-coklat, artinya curah hujan semakin rendah dan semakin luas," jelas Dwikorita.

Akhir Kemarau

Kepala Pusat Informasi Perubahan Iklim BMKG Dodo Gunawan memperkirakan El Nino yang terbilang lemah akan melanda setidaknya hingga Agustus. Ia pun memprediksi kekeringan tuntas pada Oktober.

"Peluang 50 persen untuk mengalami El Nino lemah itu pada periode Juni, Juli, Agustus. Dampak kekeringan, ya," ujar dia, dalam konferensi pers yang sama.

"Ini curah hujan berkurang, kita harus mengantisipasi kekeringan tapi inshallah engga panjang, Oktober semoga sudah selesai," tandas dia.

"Dwikorita Karnawati menyampaikan musim kemarau akan terjadi tahun 2023 ini."

Dari laporan tersebut diperkirakan, Riau akan mulai terjadi kemarau kering pada bulan Mei hingga Agustus bahkan sampai September mendatang.

Informasi tersebut diterima Gubernur Riau (Gubri), Syamsuar saat audiensi bersama Kepala BMKG pusat tersebut. Gubri bakal berkoordinasi dengan pemerintah kabupaten/kota dan Forum Koordinasi Pimpinan Daerah (Forkopimda) Provinsi Riau untuk mengatasi ancaman Kebakaran Hutan dan Lahan (Karhutla). 

"Akan dilakukan koordinasi, baik kabupaten/kota maupun Forkopimda agar kita nanti dapat mengatasi jika terjadi sesuatu hal yang tidak kita harapkan," sebut Gubri usai audiensj, Minggu (5/2/2023). 

Saat audiensi dengan Kepala BMKG Dwikorita Karnawati, Gubernur Syamsuar juga menjelaskan bahwa di Riau ada namanya Dashboard Lancang Kuning. Aplikasi tersebut sangat membantu dalam upaya penanganan Kebakaran Hutan dan Lahan (Karhutla).

"Aplikasi Dashboard Lancang Kuning ini digagas oleh Polda Riau," sebut Syamsuar kepada Kepala BMKG Nasional saat audiensi.

Gubri mengatakan, aplikasi Dashboard Lancang Kuning tersebut dapat mengetahui secara dini jumlah hotspot yang ada di Riau.  Sehingga jika terpantau titik api maka akan dilakukan peninjauan ke lokasi dan melakukan pemadaman supaya api tidak membesar. 

"Jadi dari aplikasi ini terpantau titik api secara dini sehingga kita bisa langsung kelapangan untuk melakukan pemadaman supaya tidak meluas," pungkasnya.

Sebelumnya, Gubri Syamsuar dan pihak BMKG melakukan audiensi membahas kemarau dan ancaman Karhutla 2023.

BMKG memprediksi Indonesia, khususnya Provinsi Riau akan menghadapi musim kemarau kering. Saat ini curah hujan sudah berkurang di Riau.

Untuk cuaca pagi hingga siang cenderung cerah berawan. Dengan suhu udara tak begitu terik bisa 32 derajat celcius.

"Sore hingga malam hari ada potensi hujan intensitas ringan hingga sedang. Bisa terjadi di sebagian wilayah Kepulauan Meranti, Rokan Hilir, Bengkalis, Kampar, Siak, Indragiri Hilir, Pekanbaru, dan Pelalawan," kata Sanya, petugas Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Stasiun Pekanbaru, Senin (6/2/2023).

Untuk arah angin Barat Laut ke Timur Laut  dengan kecepatan 10 hingga 38 km/jam. Prakiraan tinggi gelombang di perairan Provinsi Riau berkisar antara 0,5 sampai 1,25 meter.

Saat berkunjung ke kediaman Gubernur Riau, Minggu 5 Februari 2023 Kepala BMKG Dwikorita Karnawati yang didampingi Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Provinsi Riau, Edy Afrizal, Gubernur Riau Syamsuar mengatakan audiensi bersama bertujuan untuk meningkatkan kewaspadaan daerah terkait musim hujan yang saat ini masih terjadi. Diperkirakan tidak begitu lama juga akan terjadi musim kemarau. 

"Kita menerima kunjungan kerja dari Kepala BMKG Pusat. Beliau ini menyampaikan perkiraan cuaca tahun 2023 ini," sebut Gubri Syamsuar usai audiensi.

"Tentunya dengan adanya pertemuan tadi tentunya lebih meningkatkan kewaspadaan kita di daerah, yang mana saat ini musim hujan, tentunya bisa terjadi banjir. Kedepannya juga akan ada musim kering," sambung Gubri Syamsuar. 

"Dari jauh hari kita sudah mempersiapkan diri dari berbagai kemungkinan yang akan terjadi, baik yang disebabkan oleh curah hujan maupun datangnya musim kering yang diperkirakan Mei mendatang," terangnya. 

Gubernur Syamsuar juga mengucapkan terima kasih kepada Kepala BMKG, Dwikorita Karnawati yang sudah memberikan informasi-informasi terkait musim kemarau yang akan terjadi tahun 2023 ini. 

"Tentunya kami mengucapkan terima kasih pada Kepala BMKG Dwikorita Karnawati, semoga apa yang disampaikan tidak terjadi di Bumi Melayu Lancang Kuning," harap Syamsuar.

Kepala BMKG Dwikorita Karnawati menyampaikan ucapan terima kasih kepada Gubri Syamsuar yang telah memberi ruang dalam kesibukannya untuk melakukan audiensi.

Ia menjelaskan bahwa tahun 2023 ini diprediksi akan terjadi kemarau kering. Sedangkan pada tahun sebelumnya 2020-2022 adalah kemarau basah. Maka dari itu perlu kesiagaan agar tidak terjadi kebakaran hutan dan lahan di Provinsi Riau. 

"Diperkirakan Februari minggu ke 4 kemarau yang pertama, kemudian Maret dan April hujan lagi, kemudian Mei mengering, Juni sampai September itu kemarau kering," terangnya. 

Ia juga berharap perkiraan-perkiraan yang disampaikan kepada Gubernur Syamsuar tidak terjadi. Untuk itu perlu kewaspadaan daerah agar bisa mengendalikan Karhutla supaya tidak terjadi seperti tahun 2018 atau 2019 lalu. (*)

Tags : Musim Kemarau Kering, Riau Mulai Dilanda Musim Kemarau, Pemprov Lakukan Koordinasi dengan Pemerintah Kabupaten/Kota Hadapi Kemarau,