Sorotan   2023/05/03 10:50 WIB

Hutan TNBT Simpan Harta Karun Berupa Uranium untuk Bahan Nuklir, 'Tapi Efeknya Bisa Memorak-Porandakan Isi Jagad Alam di Inhu'

Hutan TNBT Simpan Harta Karun Berupa Uranium untuk Bahan Nuklir, 'Tapi Efeknya Bisa Memorak-Porandakan Isi Jagad Alam di Inhu'

"Pemerintah resmi menerbitkan Peraturan Pemerintah Nomor 52 Tahun 2022 yang mengatur pertambangan bahan galian nuklir di Tanah Air. Melalui aturan ini, celah penambangan dan pengolahan bahan baku nuklir semakin terbuka lebar"

eperti di wilayah Kabupaten Indragiri Hulu (Inhu), Riau yang menyimpan harta karun berupa batu-batuan uranium yang bisa dijadikan bahan nuklir, tapi sampai sekarang tidak potensial untuk digali dan dieksplorasi.

"Khususnya di lokasi hutan Taman Nasional Bukit Tigapuluh (TNBT), Inhu itu terdapat batu-batuan uranium yang mengandung berbahan nuklir, kelihatan pemerintah setempat tidak bisa berbuat apa-apa selain terpendam begitu saja."

"Kita sudah pernah melakukan peninjauan disana, perkiraan sementara ada lebih dari ratusan ton, batu uranium tersimpan dan terpendam disetiap lapisan tanah dalam lokasi dan di lereng bukit terjal sekitar TNBT," kata salah satu staf pengajar dosen di Universitas Riau (Unri) dalam bincang-bicangnya dengan riaupagi.com belum lama ini di Pematang Reba, Inhu.

Salah satu Dosen tehknik Unri yang minta tidak disebutkan namanya itu mengungkapkan bahan galian nuklir yang potensial di Inhu yakni berupa uranium dan thorium.

Tetapi Dosen Tehknik Unri itu kembali menyebutkan beberapa wilayah di Indonesia yang menyimpan potensi bahan galian nuklir tersebut, selain Inhu di antaranya adalah Kalimantan Barat, Sulawesi Barat, dan Bangka Belitung.

Selain itu, dia juga menyebutkan wilayah Papua turut menjadi wilayah yang potensial untuk digali potensi bahan baku nuklir.

Batu  thorium

"Daerah mana saja yang menjadi lokasi, di antaranya ada Kalimantan Barat, di Mamuju, Sulawesi Barat, dan juga di Bangka Belitung, daerah ini potensial. Dan mungkin potensial lagi di Inhu, tapi kami belum sampai masuk lebih ke dalam daerah-daerah yang mungkin sekitar TNBT," ungkapnya.

Menurutnya, potensi uranium di Inhu diperkirakan mencapai sebesar ratusan ton. "Jadi kami mencatat yang saat ini data terakhir ada 50 ribuan ton uranium. Hanya saja data itu tentu harus update terus menerus untuk diberikan pada BRIN (Badan Riset dan Inovasi Nasional)," sebutnya.

Bahan nuklir tersebar di tanah air

Badan Tenaga Nuklir Nasional (Batan) menyatakan banyak wilayah di tanah air memiliki sumber bahan baku untuk dijadikan bahan bakar nuklir pada pembangkit listrik tenaga nuklir (PLTN).

"Di Kalimantan Barat ada 17.005 ton, di Kalimantan Timur ada 17.861 ton," kata Kepala Pusat Teknologi Bahan Galian Nuklir (PTBGN) Batan Yarianto Sugeng Budi Susilo, Rabu (15/7/2022) lalu.

Yarianto menuturkan selain di Kalimantan Barat memiliki 17.005 ton deposit uranium, di Nusa Tenggara Timur, juga pernah dilakukan prospeksi pendahuluan pada 1980 di daerah Flores Tengah, namun kurang menarik dan sampai saat ini belum dilakukan eksplorasi lagi.

Sejauh ini, sumber daya uranium yang terdata di Indonesia ada sekitar 81.090 ton dengan sebaran di Kalimantan Barat, Kalimantan Timur, Kalimantan Tengah, Sumatera Utara, Bangka Belitung, Singkep, dan Sulawesi Barat.

Di Kalimantan Tengah, ada deposit uranium sebanyak 10.864 ton. Di Sumatera Utara ada 490 ton. Kemudian, 3.792 ton di Sulawesi Barat, serta 25.715 ton di Bangka Belitung, dan Singkep. Untuk mengolah uranium menjadi bahan bakar nuklir memerlukan proses yang cukup panjang.

Pertama, penambangan dengan peledak atau alat berat untuk mendapatkan bijih uranium. Bongkahan batu di chrusher untuk ukuran bijih yang kecil, kemudian proses milling untuk mendapatkan bijih uranium yang seperti bubuk (fine uranium ore).

Tahap berikutnya adalah pelindian (leaching) dengan asam sulfat untuk mendapatkan larutan uranil sulfat. Kemudian, dilakukan pemurnian dengan ion exchange untuk mendapatkan larutan konsentrat uranium (U) dan dilanjutkan dengan tahap pengendapan bertingkat menggunakan NH4OH.

Kemudian, masuk ke dalam filter dan dikeringkan untuk mendapatkan yellowcake. Dari yellowcake, diperoleh amonium diuranat dengan konsentrasi uranium lebih dari 60 persen. Yellowcake itu sudah laku dijual.

"Namun yellowcake belum bisa sebagai bahan bakar, karena harus dimurnikan sampai grade nuklir lebih dari 99 persen," ujarnya.

Kemudian, dikonversi menjadi uranium heksafluorida (UF6) untuk proses pengkayaan. UF6 yang dikayakan (enriched UF6) tersebut direkonversi menjadi uranium dioksida (UO2) yang siap difabrikasi menjadi pelet, kelongsong, batang bahan bajar, dan bundel bahan bakar.

Tambang uranium

Untuk siklus bahan bakar nuklir, Yarianto menuturkan secara teknologi, Batan sudah siap. Hanya satu proses yang sensitif, yaitu untuk pengkayaan uranium 235.

"Teknologi itu sangat sensitif karena jika kita melakukan ini bisa dicurigai mau bikin bom nuklir, seperti Iran," ujar Yarianto.

Untuk PLTN uranium dikayakan sampai 3-4 persen, kalau bom nuklir sampai 90 persen. Yarianto mengatakan di Indonesia, belum banyak eksplorasi thorium (Th).

Thorium itu berasosiasi dengan logam tanah jarang dalam monasit. Selain di sabuk timah (tin belt) dari Batam, Kepulauan Riau, Bangka Belitung dan Kalimantan Barat, thorium juga terdapat di Mamuju, Sulawesi Barat. Daerah lain belum diinventarisasi.

Indonesia memiliki kandungan yang sudah terinventarisasi sebanyak 140 ribu ton thorium, yang bisa diolah menjadi sumber bahan bakar nuklir. Di dunia, kandungan thorium lebih banyak empat kali dibanding uranium.

Thorium berpotensi menjadi bahan bakar masa depan. Namun, teknologi saat ini masih terus dikembangkan, belum ada yang komersial untuk PLTN berbahan bakar thorium.

Prinsipnya, thorium diubah dulu menjadi uranium 233 (U 233) dengan ditembak netron. U 233 itu dapat digunakan sebagai bahan bakar nuklir.

Tetapi kembali disebutkan dosen Unri itu, kegunaan dari kedua komoditas (uranium dan thorium) bisa digunakan sebagai pembangkit listrik. Namun, pembangkit listrik dari thorium lebih efisien.

"Jadi TNBT menyimpan potensi sumber daya alam yang cukup untuk pengadaan energi nuklir."

"Potensi uranium yang ada di TNBT terdapat sebanyak puluhan ribu ton. Sedangkan untuk thorium juga cukup potensial. Kita patut bersyukur bahwasannya Riau dikaruniai sumber daya alam yang cukup terkait nuklir untuk uranium dan thorium," terangnya..

Menurut disen tehknik Unri ini, dengan adanya ratusan ribu potensi sumber daya alam untuk energi nuklir tersebut bisa mencukupi sebagai modal dalam memenuhi kecukupan energi dengan nuklir.

"Saya kira itu cukup sebagai sumber daya modal kita untuk kebutuhan energi menggunakan nuklir ini," tuturnya.

"Dari total tersebut bahan baku pun tersebar di beberapa kota, di antaranya di Sumatera, Kalimantan, dan Sulawesi. Sumatera tercatat memiliki sekitar 31.567 ton uranium dan 126.821 ton thorium. Sementara Kalimantan memiliki sebanyak 45.731 ton uranium dan 7.028 ton thorium. Sulawesi memiliki 3.793 ton uranium dan 6.562 ton," berdasarkan data dari World Nuclear Association pada 2019.

Jadi, cadangan uranium dunia diketahui mencapai 6,14 juta ton dengan produksi mencapai 54,7 ribu ton. Australia menempati negara dengan persediaan uranium terbanyak hingga 1,7 juta ton. Kemudian, disusul oleh Kazakhstan di urutan kedua dengan porsi kontribusi sebesar 15% dari total cadangan dunia. Kanada di urutan ketiga dengan cadangan uranium mencapai 564,9 ribu ton atau setara 9% dari cadangan dunia.

Tetapi mengutip seperti disebutkan Anggota Dewan Energi Nasional (DEN), Rinaldy Dalimi, uranium selain memiliki harga yang mahal juga berbahaya yang dinilai bisa menimbulkan radiasi.

"Kita berbeda dengan negara seperti Korea dan Jepang yang tidak punya banyak kekayaan sumber energi. Kalau mereka mengembangkan nuklir karena memang tidak punya banyak pilihan. Kalau kita masih punya banyak sumber energi lain yang lebih aman dan lebih murah," kata Rinaldy Dalimi yang menambahkan selain potensi uranium yang tinggi Indonesia kaya akan sumber-sumber energi alternatif lain seperti panas bumi, air, angin, matahari, dan sebagainya.

"Sumber-sumber energi alternatif tersebut lebih diprioritaskan pengembangannya dibanding nuklir."

"Tetapi penggunaan uranium pasti akan menimbulkan radiasi. Perlu teknologi tinggi untuk mengolah polusi radioaktif yang ditimbulkan uranium menjadi tidak berbahaya bagi manusia dan lingkungan sekitar," katanya.

Menurut perhitungannya, penggunaan uranium juga tidak ekonomis, rata-rata harga listrik dari PLTN mencapai di atas US$ 15 sen/kWh atau sekitar Rp 1.950/kWh (dengan asumsi kurs dolar Rp 13.000), jauh lebih mahal dibanding listrik dari batu bara dan banyak sumber energi lain.

Bila ingin mengembangkan PLTN berbahan bakar uranium di Indonesia, BATAN harus menguasai dulu teknologi yang membuat uranium aman dan murah.

"BATAN harus kuasai teknologinya dulu, itu yang kita minta di RUEN (Rencana Umum Energi Nasional). Kita minta teknologi yang membuat itu (uranium) tidak berbahaya, kita tunggu lah," tukasnya.

Sebelumnya, BATAN mengaku beberapa waktu lalu melakukan eksplorasi mineral radioaktif (bahan galian nuklir) di beberapa daerah di Indonesia. Hasilnya, ditemukan sejumlah potensi uranium di beberapa tempat.

Potensi mineral uranium telah ditemukan BATAN berada di daerah Kalan, Melawi, Kalimantan Barat.

Selain Kalan, ada beberapa daerah yang potensial lainnya memiliki kandungan uranium, seperti di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, Kabupaten Mamuju, Sulawesi Barat, Sibolga Sumatera Utara, dan Biak Papua. BATAN menghitung besaran potensi uranium di Indonesia mencapai 7.000 ton.

Bahan galian nuklir bisa di jual dan diekspor 

Pada 12 Desember 2022 Pemerintah Indonesia telah mengeluarkan Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 52 Tahun 2022 tentang Keselamatan dan Keamanan Pertambangan Bahan Galian Nuklir. Peraturan tersebut mengatur mengenai aspek pada seluruh tahapan pertambangan bahan galian nuklir.

"Dalam peraturan dijelaskan bahwa pertambangan bahan galian nuklir dikelompokkan menjadi tiga jenis yakni pertambangan mineral radioaktif, pengolahan mineral ikutan radioaktif, dan penyimpanan mineral ikutan radioaktif."

“Indonesia dikaruniai sumber daya alam yang cukup terkait bahan bakar nuklir dalam bentuk Uranium dan Thorium. Untuk Uranium terdapat sekitar 90 ribu ton dan Thorium sekitar 140 ribu ton. Sudah cukup modal kita untuk memenuhi kebutuhan energi menggunakan tenaga nuklir ini,” ungkap Kepala Organisasi Riset Tenaga Nuklir (ORTN) - Badan Riset dan Inovasi nasional (BRIN) Rohadi Awaludin dalam program acara Closing Bell di CNBC Indonesia pada Kamis (15/12/2022) kemarin.

Rohadi menyampaikan bahwa di Indonesia telah dipetakan beberapa daerah yang memiliki potensi sebagai daerah tambang Uranium dan Thorium.

Namun menurutnya hingga saat ini belum ada pengusaha yang tertarik untuk mengolah mineral tersebut.

“Pengolahan mineral Uranium dan Thorium akan dimulai jika Indonesia sudah membangun Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN). Artinya lebih ke hulu, ke bahan galian nuklir,” ujarnya.

Dengan penetapan target pemerintah untuk Net Zero Emission (NZE) pada 2060 Rohadi berharap tenaga nuklir dapat dijadikan energi alternatif penyumbang suplai energi yang besar bagi pertumbuhan ekonomi di Indonesia.

“Ketika seluruh sumber daya energi harus dimanfaatkan, termasuk nuklir, kami berharap pemerintah segera menetapkan untuk membangun PLTN di Indonesia,” harapnya.

Menurut Rohadi PLTN memiliki beberapa kelebihan jika dibandingkan dengan pembangkit listrik lainnya.

“PLTN menghasillkan listrik yang stabil, tidak memancarkan gas rumah kaca dan hanya membutuhkan bahan bakar dalam jumlah yang kecil, sehingga dapat menjamin stabilitas pasokan listrik,” katanya.

Lebih lanjut Rohadi menjelaskan bahwa dalam menentukan lokasi penambangan maupun lokasi PLTN harus memperhatikan aspek 3S, yaitu Safety, Security, dan Safeguards.

“Untuk lokasi penambangan yang lebih diperhatikan adalah aspek security. Untuk PLTN ketiga aspek harus dipastikan terpenuhi dengan baik. Sebelum melakukan kegiatan ada analisis keselamatan terlebih dahulu untuk mengajukan izin ke Badan Pengawas Tenaga Nuklir (BAPETEN, red.), yaitu dengan dilakukan evaluasi terhadap tiga aspek tersebut,” terangnya.

Rohadi berharap, meskipun bahan galian nuklir ke depan akan dijual dan diekspor tetapi sebaiknya sumber daya energi ini dimanfaatkan semaksimal mungkin untuk di dalam negeri.

Begitupun Direktur Pengaturan Pengawasan Instalasi dan Bahan Nuklir - BAPETEN, Hendra Subekti juga mengatakan bahwa saat ini belum ada kegiatan dari pelaku usaha untuk melakukan pertambangan bahan galian nuklir.

“Pelaku usaha lebih banyak yang berminat untuk mengolah mineral ikutan radioaktif dengan mengambil mineral selain Uranium dan Thorium,” kata Hendra.

Menurutnya banyak kegiatan pertambangan mineral yang menghasilkan mineral ikutan radioaktif yang juga mengandung Uranium dan Thorium. Namun hingga saat ini belum ada pelaku usaha yang berminat untuk melakukan pengolahan mineral tersebut menjadi bahan nuklir.

Hendra menyatakan, kegiatan pertambangan mineral radiokatif tidak jauh berbeda dengan kegiatan pertambangan mineral pada umumnya, khususnya mineral logam.

Taman Nasional Bukit Tigapuluh

“Pelaku usaha maupun pekerja yang akan melakukan pertambangan radioaktif, selain memperhatikan keselamatan sebagaimana pada pertambangan konvensional juga harus memperhatikan keselamatan pada proteksi radiasinya. Keselamatan menjadi penting karena ada paparan radiasi serta keselamatan dari kegiatan pertambangannya,” paparnya.

“Selain itu faktor keamanan pun menjadi penting, yaitu untuk mencegah bahan galian nuklir tersebut dicuri atau dijual secara illegal kepada pihak yang tidak tepat untuk disalahgunakan,” lanjutnya.

Hendra menuturkan bahwa PP No. 52 tahun 2022 memberikan batasan-batasan bagaimana melakukan penambangan dengan aman dan selamat serta tidak mengganggu lingkungan di sekitarnya.

“Di sinilah pentingnya pelaku usaha mengikuti PP 52 tahun 2022. Untuk menyongsong PLTN kami sependapat dengan pak Rohadi bahwa penggalian ini harus sambil menunggu program PLTN berjalan, sehingga tujuan pertambangan lebih jelas. Tidak sekedar untuk dijual atau diekspor sehingga manfaat ekonominya lebih baik,” pungkasnya. (*)

Tags : batu uranium dan thorium, bahan nuklir, inhu, riau, harta karun batu uranium, batu uranium bahan nuklir, uranium potensial digali dan dieksplorasi, nuklir, pltn, batan, esdm, brin, tambang uranium dan thorium,