Sorotan   2021/12/19 21:35 WIB

Kasus Pertama Virus Omicron Ditemukan dari Petugas Kebersihan Wisma Atlet

Kasus Pertama Virus Omicron Ditemukan dari Petugas Kebersihan Wisma Atlet

"Kasus pertama virus Omicron di Indonesia ditemukan dari petugas kebersihan wisma Atlet yang tidak memiliki riwayat perjalanan dari luar negeri"

asien pertama kasus Omicron merupakan seorang petugas kebersihan berinisial N di Rumah Sakit Darurat Wisma Atlet, Jakarta, kata Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin mengumumkan penemuan kasus Covid-19 varian Omicron pertama di Indonesia pada Kamis 16 Desember 2021.

Pasien N dikonfirmasi positif pada 10 Desember 2021 bersama dua orang petugas kebersihan lainnya. Hasil whole genome sequencing yang keluar pada Rabu 15 Desember 2021 malam menunjukkan hanya N yang terinfeksi varian Omicron di antara ketiga petugas kebersihan tersebut.

"Ketiga orang ini tanpa gejala, jadi mereka masih sehat, tidak ada demam, tidak ada batuk-batuk," kata Budi melalui konferensi pers virtual.

Selain itu, Kementerian Kesehatan juga mendeteksi lima kasus probabel Omicron dari dua warga negara Indonesia dan tiga warga negara asing asal China.

Kedua WNI tersebut memiliki riwayat perjalanan dari Amerika Serikat dan Inggris. Mereka saat ini diisolasi di Wisma Atlet, Jakarta. Sedangkan tiga WNA asal China masuk ke Indonesia melalui Manado, Sulawesi Utara.

"Sampel PCR yang positif dari lima kasus probabel ini sudah dikirimkan ke Badan Penelitian Kesehatan dan sedang kita run tes genome sequencing. Kita harap tiga hari ke depan sudah bisa dikonfirmasi apakah benar ini [varian] Omicron atau bukan," papar Budi.

Menkes Budi juga mengklaim belum ditemukan indikasi penularan lokal dari varian Omicron sampai saat ini, meski kasus pertama terdeteksi pada petugas kebersihan yang tidak memiliki riwayat perjalanan dari luar negeri.

"Kasus Omicron yang sudah kita temukan dan lima kasus probabel terjadi di karantina. Memang untuk kasus positif yang terdeteksi di karantina, petugas kebersihan tersebut tidak memiliki histori perjalanan dari luar negeri."

"Tetapi kita belajar dari Hong Kong, memang terjadi juga seperti itu karena dia melayani pasien sehingga akibatnya dia tertular. Orang yang tertular ini kebetulan tinggal di asrama di Wisma Atlet sehingga kita contain, kita isolasi di asrama," jelas Budi.

Pekerja kebersihan di Wisma Atlet. (Ilustrasi)

Budi meminta masyarakat untuk "tidak panik", "tetap hidup seperti biasa", dan tetap mematuhi protokol kesehatan atas penemuan ini.

Kementerian Kesehatan, kata dia, akan memperbanyak genome sequencing dari kasus-kasus positif di dalam negeri untuk mendeteksi kemungkinan penyebaran Omicron di dalam negeri.

Varian Omicron sedang menyebar di seluruh dunia dengan tingkat kecepatan yang belum pernah terjadi sebelumnya, sebut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).

Kasus-kasus varian baru virus corona yang sangat banyak bermutasi itu telah terlacak di 77 negara. Direktur Jenderal WHO, Tedros Adhanom Ghebreyesus, mengatakan ada kemungkinan banyak negara yang belum mendeteksinya.

Tedros mengaku prihatin bahwa upaya yang dilakukan untuk membendung varian tersebut belum cukup. "Tentu sekarang kita telah belajar bahwa kita meremehkan virus ini yang kemudian membahayakan kita. Bahkan jika Omicron tidak menimbulkan penyakit yang parah, banyaknya jumlah kasus bisa kembali membuat kewalahan sistem kesehatan yang tidak siap," ujarnya seperti dirilis BBC.

Varian Omicron pertama kali diidentifikasi di Afrika Selatan pada November lalu. Negara itu kemudian mencatat kenaikan jumlah kasus Covid.

Presiden Afsel, Cyril Ramaphosa pun teruji positif mengidap Covid-19 dan kini menjalani isolasi dengan gejala ringan.

Sejumlah negara, termasuk Indonesia, menerapkan larangan perjalanan terhadap warga dari Afrika Selatan dan negara-negara tetangganya menyusul kemunculan Omicron. Namun, langkah ini gagal menghentikan penyebaran varian itu.

Korban meninggal pertama akibat Omicron

Menteri Kesehatan Inggris, Sajid Javid, mengatakan kepada para anggota parlemen bahwa 20% dari seluruh kasus Covid di Inggris disebabkan varian Omicron. Artinya, ada 4.713 kasus varian Omicron yang terkonfirmasi di Inggris per Senin (13/12).

Namun, Javid menuturkan, Lembaga Keamanan Kesehatan Inggris (UKHSA), memperkirakan jumlah kasus Covid akibat varian Omicron saat ini mencapai sekitar 200.000.

Kasus Covid akibat varian Omicron telah meningkat hingga lebih dari 44% di London dan diperkirakan bakal menjadi varian yang dominan di kota tersebut dalam 48 jam ke depan, kata Javid.

Sedikitnya satu orang telah meninggal di Inggris akibat varian Omicron, menurut Perdana Menteri Inggris, Boris Johnson.

Sementara itu, pemerintah Italia telah memberlakukan keadaan darurat sampai 31 Maret 2022 sebagai langkah mengantisipasi varian Omicron.

Di Belanda, pemerintah setempat akan menutup seluruh sekolah dasar sepekan sebelum Natal, guna mencegah penularan.

Dalam jumpa pers, Dirjen WHO, Tedros Adhanom Ghebreyesus, kembali menegaskan kekhawatiran soal kesetaraan vaksin setelah sejumlah negara menerapkan penyuntikan vaksin dosis ketiga alias booster guna mencegah penularan varian Omicron.

Sejumlah kajian baru-baru ini memperlihat vaksin Pfizer/BioNTech memproduksi antibodi penetralisir Omicron dalam jumlah yang jauh lebih sedikit ketimbang saat melawan galur awal virus corona. Namun, kekurangan ini bisa dibantu dengan dosis ketiga.

Tedros mengatakan booster "bisa memainkan peranan penting" dalam memerangi penyebaran Covid-19, namun hal itu adalah "masalah prioritas".

"Memberikan booster kepada kelompok rendah risiko terkena penyakit parah atau kematian hanya akan membahayakan nyawa mereka yang berisiko tinggi dan masih menunggu dosis pertama akibat kurangnya suplai," paparnya.Pasokan ke program berbagi vaksin alias Covax telah meningkat dalam beberapa bulan terakhir. Namun, para pejabat kesehatan khawatir dunia akan kembali kekurangan puluhan juta dosis vaksin seperti yang terjadi pada pertengahan tahun ini. Di sejumlah negara miskin, orang-orang dari kelompok rentan bahkan belum menerima dosis vaksin pertama. (*)

Tags : Inggris raya, Virus Corona, Indonesia, Vaksin, Kesehatan,